Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sekelumit Kenangan di 2012 Aku Pernah ke Jakarta Ibu Kota Indonesia

25 Juni 2022   19:44 Diperbarui: 25 Juni 2022   20:09 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taufik Ismail (87 Th), barakallah fi umrik by Aesrina: Sumber foto facebook.com

Kami berlima pernah ke Jakarta, Bekasi, dan Bogor. Inilah pengalaman pertama buat aku dan putri kecilku Yola naik pesawat. Waktu itu kami naik peswat Lion Air. 

Tapi untuk suami dan si abang sulung dan nomor dua ini sudah ketiga kalinya buat mereka. Deg-degan pastinya. Apalagi tahun 2012 itu masih ingat pesawat Adam Air. Si kecil Yola tenang aja. Akhirnya akupun ikutan tenang. Konon menurut orang tua-tua jika si kecil anteng. Aman.

Kami pun sampai di Bandara Soekarno Hatta dijemput adik. Kami langsung menuju Kantor Kementerian Dinas Pendidikan, Menteri Pendidikan waktu itu M.Nuh. Kami muter-muter di jalan Sudirman dulu. Jalan paling populer di televisi. 

Yang bisa kusimpulkan Jakarta jalannya hanya dipenuhi mobil dan gedung-gedung pencakar langit. Kotanya cueks dan ramai tapi sepi. Tak ada manusia hanya mobil yang berbaris dan ramai berpagar gedung-gedung itu.

Kamipun menuju belakang kantor kementerian itu. Seperti biasa wartawan diposisikan di belakang. Tapi aku lihat ini bukan belakangnya. Parkiran luas dan terasnya juga luas. Layaknya bagian depan gedung pertemuan. Semakin kami masuk untuk parkir juga makin luas. 

Hingga kami mendekati teras lalu turun. Sudah banyak teman-teman wartawan dan pemenang lomba di sana. Hari ini memang gladi resik untuk acara penyerahan hadiah kepada para pemenang. Kebetulan suamiku juara tiga lomba menulis untuk kategori wartawan ya. 

Yang ingat, kami bawa uang pulang 10 juta. Uang inilah yang kami pakai untuk biaya selama di Jakarta, Bekasi, dan Bogor. Dalam waktu 2 hari ludes.

Mengenang Jakarta aku teringat aktor Rano Karno, Yessi Gusman, Roma Irama, dan Yati Octavia. Aku paling suka menonton film mereka. Selain kisah romannya yang aduhai, aku suka tempat shotingnya yang menggambarkan Jakarta Ibu Kota Negara Indonesia. 

Ketika aku sampai di bundaran HI Sudirman terbayang "Sebuah Jacket Kunimg Berlumur Darah" Karya Taufik Ismail. Terbayang kita demo maraton dari sini hingga ke Padang Panjang. Ya, 1998 seluruh mahasiswa serentak demo dari pusat sampai ke daerah. Inilah tempat mahasiswa UI mengorbankan diri mereka demi reformasi.

Taufik Ismail (87 Th), barakallah fi umrik by Aesrina: Sumber foto facebook.com
Taufik Ismail (87 Th), barakallah fi umrik by Aesrina: Sumber foto facebook.com

Menetes airmataku karena merasa haru bisa sampai di sini. Pelan mobil melaju, terbayanglah Rano Karno di sini tahun 80-an. Sungguh kenangan yang mengesankan. Jujur dari film-film yang ditonton Jakarta bukanlah pilihan untuk disinggahi. Apalagi jika kita simak lagu " Jakarta Ibu Kota Indonesia"

Jakarta, ibukota Indonesia
Jakarta, kota kebanggaan kita
Jakarta, hai kota metropolitan
Jakarta, penuh dengan keramaian

Gedungnya tinggi-tinggi, mencakar langit
Kotanya sangat indah, duhai selangit

Jakarta, ibukota Indonesia
Jakarta, kota kebanggaan kita

Apa yang Anda mau ada di sana
Dari garam sampai mobil paling mewah
Segala macam hiburan tersedia
Dari yang kelas kambing sampai utama

Jakarta... Jakarta... Jakarta...
Selalu melayani selera Anda (kapanlagi.com)

Itu kira-kira isi lagunya. Jika aku sedang happy dulu ketika masih SMP/MTs, aku suka menyanyikan ini. Gambaran hati sedang bahagia. Sambil mengenang film-film mereka Rano dan Roma. Lagu ini memang karya bang Roma dan dia sendiri yang mempopulerkannya. Di kampungku banyak penggemar beliau. 

Kalau yang menakutkannya Jakarta apa? Ini lagunya "Siapa Suruh Datang Jakarta"

ado kasian yeng mama
jauh-jauh merantau
mancari hidup mama
nasib tidak beruntung
siang dan malam yeng mama
jalan kesana kemari
sanak saudara mama
semua tidak peduli
sapa suru datang jakarta
sapa suru datang jakarta
sandiri suka, sandiri rasa
eh doe sayang

Tuh kita garis bawahi ya, nasib tidak beruntung, siang malam jalan kesana kemari, sanak saudara tak peduli. Berkunjung kerumah sodara memang bagusnya cuma sampai tiga hari.

 
sapa suru datang jakarta
sapa suru datang jakarta
sandiri suka, sandiri rasa
eh doe sayang
sungguh tiada kuduga aah...
hidup akan merana
tinggalkan kampung desa
dapatkan gubuk di kota (link.web.id)

Di bait dua ini kita garis bawahi hidup merana dan dapat gubuk di kota. Ini mengingatkan kita pada pemukiman kumuh di Jakarta tapi di Griya tak ada ketemu ini. Dua lagu itu langsung bergantian aku senandungkan di dalam hati sambil menunggu macet selesai. Eh habis. Mobil memang kadang merayap kadang kencang. Kadang mundur mendadak. Harus njelimet supir disini aku amati.

Aku suka ketawa jika ingat harapan haluku kala itu. Andai mereka ada di salah satu trotoar itu tentu sangat bahagia. Halu kan? manalah mungkin mereka di sana. Mereka mah sultan pasti dikawal kemana-mana seperti Bapak M.Nuh.

Usai gladi di Kantor Kementerian kami pun menuju Bekasi ke rumah adikku yang paling bungsu. Sebelumnya kami mampir ke pondok makan favorit mereka. Tempat nyaman lesehan. Di atas kolam. Tapi sory diary aku lupa nama tempatmya. Udah 10 tahun guys. 

Kami makan ayam panggang dan gurame panggang. Mirip masakan Padanglah rasanya. Bedanya nasi di sini pulen banget. Lebih pulen dari nasi 64 di kampungku. 

Usai makan kami pun ke rumah adikku. Tepatnya di Griya. Di sinilah baru aku melihat potret rumah penduduk bukan gedung-gedung lagi. Jalan komplek besar. Rumah pun padat. Hanya saja sama seperti kata si abang nomor dua. Sepi. Namanya orang kota mah malas duduk di teras ya. Banyak debu soalnya.

Esok paginya kami pun bersiap menuju Kantor Kementerian itu. Cari sopir kemarin lagi. 1,5 jt buat carter mobil avanza seharian. Cukup membosankan acara di kantor ini kalau untuk anak-anak berumur 10, 7, dan 2 tahun. 

Kamipun bermain di lapangan kantor itu sampai acara makan siang. Menunya lagi-lagi masakan Padang. Ada rendang.

Usai acara kami pun segera menuju puncak bogor. Tuuan kami Taman Safari, Cisarua Bogor. Di sini menunya banyak lalapan. Segar dan seru. 

Beragam arena permainan dicoba anak-anak. Naik kereta wisata di antaranya. Tapi paling seru bagi mereka tetap mandi-mandi. Duh kalau sudah mandi-mandi pasti tak mau berhenti meski airnya dingin sekali.

Berfoto sama orang utan itu paling menguji adrenalin. Anak-anak pada takut. Eh orang utan malah meluk kami semua. Jadilah ekspresi berfotonya  orang ketakutan. Apakah orang utannya masih hidup ya? Jika dilihat-lihat sekarang lucu. Bikin senyum sendiri. Selesai berfoto kamipun shoping tas. 

Tokonya unik mirip akuarium raksasa di Bukittinggi. Aku beli tas dengan motif ada petanya. Unik banget. Anak-anak juga memilih barang-barang unik yang gak ada di kampung kami.

Pulang dari sana jalan macet lagi. Kami pun istirahat makan dulu di KFC. Ini nih makanan kegemaran anak-anak. Kemana saja pasti mampir di sini. Tempatnya adem kali ya. Usai makan kami pun lanjut menuju Tambun. 

Inilah aku melihat Jakarta di malam hari, Apalagi pas kita di jalan tol paling tinggi. Menatap ke bawah indah sekali. Perguruan tinggi swasta yang aku baca di iklan-iklan keren beken, Nova, dan Kartini satu-satu kami lewati. Untung sopirnya paham selera orang kampung. Dia diam-diam membawa kami keliling-keliling. 

Ketika melewati Depok, aku baru ingat pernah ke sini mampir sebentar pada tahun 2007 dengan bus ALS menuju DIY mengikuti acara PENSI di IKIP Muhammadiyah Yogyakarta. Kepikiran. Wah, kuliah di UGM gak jadi dan UI apa kabar? Apakah mungkin S2 ku di sini. Hah halu itu kadang memang indah. Makasih Pak M.Nuh. Salam Kenangan Jakarta Ibu Kota Indonesia, Diary.  Selamat HUT 495 Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun