Pagi itu, Kamis, 18 Agustus 2022. Saya masih betah membaca kompasiana usai menulis cerita suka duka di atas bus dari Padang Panjang menuju Srengseng Jagakarsa Jakarta Selatan. Tiba-tiba saya mendengar suara kereta api. Kebetulan saya belum pernah mencoba naik kereta di Jakarta ini.
Saya pun menyelesaikan pemberian vote dan komentar untuk beberapa tulisan teman terbaru dan membalas vote dan komentar teman kompasianer pada tulisan saya. Lalu saya putuskan mandi dan berkemas. Pilihan saya hari ini memakai jasa kereta api KRL.
Pagi ini rute saya dan si sulung ke Bekasi tepatnya Tambun. Adik saya yang bungsu menetap dan buka usaha di sini. Setelah berkemas kamipun segera pesan gocar menuju stasiun UI. Kebetulan kami dapat gocar dengan sopir lagi ramah dan terpelajar. Banyak dialog seputar tujuan si sulung kuliah di sini ia tanyai.
Pilihan kami ke Bekasi dengan KRL pun katanya bijak. Hemat biaya dan cepat. Jika kami memakai jasa Taksi atau Gocar bisa kena 200 ribuan katanya. Dengan kereta cuma 100 ribuan. Udah masuk jasa Gocar beliau. Perlu pembuktian ini sela saya dalam hati.
35 ribu kami membayar jasa gocar dari Srengseng ke Stasiun UI. Kamipun menuju loket. Beli kartu ajaib KAI Commuter seharga 30 ribu untuk satu kartu. 60 ribu  untuk dua kartu plus penjelasan si petugas loket bahwa kartu berlaku seumur hidup. Nanti tinggal isi ulang saja. Makanya saya juluki Kartu Ajaib KRL Indonesia. Kartu Multi Trip Reguler nama aslinya disingkat KMT.
KMT ini adalah sejenis uang elektronik yang resmi diterbitkan oleh PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) sebagai pengelola KRL Commuter Line. Bisa dipakai berulang-ulang dan tidak ada kedaluwarsa. Kreatif banget untuk kemudahan transportasi mahasiswa dan pekerja di Jabodetabek.
Top up  KMT pakai aplikasi KRL Access untuk cek saldo di mesin balance reader yang ada di dekat loket  stasiun KRLpun saya lakukan. Tertera Rp.10000. Lalu saya dan si sulung masuk stasiun dengan menempelkan KMT masing-masing di bagian sebelah kiri gate.
Sewaktu tap in atau mau masuk ke dalam stasiun itu saya lihat lampu berwarna indikator hijau yang ada di gate menyala. Menandakan proses tap in pakai KMT berhasil. Kami dan rombongan penumpang yang cukup ramaipun diseberangkan petugas menuju jalur 2 untuk ke stasiun Manggarai.
10 Menit menunggu kereta saya pakai buat ngobrol dengan cewek di sebelah saya. Ternyata ramah dan sudah punya anak 3 padahal kelihatan masih imut. Suami beliau dari Maninjau  Kabupaten Agam.Â
Usai berkenalan keretapun datang. Pintu terkuak. Tak ada penumpang turun sehingga kami mudah masuk. Tak ada kursi kosong saat saya mengedarkan pandangan. Rencana saya dan si sulung akan menuju gerbong sebelah. Tapi seorang pemuda mendadak berdiri dan menyuruh saya duduk.
Ternyata perilaku si anak muda sesuai arahan sticker tertempel di kaca KRL mengutamakan penumpang wanita dan lansia duduk. Saya masih ingat naik KRL di Malaysia. Begitu banyak kursi kosong. Para remaja baik laki-laki maupun perempuan memilih berdiri daripada duduk. Sehingga ketika rombongan kami para guru berumur 35 tahun ke atas ini naik begitu mudah untuk duduk.
Beda sekali dengan KRL kita di Indonesia. Para remaja santai memejamkan mata mereka duduk di KRL. Keliatan begitu nyaman tidur. Ketika ada laki-laki sudah beruban naik mereka tak peduli. Dari sekian banyak yang duduk hanya pemuda yang memberikan bangkunya kepada saya yang berperiaku mengalah.
Jadilah Bapak yang sudah beruban itu saya amati tetap berdiri hingga kami turun di stasiun Manggarai. Demikian pula ketika kami ganti kereta  Manggarai Bekasi. Perilaku sama tetap terlihat. Mereka santai memakai headset. Kali ini kereta agak lapang di gerbong lain.Â
Cukup gerah untuk kereta terakhir yang kami tumpangi. Sayapun menurunkan masker dan ternyata petugas mendatangi saya, "Bu, maskernya dipasang." Kata beliau. Sayapun lagi menaikkan masker. Saya amati ternyata semua berperilaku masker. Apakah cov-19 masih marak di sini?
Tak lama kamipun sampai di stasiun Tambun. Begitu banyak tukang ojek mengantri di depan stasiun ini. Tepat di depan toko roti O. Mereka rata-rata tak bermasker. Panasnya Bekasi dua kali lipat dari Jagakarsa. Mungkin Jagakarsa tak panas terutama Srengseng Sawah karena ada hutan UI di sebelah rumah.
Di sini Bekasi panas. Panasnya Bekasi mungkin dipengaruhi oleh tata guna lahan industri, perdagangan, dan pemukiman. Semua terlihat datar tanpa pepohonan pelindung. Suhu di Bekasi ini bisa cukup tinggi hingga mencapai 34-37 derajat Celsius. Ketika kami keluar stasiun Tambun suhu setempat 34 derajat celsius.
Sangat panas untuk kami yang biasa berada di kota sejuk Padang Panjang. Semoga ke depan ada penataan kota lebih ramah lingkungan begitu juga pelayanan KRL semoga tetap berpacu lebih maksimal lagi dalam memberikan kenyamanan transportasi di tanah air.
Ternyata sopir Gocar benar. Pilihan naik kereta murah. 35 ribu Gocar + 60 ribu KRL = 95 rb. Konon kata adik saya KMT bisa dikembalikan jika kita tak butuh dan kembali uang kita 20 ribu. Sungguh penghematan kertas atau plastik kartu yang ramah lingkungan.
Yusriana, S.Pd.  berbagi harapan dengan pembaca  dan pembuat kebijakan untuk lyfe lebih berkualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H