Ibarat cinta, suporter indonesia adalah jomblo lapuk yang sudah lama berharap cintanya terbalas dari sang pujaan hati (PSSI). Hahaha, namun takdir dan nasib memang suka jahat, sang bucin ini masih juga harus sabar dalam  menghadapi kendala dari mafia cinta yang hobi mengobral harta dan tahta.
Kondisi Federasi Sepak Bola Indonesia
Kira-kira begitulah ilustrasi singkat PSSI di mata rakyat Indonesia. Kami semua sayang pada PSSI, dan sangat berharap ada hari di mana PSSI bisa berbenah dan berevolusi menjadi pujaan bagi hati kami. Â Agaknya tayangan Mata Najwa kemarin menjadi rongrongan berat sekaligus dorongan yang kuat untuk PSSI agar segera berubah menjadi lebih baik. Kita lihat saja, apakah PSSI memilih jalan itu atau memilih berdiam sembari menunggu isu kembali mereda.
Permasalahan pengaturan skor yang menjadi penyakit utama adalah  topik lawas yang selalu berakhir dengan cara yang sama: mentok. Katanya, menghadapi perkara pengaturan skor di kompetisi olahraga ibarat menghadapi pencopet di kendaraan umum: tidak akan ada akhirnya. Benar juga sih, tapi kan setidaknya ada usaha yang bisa dilakukan. Kalau usaha sudah dilakukan saja pecopetnya masih terus ada, apalagi kalau tidak melakukan apa-apa, ya kan?
Tagar #Edyout
Ah, kasian sekali bapak kita ini
Biarpun begitu, menurut salah satu suporter PSM Makassar yakni suami saya, Pak Edy termasuk dalam jajaran pemimpin PSSI yang lebih mending dibandingkan pendahulunya. Kita bisa lihat pemimpin PSSI terdahulu yang bahkan bisa mempimpin rapat PSSI dari dalam penjara, kan sakti banget tuh. Tapi, rangkap jabatan yang membuatnya tak bisa mengikuti rapat rutin PSSI di Jakarta agaknya memang sesuatu hal yang krusial, yang mesti segera dicari solusinya.
Channel Youtube Asumsi, dengan pembawa acara Pangeran Hasibuan, juga membahas hal penting ini: apakah dengan hengkangnya Edy dari PSSI masalah akan selesai? Ini penting untuk diketahui, bahwa dari beberapa pergantian ketua PSSI, problematika yang dihadapi masih sama yaitu prestasi timnas yang masih rendah di mata dunia. Ketuanya sih ganti, tapi jajaran petingginya masih yang itu-itu juga membuat kinerja PSSI tak akan jauh berbeda dari yang lama. Apakah diperlukan untuk merombak semua petinggi PSSI?
Suara dari Rakyat Jelata
Pengaturan skor memanglah masalah lawas di segala kompetisi olahraga di seluruh dunia. Bahkan Kapten Tsubasa Ohzora pernah melakukanya. Ingatkah teman-teman saat tim Nankatsu (timnya Tsubasa) melawan tim Musashi (timnya Jun Misugi). Di mana manajernya Misugi meminta Tsubasa untuk mengalah karena kapten mereka sakit jantung.Â
Saya sempat menangis menonton adegan ini, karena Tsubasa yang seharusnya bisa melawan head to head dengan Misugi malah memilih diam dan membiarkan ia membawa bola ke gawang Nankastsu. Ujung-ujungnya, Misugi merasa terhina karena Tsubasa tidak bermain optimal. Kisahnya berakhir bahagia dan pertandingan tak jadi diatur oleh match fixing.Â
Channel Youtube Asumsi juga banyak mengupas perihal mental sebagian atlet pesepakbola yang begitu mudah disuap. Salah satunya ialah karena didikan pelatih yang justru mengajari hal seperti itu. Kemudian ada juga tentang liga junior yang dipenuhi oleh nepoteisme, di mana ada kepentingan dan keududukan orang tua yang menjadi tolak ukur dalam memutuskan suatu hal.Â
Huah, banyak banget nih PR-nya PSSI. Perjalanan PSSI jelas akan lebih panjang dan berat ketimbang perjuangan jomblo Indonesia untuk mengumpulkan biaya pernikahan, namun suporter Indonesia pasti akan terus menyuarakan semangat. Sehingga nanti di masa depan akan ada hari kami melihat timnas masuk dalam  kompetisi Piala Dunia, apa sekalian aja jadi tuan rumahnya?
sumber
youtube.com/matanajwa : PSSI Bisa Apa
ube.com/Asumsi : Blak-blakan Soal PSSI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H