Baru mulai menyuruh mereka menguplouwd cerpen mereka di medsos seperti facebook mereka, instagram, Â tweter, dan lain-lain. Mereka mengaku malu. Akhirnya penulis bikin Karyamadrasah.com di sinilah karya mereka penulis ekspos.
Cukup bingung juga memenuhi literasi hari ini karena mereka malu. Mohon komentar kita semua bagaimana memotivasi mereka agar percaya diri dalam menulis.
Ngarep honor
Ketika diajak menulis mereka bertanya. Berapa honornya satu tulisan. Penulis jawab puisi 10 rb dan feature 35 rb. Mereka cemeeh. Segitu cuma. Wajar. Mereka orang kayah. Sultan mah bebas. Uang segitu apalah artinya bagi mereka.Â
Bikin tulisan bagi pemula atau debutan bisa berjam-jam bahkan berhari-hari. Lah upah cuma segitu.
Penulis cuma bisa urut dada. Hari ini mungkin mereka cemeeh tapi ke depan mereka butuh ini. Sekali bikin tugas disuruh guru dan dosen pusing. Akhirnya mainlah perjokian. Tapi bicara perjokian ini kita musti awas dengan anak kita. Anak sekolah dasar saja sudah mulai pasang perjokian. Pernah penulis kaget anak penulis cerita. Si itu hebat bikin ini bunda bisa diupahin bikin, kita bayar 20 rb katanya. Terpaksa senyum kita menanggapinya.
Malas
Ini obatnya cuma satu. Rajin. Ha ha ha bingungkan. Penulis juga bingung. Jika kita tak memiliki motivasi kita akan malas menulis. Kembali ke " Takdir" dan "Ikhlas" oleh Yusriana Siregar Pahu di sini, Kompasiana.Â
Jika takdir kita penulis, malas akan berganti rajin. Maka ikhlas pun muncul. Ikhlas takkan bisa muncul jika kita belum mereguk nikmatnya menulis.Â
Ketika nikmat menulis ini sampai kepada kita maka kita takkan memikirkan jujur, takut, malu, honor, dan malas. Semua sirna karena mendesaknya kata-kata dalam benak, pikiran, dan otak kita. Berontak meminta diekspresikan.
Itulah kemudahan menulis. Menulis begitu mudah jika kita jujur dengan diri sendiri. Menulis mudah jika kita berani bermain kata-kata berdasar fakta pengalaman kita. Berani antonim takut. Menulis gampang jika kita sportif dan percaya diri melawan rasa malu kita. Menulis mudah jika kita jangan terbebani oleh uang atau homor dahulu. Menulis lagi-lagi harus dibarengi rajin. Rajin membaca tulisan orang lain.