Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

PR dari Sekolah Meberatkan Siswa? Benarkah?

28 Oktober 2022   10:56 Diperbarui: 28 Oktober 2022   11:31 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompas.com dalam kompasiana

Di kelaspun, ada 3 tipe siswa yang harus dihadapi guru itu berdasarkan kecepatan mereka dalam menuntaskan pelajaran.

Pintar (cepat), sedang (lambat), dan malas (sangat lambat. Siswa pintar tuntas di kelas. Siswa sedang uring-uringan tergantung moodnya dan siswa malas tak tuntas karena malas menyimak.

Untuk menyiasati ke 3  tipe siswa menimbulkan pro dan kontra bagi sekolah-guru, kepala sekolah, orang tua siswa, dan siswa malas. 

Sadarlah kita, sebetulnya PR diutamakan untuk siswa terkategori sedang dan malas itu. Terpaksa dibawa pulang dan menjadi PR mereka karena belum tuntas.

Inilah dilema guru di kelas. Bak makan buah simalakama. Diberi PR, orang tua protes dan yang protes orang tua dari siswa malas pula. Siswa inilah yang akan menjadi kasus di kelas-kelas selanjutnya. Jumlah mereka tak banyak, hanya 5 orang per kelasnya. Namun cukup menjadi virus untuk merosotnya motivasi siswa sedang.

Jika orang tua  mau mengajak anak mengulang pelajaran di rumah sebetulnya PR tak perlu. Tentu guru di sekolah akan mudah memasukkan ilmu kepada semua tipe anak itu. Sayangnya, kata anak, orang tua cueks ketika mereka ada di rumah. Alasannya tentu sibuk, lelah, dan mengantuk.

Bila tak didampingi, mereka tak termotivasi membaca buku pelajaran. Ketika ayah bunda dipanggil ke sekolah, anakpun bercerita apa saja kegiatannya di kamar. Ternyata buku cetak dibuka, android ditaruh di dalam buku itu. Orang tua mengira anak membaca pelajaran padahal bermain game.

Kami guru tak mau mengorbankan siswa 25 orang demi siswa 5 orang. Cukup pedih bagi guru dengan ditiadakannya UN dan sekarang ditiadakan pula PR. Besok mungkin ditiadakan lagi rapor dan sekolah hanya sekedar penitipan belajar.

Mulai 10 November 2022 para pelajar SD dan SMP di Surabaya dibebaskan dari PR. Selamat untuk para guru SD Surabaya atas dibebaskan dari PR.

Alasan peniadaan PR ini, menurut Walikota Surabaya Eri Cahyadi, agar siswa lebih bisa menguatkan pembentukan karakter dengan didampingi oleh keluarganya di rumah. Selamat untuk para orang tua anak SD dan SMP di Surabaya atas tugas tambahannya di rumah semoga sukses mengantikan tugas kami guru. 

Sudah sepatutnya sore dan malam hari mendapingi anak. Kepada Bapak Walikota jangan plin-plan dengan pernyataan, "Sebenarnya jika sekolah masih ingin memberikan PR boleh saja, tetapi sebaiknya tidak memberatkan siswa. Kalau PR tersebut bertujuan untuk memberikan pengayaan, PR bisa diselesaikan di sekolah." 

Yusriana dengan kompasiana*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun