Namun berbeda halnya dengan rekan-rekan seprofesi guru di Brasil, Israel dan Italia, mereka berada di ujung lain dari "Indeks status guru" ini, dalam tanda kutip. Berdasarkan penelitian dari National Institute of Economic and Social Research dan Varkey Foundation.
Di sana mereka tak mau merekomendasikan anak-anak mereka untuk menjadi guru.
Lain lagi di Jepang, Kaisar Hirohito menyuruh jenderalnya untuk mengumpulkan sejumlah guru yang masih tersisa di seluruh pelosok.
Katanya, kepada mereka, kita akan bertumpu, bukan kekuatan pada pasukan. Karena guru adalah salah satu profesi yang bisa mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru di anggap sebagai salah satu profesi yang mulia.
 Orang yang menyandang profesi sebagai guru digelari dengan status pahlawan tanpa tanda jasa.
Begitupun, Profesi mengajar di Inggris berada di bagian atas dari peringkat 35 negara, lebih tinggi dibanding di Amerika Serikat, Prancis dan Jerman posisi guru ditempatkan.
Cina menempati urutan tertinggi. Di negeri itu 81% meyakini para siswa menghormati guru mereka, dibandingkan dengan rata-rata negara lain yang sebesar 36%, dalam survei yang dilakukan terhadap 35.000 orang itu. (Sumber kompas.com)
Jadi keputusan memberi hadiah bisa saja kita sesuaikan dengan kondisi anak kita. Bila ingin anak mendapat perhatian lebih dari gurunya tentu kita harus akrab dengan guru. Sepatutnya kita take and give sesama manusia, masak dengan guru anak kita hitung-hitungan.
Sepatutnya kita tiap hari berkonsultasi dengan guru anak kita, masak agak sekali tak bisa mentraktir atau makan bersama dengan mereka. Jika komunikasi dua arah, antara guru dan orang tua siswa terjalin tentu anak akan menghormati gurunya dan ini bisa meminimalisir anak nakal di sekolah.
Sebab mereka akan segan untuk nakal ketika mereka ingat. "Eh bu guru teman mamaku.". Salah satu penyebab rapor anak di sekolah kurang bagus karena kurangnya komunikasi orang tua dengan guru.
Apalagi jika usia anak kita di SMP dan SMA lebih butuh lagi pengawasan guru. Pernah saya bertemu dengan kakak senior di Lapangan untuk upacara. Dengan pedenya (percaya diri) saya bertanya. "Si adek udah kelas berapa, Kak? Di mana sekolahnya?"