Lakukan sugesti secara berulang-ulang. Ceritakan tentang kisah bahwa semua anak bayi akan berhenti menyusu pada waktunya. Karena anak saya menyukai kucing, maka saya menceritakan bahwa semua anak kucing juga dulunya menyusui pada bundanya. Tapi seiring mereka tumbuh dewasa, mereka akan berhenti menyusui.
Jangan menawarkan. Sebenarnya yang tersiksa saat proses menyapih adalah ibunya, ketimbang anaknya, hahaha. Dengan menyusui kita bisa memberikan begitu banyak solusi atas banyak masalah: tantrum, susah tidur, sampai melengkapi kebutuhan gizi per harinya.Â
Dalam proses menyapih, kita mesti bisa memberikan solusi selain menyusu untuk masalah tantrumnya, which is itu lumayan menguras emosi dan jiwa. Tapi, memang jika sudah sampai pada waktunya, pengorbanan yang terhitung kecil itu harus dilakukan, suka tak suka.
Lakukan secara berjangka. Mengurangi intensitas menyusui adalah langkah awal yang perlu dilakukan agar nyali terbiasa untuk tak begitu tergantung pada payudara ibu. Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa cara ini juga bisa menghindarkan sang ibu dari gejala pembengkakan serta peradangan payudara yang biasa terjadi ketika proses menyapih dilakukan secara mendadak.
Sebenernya ada satu lagi yang saya lakukan, yakni pengenalan susu formula sebagai pengganti ASI. Tapi beberapa teknisi kesehatan ada yang tidak menyarankan, karena pemberian susu formula bukanlah sebuah kewajiban. Tapi, ini hanyalah opsi yang bisa dipilih sendiri oleh orang tuanya, tergantung dari kebutuhan gizi si anak sendiri. Apabila gizi sudah terpenuhi dari makanan sehari-hari, maka tak perlu susu formula sebagai substitusi ASI.
Saya merasakan sendiri bahwa dengan melakukan sugesti berupa cerita lewat buku atau lewat media apapun, anak akan lebih mudah diajak kompromi saat melalui proses menyapih.Â
Rewelnya juga lebih sebentar dibandingkan dengan cerita yang saya dapat dari orang tua. Saya rasa, anak adalah sosok yang sangat paham dan mudah mengerti dengan segala situasi, asal semuanya selalu dikomunikasikan terlebih dahulu dengan benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H