Istana Tuan Putri bangunannya besar dan megah. Bangunan ini didiami oleh keluarga besar kerajaan. Keluarga kerajaan berupa kepala negara yang sekarang dipimpin ibu permaisuri karena sang raja sudah mangkat.
Sejak raja mangkat petinggi negara lainnya juga sering berkunjung dan menetap di sini terutama Perdana Menteri Sosongko asuhan permaisuri.
Sekarang penguasa kenegaraan di negeri Barat, Timur, Utara,Tenggara, dan Selatan ini dalam koordinasi Perdana Menteri besutan dari koalisi Tenggara itu. Permaisurilah yang mengendalikan kinerjanya dari belakang layar.
Istana megah itu bercat putih. Tinggi. Halamannya dan sepanjang jalannya dihiasi bendera berwarna hijau toska. Di tengah bendera itu dihiasi gambar hewan bertaring tajam kebanggaan Tenggara, harimau. Ya, kelompok harimau ini yang sedang berkuasa saat ini. Tenggara.
Istana yang terletak di ibu kota negara sementara itu memiliki sudut arsitektur bersejarah. Halaman depan istana ini dikelilingi tembok bata merah dan terdapat pendopo di dalamnya. Di pendopo inilah perbincangan politik antara Permaisuri dan tamu-tamu negara Entah Berantah ini terlaksana.
Di tengah masyarakat sekarang, sedang beredar kabar bahwa Tuan Putri Tenggara menangis. Tangisannya tak bisa dihentikan siapapun. Termasuk sang suami yang tampan. Konon Tuan Putri menangis karena ia bermimpi.
Mimpi itu begitu nyata. Ia sangat khawatir mimpinya akan menjelma menjadi kenyataan. Mimpi itu begitu serasa asli terjadi karena gencarnya media massa memberitakan isi mimpinya. Ramalan-ramalan akan mimpi itulah yang membuat Tuan Putri tambah iba hati lalu menangis.
Malam itu seperti biasa Tuan Putri diantar para dayang ke kamarnya yang mewah. Suaminya sedang tak di istana. Suaminya sedang melakukan kunjungan ke berbagai pelosok untuk menyampaikan visi misi Tuan Putri jika nanti mencalonkan diri sebagai pengatur negara, Perdana Menteri.
Usai didongengkan oleh salah satu dayang tertua, ia pun tertidur. Jelang subuh ia bermimpi. Pada mimpi itu ia melihat Permaisuri dan perdana menteri melakukan pertemuan di pendopo istana. Banyak ketua partai menghadiri pertemuan itu.
Ia nyata melihat dan mendengar pidato Permaisuri bahwa Tuan Putri belum layak mencalonkan diri untuk maju memimpin negara. Tunggulah satu periode pemilihan lagi. Jika kita tetap memaksakan tuan putri maju maka koalisi kita akan kalah telak.