Berpisah bukan berarti berhenti memberi Setiap hari kusapa  mesra kalian meskipun kita berpisah dalam jarak tak tertempuh kaki dan jet pribadi tuan konglomerat. Tak tertembus ongkos atau tiket vip kereta api karena rute ke sana belum sedia.
Berpisah secara fisik namun tak berpisah secara naluri apalagi batin, pikiran dan perasaan yang memiliki cahaya penglihatan tak berbatas hingga mampu menembus ruang dan waktu bahkan  langitpun tercabik kilatan mata tajamnya yang melebihi tajam silet.
Kalian memang tidak berdaya lagi memarahiku jika aku memarahi cucu-cucu tersayang kalian  melebihi sayang dan cinta kalian  kepada kami anak-anakmu.
Kalian pun tak berkutik lagi ketika anak  yang lain memaksakan keputusannya yang salah kepada anakmu. Namun, kami tetap bisa memberi kenikmatan duduk di singga sana doa kami.
Kalian tak bisa lagi merengek meminta dikunjungi setiap weekend dan ketika libur semester si dedek seperti hari ini, meski kami telah kalian bekali dengan pajero,avanza, N -Max, dan suzuki. Tapi kami bisa membujuk kalian dengan kalimah sakti Allohum maghfirli walili-wali dayya warhamhu ma kama robbayanini shagira.
Tidur  lalu duduklah.
Duduk lalu tidurlah dengan tenang . Biarkanlah kami menjaga kalian dengan robbana atina piddunya hasanah wafil akhiroti hasanah wa kina azabannar dengan lidah -lidah sholeh yang sudah kalian sekolahkan hingga tetesan peluh pahit dan pengorbanan kulit tangan kasar kalian.
Bukankah di sana sudah ada bilik-bilik dalam rumah idaman asiyah istri firaun yang ketika kalian lafalkan di dunia doanya dan kalian aminkan. Â Kalianpun tentu diberi rumah dengan dipan-dipan berkasur empuk harum mewangi tanpa kutu, kecoa, kepinding, atau laba-laba yang suka membuat jaringnya di sudut kamar rumah kita.
Bercengkramalah sepuas hati kalian karena memang telah terputus pikiran dan persaan kalian dari kami. Tapi kami masih bisa mengirimkan paket kilat minuman-minuman segar melalui lisan yang sudah kalian sekolahkan dengan padi, cabe, sayur lalat,dan kangkung di sawah ladang yang telah habis terjual kini oleh ketakutan anak-anakmu yang lain.
Kami akan berulang mengirim paket Allohum maghfirli wali-wali dayya warhamhu ma kama robbayanini shagira dalam lisan hati kami yang manis dan di ujung jari-jari halus kami yang telah kalian paksa hanya boleh memegang pensil, pena, pewarna, dan kertas kerja berisi catatan-catatan.
Berpisah bukan berarti berhenti memberiÂ
Berpisah inilah awal kutanam buah jariah ketika nanti rambutku beruban dan anak-anakku berpisah dariku ketika itulah panen buah jariah memenuhi keranjang impianku yang kutanam pada doa yang telah kupaketkan kepada kalian di rumah bernama firdaus, naim, Â dan Adn.
Berpisah bukan berarti berhenti memberi Tapi awal memenuhi balas budi dan balas tanam berbuah sedekah yang bukan berupa uang tapi lantunan shalawat yang entah mengapa bercabang kepada kalian di rumah kedua kita dan kampung kedua kita yang hanya tahu, apa yang ditanam maka itulah yang dipetik.
Berpisah berarti memberi jangan berhenti sepanjang hayat agar pemberian itu berbuah manis bernam rumah seperti rumah asiyah istri firaun yang didapat lewat lisan bersekolah .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H