Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Situasi Sulit

9 Oktober 2022   23:03 Diperbarui: 10 Oktober 2022   18:57 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tatap matanya dengan cinta, mentalnya akan pulih: hallo.doc

Menjaga kesehatan mental pentingkah?

Menjaga kesehtan mental hal yang penting dan perlu diperhatikan apalagi pada situasi sulit ini.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan mental digambarkan sebagai keadaan ketika seseorang mampu mengatasi tekanan sosial kehidupan sehingga kualitas hidup menjadi lebih meningkat.

Salam sehat dan bahagia selalu. Doa itu selalu mengiringi vote dan komentar teman-teman. Jika bertemu dengan teman lama dan kerabat pun selalu kesehatan kita yang ditanya. Pun seorang penipu di telepon celuler sebelum beraksi akan menanyakan hal yang sama, kesehatan.

"Selamat siang ibu. Kenalkan saya Naufal. Ini nomor baru Naufal, Bu. Nomor Naufal yang lama terblokir. Apakah ibu sehat-sehat saja? Masih ingat suara Naufal, Bu?" Begitulah ia mengawali percakapan dengan saya. Saya pun kaget. Mimik wajah saya berkerut tanda berpikir. Naufal mana?

Saya pun mengeraskan bunyi celuler saya, sebelum menjawab, "Alhamdulillah sehat untuk fisik dan batin ibu, namun, kurang sehat untuk saku ibu. Ibu gak ada uang sebingga kantong ibu sedang menangis." Jawab saya bercanda.

Murid-murid saya pun bersuara, "Penipu, Bu! Hati-hati penipu, Bu.!" Lantun mereka serempak. Mendadak si penelpon yang mengaku bernama Naufal memutus sambungan telepon.

Saya pun melotot ke arah mereka. "Gak sopan, nak menyelutuk pembicaraan orang tua. Nanti si penelepon tersinggung." Jelas saya.

"Ekspresi ibu tadi kaget. Sepertinya ibu tak mengenal si penelepon, hayo,"jawab murid yang saya pelototi. Ia hanya cengengesan. Pintar sekali ia membuat kesimpulan dan saya pun yakin, si penelepon memang penipu.

Masalahnya nama Naufal bukanlah nama lama dalam perjalanan hidup saya. Nama Naufal tak dikenal dan tak ada dalam kenangan nama teman saya generasi milenial. Nama Naufal pun tak populer pada generasi X dan Y. Tetapi trend di generasi Z. Artinya, nama Naufal murid saya.

Sakit mental atau sakit jiwa memang kadang pantaslah kita sematkan kepada mereka sang penipu ini. Secara agama dan hukum mereka sakit. Mereka dianggap melanggar norma agama dan hukum. Melakukan tindakan kriminal. Melakukan penipuan dengan segala cara. Menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang.

Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Begitu kata pepatah. Mens Sana In Corpore Sano. Adapun penipu di atas memiliki tubuh sehat tetapi jiwa penipu lemah. Menipu bukanlah perbuatan jiwa yang kuat tetapi jiwa rendahan, kriminal.

Hadist Nabi mengatakan, "Ketahuilah, bahwa dalam tubuh manusia terdapat segumpal (daging), yang kalau segumpal daging itu baik maka akan baik seluruh (anggota) tubuhnya, dan jika segumpal daging itu buruk maka akan buruk seluruh (anggota) tubuhnya), ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati (manusia)," hadist riwayat (H.R) al-Bukhari.

Maka dari hadist  itu, diketahui dalam Islam kata kunci kesehatan raga (tubuh), itu adalah sehatnya kalbu (mental) jiwa, sehatnya hati, sehatnya iman, sehatnya pikiran, dan sehatnya emosi.

Sehat? Kata yang mudah terlontar dari mulut saat seseorang menanyakan kabar kita. Sehat yang ditanyakan tentu saja meliputi fisik dan mental.

Seseorang dapat dikatakan sehat secara mental ketika ia bisa merasa sejahtera, cukup dengan apa yang dimiliki, baik-baik secara psikologis (jiwa), emosional, maupun cerdas sosial.

Sehingga kesehatan mental berpengaruh terhadap seseorang bersikap jujur, bersikap sopan, santun, berpikiran maju, merasakan senang, sedih, empati, simpati, bertindak cepat, mampu membuat keputusan, dan berinteraksi dengan orang lain secara baik.

Kesehatan mental dipengaruhi pendidikan dan latar keluarga. Peran ibu sangat mendominasi kesehatan mental keluarga. Berbagai peristiwa dalam keluarga dan kehidupan sejak kecil hingga dewasa sangat mempengaruhi mental.

Peristiwa masa lalu meninggalkan dampak besar pada kepribadian dan perilaku seseorang. Peristiwa-peristiwa baik, senang dan bahagia menjadikan seseorang happy.

Peristiwa kelam berupa kekerasan fisik oleh seorang ayah atau ibu kepada anak dalam rumah tangga menjadikan hidupnya kelam. Pelecehan seksual kepada anak, atau stres berat jangka panjang pun dapat berupa warisan masa lalu.

Jika seseorang mengalami kesehatan mental yang baik maka ia akan melewati hidup penuh syukur. Namun, bagi yang terganggu, maka timbul gangguan mental atau penyakit mental .

Adapun beberapa jenis gangguan mental yang umum ditemukan, antara lain cemas, depresi, merasa takut, grogi berat, gangguan bipolar, gangguan stres pasca trauma (PTSD), gangguan obsesif kompulsif (OCD), dan psikosis.

Beberapa penyakit mental hanya terjadi pada jenis pengidap tertentu, seperti postpartum depression hanya menyerang ibu setelah melahirkan disebut juga penyakit burung.

Sebetulnya semua penyakit mental di atas bisa ditepis. Solusi utama menghindari penyakit mental, saling mengamati antara satu sama lain dalam keluarga, terutama Ibu (istri).

Diagnosis Kesehatan Mental

Seorang ibu cerdas akan bisa mendiagnosis suatu gejala gangguan mental sejak dini. Bisa dirasakan ibu dalam berdialog dalam keluarga. Diawali dialog, diskusi, dan tanya jawab akan dirasakan ibu kemungkinan adanya gejala penyakit mental pada salah satu anggota keluarga.

Jika ditemukan, ibu dapat melakukan:

Mencari penyebabnya

Cara mencari penyebabnya dengan dialog face to face. Memeluk penuh kasih sayang tentu kejujuran akan terungkap. Jika sebab sudah ditemukan dapat diatasi bersama dengan terapi mandiri oleh si ibu.

Menyelesaikan masalah sambil memijat lembut dua telinga anak atau suami seperti gerakan membasuh telinga saat berwudhu, memijit lembut kedua bahu hingga penderita merasa aman-nyaman, dan mengajak membaca Al-Quran dengan membaca terjemahannya.

Ibnul Qayyim dalam kitabnya, Zad al-Ma'ad, menjelaskan, Alquran ialah penyembuh yang sempurna dari seluruh penyakit hati dan jasmani, demikian pula penyakit dunia dan akhirat. Tidak setiap orang diberi keahlian dan taufik untuk menjadikannya sebagai obat.

Nabi berpesan, Bagi kalian ada obat penyembuh, yakni madu dan Alquran. (HR Ibnu Majah dan al-Hakim). Sebagai asy-Syifa, orang beriman diimbau banyak membaca Alquran, karena ia ialah obat penyembuh.

Tatap matanya dengan cinta, mentalnya akan pulih: hallo.doc
Tatap matanya dengan cinta, mentalnya akan pulih: hallo.doc

Membaca Buku dan Shalat Dua Rakaat

Si ibu juga bisa menyediakan bacaan atau membacakan buku-buku sesuai hobby penderita. Gunanya melatih kembali perhatian dan fokus penderita.

Sholat istikharahlah dua rakaat. Seperti sholat subuh. Lalu minta petunjuk kepada Allah SWT. Ya Allah, Engkau memiliki ilmu sedang hamba tidak.

Engkau Maha Mengetahui sedang hamba tidak. Ya Allah, jika hidup adalah terbaik bagi anakku atau suamiku (sebut yang sakit/bermasalah) baik bagi agama kami, baik bagi kehidupan kami di dunia dan akhirat, maka sembuhkanlah ia seperti sedia kala.

Namun, jika hidup bukan terbaik bagi anakku atau suamiku (sebut yang sakit/bermasalah) maka berikanlah yang terbaik baginya di dunia ini maupun di akhirat. Sungguh kami milikmu dan kepadaMu tempat kami kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun