Hari-hari yang dilalui Tuan Putri sejak mimpi itu mendebarkan. Meski suaminya, Perdana Menteri, dan Permaisuri menenangkannya, tapi ia belum bisa berhenti menangis. Harapan satu-satunya mungkin hanya duduk sebagai cawapermen.Â
Tuan Putri kadang pasti merasa takut lalu segera berteriak memanggil suaminya dan sesegera mungkin  mengecek keberadaan Gogo dalam agenda Permaisuri. Di agenda itu tetap tertulis Tuan Putri capermen dan ---- cawapermen.
Meski hanya bunga tidur tetapi Tuan Putri tetap menangis dan ia galau manakala mengetahui arti dari mimpinya. Pasalnya, mimpi ini membuat psikologisnya terguncang karena rasa cemas atau ketakutan berlebih ketika bangun dari tidur.
Malam ini, Tuan Putri bermimpi lagi katanya. Ia bermimpi mandi di kali kerajaan. Tiba-tiba kepala air datang. Ia pun dan dayang-dayangnya menepi. Ia memegang akar kayu besar. Sekuat tenaga memanjat tebing di kali itu. Kata-kata tolong, tolong, tolong yang ia serukan tak ada yang mendengarnya.
Belum berhasil menaiki tebing, Tuan Putri dipanggil dayang-dayangnya. Ia pun terjaga dan mendapati dirinya di ranjang, bukan di kali. Ia mengedar tatap, dayang-dayangnya pun menebar senyum dan bertanya. " Tuan Putri bermimpi apa?"
Kali ini ia diam saja. Ia tak mau mimpinya di ketahui siapapun. Biarlah hanya ia dan hatinya yang tahu tentang mimpi ini. *
Padang Reno, Yusriana menulis untuk kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H