Menurut hemat saya, justru sangat terlambat kita memberi hadiah kepada guru pada saat naik kelas. Â Sudah terlambat. Kita butuh perhatian khusus guru pada saat proses belajar. Bukan sesudah belajar.Â
Sebaiknya memberi perhatian atau hadiah pada saat perkenalan pertama dengan guru. Dengan cara bersilaturahmi kepada guru anak kita. Bisa sepulang sekolah atau sore sengaja berkunjung ke rumah guru.
Lihat situasi anak kita. Anak mandiri mungkin tak perlu kiat ini. Tapi anak-anak pendiam dan cenderung pemilih seperti anak-anak saya, cara ini ampuh. Mereka jadi berani karena bu guru memberikan perhatian lebih.
Kitapun  perlu mengetahui di mana ibu gurunya tinggal. Bagaimana kondisi keluarga bu gurunya. Adakah yang patut kita bantu. Jika ada, alangkah indahnya berbagi.
Tak semua guru mapan hidupnya. Kadang guru anak kita ternyata cuma guru honorer atau guru bantu. Punya anak sekian orang dan baru saja suaminya mengalami pemutusan hubungan kerja karena tak memiliki sertifikat satpam.
Pemberian hadiah bisa kita sesuaikan dengan situasi dan kondisi. Meski mereka dalam keadaan memprihatinkan ketika kita memberi pun haruslah berteori. Kita harus bisa mengakali cara memberi agar mereka tak tersinggung.
Anggaplah guru sebagai teman kita. Semakin baik jika kita anggap saudara. Sepatutnya saudara saling mengunjungi. Bawalah buah tangan yang dapat menumbuhkan kasih sayang dengan mereka.
Ada pula pepatah mengatakan jika ingin menjadi guru yang dihargai, pindahlah ke Cina, Malaysia, dan Taiwan. Di tiga negara itu para guru mendapat penghargaan tertinggi di mata masyarakat.
Adapun di Indonesia, Â posisinya di urutan ke-lima setelah Cina, Malaysia, Taiwan dan Rusia.