Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

5 Alasan Guru Senior Memberikan PR kepada Siswanya

30 Oktober 2022   13:38 Diperbarui: 30 Oktober 2022   13:56 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antusias merilekskan badan dalam sebuah pembelajaran: kompasiana dan kompas.com

PR diiskan memberatkan siswa. Begitupun orang tua merasa berat dengan PR. PR biasanya diberikan guru senior. Guru muda tidak memberi PR. Benarkah PR momok bagi sebagian siswa sepulang dari sekolah?

Tentu momok jika orang tua di rumah tak mendampingi anak belajar. Menjadi momok karena anak belum mengerti di sekolah tapi karena keterbatasan waktu, guru terpaksa menjadikannya PR di rumah. Dengan harapan orang tua bisa membantu menyelesaikan dengan anak.

Sayangnya, karena sibuk orang tuapun hanya bisa mendengar keluhan sepihak anak tanpa menelaah benarkah PRnya momok?

Tentu ada PR yang mudah bagi siswa sehingga bisa dikerjakan  secara mandiri tanpa merepotkan orang tua. Namun, ada PR sulit sehingga harus meminta bantuan orang tua. Orang tua mengomel,  membuat anak menangis.

Sebetulnya bukan PR yang membuat anak menangis, tapi karena ketidakfahaman anak perihal PR itu plus omelan orang tua. Artinya anak butuh bimbingan orang tua di rumah. Tapi orang tua malah mengatai anak tak memperhatikan guru di sekolah sehingga tidak mengerti.

Akibatnya  ada pula siswa yang tidak masuk sekolah karena tidak bisa mengerjakan PR. Katanya lagi, siswa itu takut dan khawatir jika di sekolah akan dimarahi gurunya. Sesadis apa sih guru memarahi muridnya jika tak membuat PR.

Sebetulnya malu kita selaku orang tua membaca fenomena PR. Namanya PR tentu menguji kecerdasan ayah bunda di rumah juga. Harga diri ayah bunda dipertaruhkan kecerdasannya. Ayah bunda bisa kok buka google semacam brainly. Semua tugas yang diberikan guru ada di google.

Saya takut, PR momok menakutkan itu bagi orang tua bukan bagi anak. Apa kabar pendidikan orang tua yang S-1 dan pegang android dengan paket data 25 GB hingga 100 GB di dalamnya, bila tak bisa menaklukkan PR anak SD dan SMP.

PR yang diberikan gurupun masih seputar materi pelajaran kita di SD dan SMP dulu. Apakah momok ini hanya modus bahwa pekerjaan, lelah, dan kantuk kita di malam hari lebih utama daripada memegang bahu anak saat mereka menulis PR.

Beban tugas atau pemberian PR yang terlalu banyak katanya merupakan salah satu hal yang dikeluhkan, baik oleh siswa maupun oleh orang tua sebagai pendamping belajar anak. Sedangkan di lain hal, bila tidak ada tugas atau PR, maka siswa tidak belajar di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun