Mohon tunggu...
RIANA PANGESTUTI
RIANA PANGESTUTI Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

wallahua'lam bishshawaab

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Healing Peserta Didik melalui Komunikasi Terapeutik

6 Januari 2025   10:15 Diperbarui: 6 Januari 2025   10:22 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap manusia pasti memiliki masalah. Tanpa terkecuali, anak-anak usia sekolah dasar (SD), yaitu usia 6-10 tahun. Masalah pada peserta didik sekolah dasar dapat disebabkan dari rumah, lingkungan sekitar, teman-temannya, bahkan diri sendiri. Beberapa contoh permasalahan peserta didik yaitu terkait kognitif, psikomotor, dan afektif.

Permasalahan kognitif pada peserta didik SD biasanya yaitu lamban belajar, kesulitan membaca, atau kesulitan menghitung. Kemudian, permasalahan psikomotor pada peserta didik SD yaitu kesulitan menulis dan berbicara. Lanjut, permasalahan afektif pada peserta didik SD yaitu peserta didik yang terlalu tertutup, sehingga enggan berinteraksi dengan teman sebayanya.

Terus apa dampak dari masalah terhadap Peserta Didik SD?

Masalah-masalah tersebut tentu dapat memengaruhi pikiran peserta didik yang kemudian menjadi beban bahkan dapat menyebabkan tekanan mental. Hal ini tidak hanya menghambat pembelajaran di kelas, tetapi juga dapat mengganggu perkembangan sosial dan emosional mereka. Sebagai contoh, seorang peserta didik yang terus-menerus gagal dalam pelajaran matematika mungkin merasa rendah diri dan enggan berpartisipasi di kelas.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru dapat ikut berperan membantu proses healing peserta didik. Dengan pendekatan yang tepat, guru tidak hanya menjadi pendidik, tetapi juga pendamping yang membantu anak-anak melewati masa sulit mereka.

Apa itu healing?

Healing berasal dari bahasa Inggris yang berarti penyembuhan. Jadi, bisa disimpulkan bahwa healing adalah sebuah proses penyembuhan diri untuk meringankan atau menghilangkan beban pikiran. Salah satu cara untuk melakukan healing adalah dengan komunikasi terapeutik.

Memang, apa itu komunikasi terapeutik?

Dalam komunikasi konseling, ada istilah "komunikasi terapeutik" atau bisa disebut komunikasi penyembuhan. Komunikasi merupakan proses penyampaian dan penerimaan informasi, baik berupa perasaan maupun pikiran. Terapeutik adalah kata sifat yang berarti penyembuhan. Jadi, komunikasi terapeutik adalah proses interaksi antara konselor dan konseli yang dapat menyembuhkan atau memulihkan konseli.

Sebagai contoh, seorang guru yang mendapati seorang siswa murung selama beberapa hari berturut-turut dapat menggunakan komunikasi terapeutik untuk memahami apa yang mengganggu pikiran siswa tersebut. Dengan mendengarkan secara aktif dan memberikan tanggapan yang menenangkan, guru dapat membantu siswa merasa lebih baik dan kembali fokus pada pelajaran.

Bagaimana proses komunikasi terapeutik?

Proses komunikasi terapeutik melibatkan beberapa tahap penting untuk memastikan interaksi yang efektif antara guru (konselor) dan peserta didik SD (konseli). Dilansir dari buku Keterampilan Komunikasi Konseling (2017), berikut adalah tahapan-tahapan yang dapat dilakukan dalam komunikasi terapeutik:

  1. Pembukaan

Tahap ini melibatkan perkenalan dan membangun hubungan awal antara konselor dengan konseli. Guru harus menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman bagi peserta didik untuk berbicara. Misalnya, guru bisa memulai dengan sapaan hangat atau berbagi cerita ringan untuk mencairkan suasana.

  1. Pengumpulan Data

Pada tahap ini, guru mengumpulkan informasi tentang kondisi peserta didik melalui pertanyaan terbuka dan mendengarkan aktif. Guru dapat menanyakan, "Apa yang membuatmu terlihat sedih akhir-akhir ini?" atau "Bisakah kamu ceritakan apa yang kamu rasakan saat belajar?" Dengan pendekatan ini, peserta didik merasa didengar tanpa tekanan.

  1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, guru mengidentifikasi masalah utama yang dihadapi peserta didik, seperti masalah fisik, emosional, atau psikologis. Misalnya, seorang siswa mungkin merasa kesulitan karena tekanan dari orang tua untuk mendapatkan nilai tinggi.

  1. Intervensi

Tahap ini melibatkan pemberian dukungan, edukasi, dan intervensi yang diperlukan untuk membantu peserta didik mengatasi masalah mereka. Guru dapat memberikan informasi yang relevan atau mendorong anak untuk mencoba pendekatan berbeda dalam belajar. Contohnya, memberikan teknik membaca yang lebih mudah atau mendampingi mereka saat menyelesaikan tugas.

  1. Evaluasi

Setelah intervensi dilakukan, guru mengevaluasi efektivitasnya dan melihat perkembangan dalam kondisi peserta didik. Jika diperlukan, rencana komunikasi dapat disesuaikan. Guru dapat menanyakan, "Apakah cara ini membantu kamu merasa lebih baik?" atau "Apa yang masih membuatmu merasa khawatir?"

  1. Penutupan

Tahap terakhir melibatkan penutupan sesi komunikasi dengan cara yang positif dan mendukung. Guru memastikan peserta didik merasa didengar dan dipahami. Penutupan yang baik dapat meningkatkan kepercayaan diri anak untuk menghadapi tantangan berikutnya.

Studi Kasus: Komunikasi Terapeutik dalam Praktik

Riani adalah seorang siswa kelas 4 SD, ia anak yang ceria dan berperan aktif dalam pembelajaran di kelas. Namun, akhir-akhir ini sering terlihat murung dan sulit berkonsentrasi di kelas. Ibu Ani, guru kelasnya, mulai menyadari perubahan sikap tersebut. Suatu pagi, Ibu Maya menghampiri dan mendekati Riani dengan memulai percakapan dengan sapaan hangat. "Riani, gimana kegiatan weekend mu? Main kemana saja?" tanya Ibu Maya dengan nada ramah. Ibu Maya memastikan suasana tetap nyaman, sehingga Riani merasa aman untuk berbicara.

Setelah Ibu Maya berbincang-bincang dengan Riani dan suasana mulai terasa lebih santai, Ibu Maya mulai bertanya lebih mendalam mengenai perubahan sikap Riani. "Akhir-akhir ini Ibu lihat kamu sering melamun, apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?". Riani awalnya diam, tetapi perlahan ia mulai bercerita bahwa ia merasa sedih karena orang tuanya baru saja bercerai dan bingung menghadapi perubahan situasi di rumah, terutama harus tinggal terpisah dari ayahnya.

 

Dari percakapan tersebut, Ibu Maya memahami bahwa masalah utama Riani adalah perceraian orang tuanya yang berdampak pada emosional Riani. Perubahan suasana dan perasaan kehilangan, serta suasana tidak stabil di rumah memengaruhi semangatnya dalam belajar dan fokus di kelas. Hal tersebut membuat Riani merasa tertekan dan kesulitan beradaptasi.

 

Ibu Maya mulai merancang langkah-langkah untuk membantu Riani. Ibu Maya berbicara dengan ibunya Riani, memberikan penjelasan tentang masalah Riani, dan meminta Ibu Riani untuk memberikan dukungan emosional dan memberikan pemahaman terhadap Riani atas hal yang terjadi. Selain itu, di kelas, Ibu Maya memberi perhatian lebih kepada Riani, seperti mendampinginya saat belajar. 

Beberapa waktu telah berlalu, Ibu Maya memperhatikan dan mengevaluasi perkembangan Riani. Ia berbicara lagi dengan Riani untuk mengetahui perasaannya. "Gimana perasaanmu sekarang, Riani?" . Riani mengatakan bahwa ia mulai terbiasa dengan kehidupan di rumah berkat dukungan Ibunya, sehingga merasa lebih tenang dan senang datang ke sekolah. Ibu Maya juga melihat Riani mulai lebih fokus dan aktif saat pelajaran berlangsung.

 

Setelah dirasa Riani mengalami healing, Ibu Maya menyampaikan pesan positif kepada Riani. "Kamu sudah melakukan yang terbaik, dan Ibu Maya bangga padamu. Jika ada hal yang ingin kamu ceritakan, Ibu siap untuk mendengarkan". Riani tersenyum dan terlihat lebih percaya diri. 

Melalui pendekatan komunikasi terapeutik yang dilakukan Ibu Maya kepada Riani, menunjukkan bahwa konseli merasa didukung dan memiliki semangat untuk menghadapi masalah yang sedang dihadapi.

Manfaat Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik dapat memberikan manfaat bagi guru selaku konselor dan peserta didik SD selaku konseli sebagai berikut.

  1. Membantu menciptakan hubungan yang saling percaya antara konselor dan konseli.

  2. Membantu konseli merasa lebih tenang dan nyaman selama konseling.

  3. Memastikan konseli memahami kondisi mereka dan rencana konseling yang akan dilakukan.

  4. Membantu konseli membuat keputusan yang tepat terkait konseling mereka.

  5. Mendorong konseli untuk mengikuti instruksi konseling dengan lebih baik.

Peran Guru sebagai Pendamping

Guru memiliki peran penting dalam proses komunikasi terapeutik. Dengan menjadi pendengar aktif, memahami perasaan, dan merefleksikan perasaan, guru dapat membantu peserta didik merasa didukung.

Tips Praktis untuk Guru

Dalam memulai komunikasi terapeutik dengan peserta didik SD, guru dapat mencoba langkah-langkah berikut.

  1. Sediakan waktu khusus untuk mendengarkan peserta didik tanpa gangguan.

  2. Gunakan bahasa tubuh yang menunjukkan perhatian, seperti kontak mata dan anggukan.

  3. Hindari memberikan penilaian atau kritik saat peserta didik berbicara tentang masalah mereka.

  4. Berikan tanggapan yang menunjukkan empati.

  5. Tunjukkan respon yang merefleksikan perasaan peserta didik.

Komunikasi Terapeutik untuk Masa Depan Peserta Didik SD

Komunikasi terapeutik bukan hanya solusi sementara, tetapi juga investasi jangka panjang bagi perkembangan peserta didik SD. Dengan membangun hubungan yang kuat melalui komunikasi yang baik, guru dapat membantu menciptakan generasi yang lebih percaya diri, tangguh, dan siap menghadapi tantangan hidup. Jadi, mari kita mulai menerapkan. 

Referensi:

Sundah, A. J. A. (2017). Keterampilan Komunikasi Konseling. Minahasa Utara: Penerbit Major.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun