MyPertamina, Â LinkAja, dan Masyarakat tentang Aplikasi Beli BBM Subsidi inilah kisahnya...
Kemarin saya ke pertamina untuk mengisi BBM Motor. Ternyata pertalite sedang kosong sehingga para pengendara berubah haluan ke Pertamax. Biasanya pompo di sini sepi dan tak perlu mengantri. Tapi kali ini antrian panjang sekali. Ada 30-an motor di depan sedang antri.
Waduh, Â saya cemas sekali karena mau cepat ke rumah sakit menjenguk orang tua adik ipar yang dirawat di sana. Sudah tiga hari kunjungan ini batal karena hujan badai dan aplikasi yang mendadak harus disikapi.
Saya cemas karena jam bezuk cuma sampai pukul 13.00 sedang sekarang sudah pukul 11.50. Buah tangan pun belum dibeli dan isi amplop pun belum dikeluarkan dari ATM.Â
"Pindah ke sini separoh, uni!" Teriak salah seorang pemegang pompa pertamax menunjuk ke arahku.
"Alhamdulillah." Jawab saya spontan dan tancap gas menuju abang tukang BBM itu. Ramailah pengikut di belakang. Ternyata antrian di belakang sayapun sudah mengular.
" Gimana ya nanti beli BBM pakai aplikasi. Apa pom bensin nggak meledak kita serentak bukak Hp di sini?" Tanya uni di belakang saya kepo.Â
Saya tak sempat menjawab pertanyaan si kakak karena giliran saya sudah selesai. Si abang BBM pun tak menjawab.
Itulah kondisi gonjang-ganjing di tengah masyarakat saat ini. Sungguh resah dan penasaran mengenai aplikasi beli BBM bersubsidi ini.
Kita tilik di daerah letak pertamina dengan tempat tinggal warga banyak yang jauh dari pom bensin. Mereka masih mengandalkan BBM ketengan yang di jual pengecer di depan kios atau rumah mereka.