Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jadikan Pidato Persuasif Pengubah Karakter Antagonis (Buruk) Menjadi Protagonis (Baik)

22 September 2022   11:38 Diperbarui: 22 September 2022   14:09 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biasanya setelah pesan yang disampaikan secara tidak langsung ini disampaikan akan diikuti pertemuan khusus untuk melakukan tindakan selanjutnya. Dengan peran strategis ini maka pidato akan tetap dibutuhkan oleh siswa, tenaga pendidik, tokoh agama, tokoh politik, dan pemerintah.

Meskipun terjadi pergantiaan zaman, pidato sebagai keterampilan berbahasa Indonesia tetap dibutuhkan oleh kita. Pidato sederhana dalam acara akikah, resepsi pernikahan, dan acara kekeluargaan lainnya.

Demikian pula dalam mengubah karakter. Pidato persuasif sangat strategis. Ketika anak-anak mencari tema yang akan mereka jadikan masalah atau isi pidato, saya pun mewajibkan mereka hanya fokus membahas karakter-karakter antagonis di antara mereka.

Tentu ada protes dari mereka. "Bu, boleh tidak masalah lain selain masalah di sekolah?"

Saya pun menjawab tegas tak boleh. Saya pun menjelaskan kepada mereka bahwa pergeseran karakter anak atau teman mereka hari ini sangat memprihatinkan. Apasaja karakter antagonis (buruk) itu:

1. Siswa memanggil teman mereka dengan nama ayah teman mereka. 

Karakter ini buming di tiap kelas. Misalnya, Gazian memanggil Nabila dengan Alex. Alex merupakan ayah Nabila. Begitu juga Hariri memanggil dan memberi gelar Niswari dengan "Hei, brigadir J!" Karena ayah Niswari bernama Juprianto. Padahal Juprianto ini guru fikih mereka di sekolah

"Nah, alangkah bagusnya, Nak jika kalian menyuarakan ini. Mengajak teman untuk kembali berkarakter baik (protagonis) dengan menulis pidato persuasif tentang ini. Lalu kita praktikkan pidato ini di depan kelas. Semoga dengan pidato ini, anak-anak ibuk sadar bahwa memanggil nama teman dengan nama ayahnya atau ibunya tidaklah sopan. Malah dinilai dosa karena menyakiti hati teman kita."

2. Di antara siswa keluar masuk kelas tanpa meminta izin kepada guru di kelas, bertemu guru di jalan tak menyapa, melakukan kesalahan kepada guru dengan membantah guru, dan melawan guru tanpa mengerjakan tugas.

Ini pergeseran karakter anak di zaman milenial ini. Bersikap siapa lu siapa gua dengan guru. Budaya sopan, sapa, senyum, salam telah sirna karena dua tahun learning loss akibat covid-19.

Bahkan ketika saya menulis artikel ini, satu orang teman guru menemui saya. Kebetulan saya sedang jam kosong mengajar. Saya pun terinspirasi menulis pengaduan teman ini dan sangat relevan dengan tugas siswa berpidato persuasif. "Gazian tadi keluar kelas tanpa meminta izin kepada Uni, Buk Yus." Begitu aduan teman sesama guru. Kebetulan saya wali kelas dari Gazian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun