Saat anak masih kecil ia memperoleh kata dari orang tua dan kawan-kawannya yang kemudian kata tersebut masuk ke pikirannya, sehingga informasi yang masuk tersebut diolah di Lab Language Acquisition Device, sehingga anak dapat memproduksi sendiri kata dan kalimatnya yang ia tata dalam pikirannya. Artinya anak sebenarnya secara alamiah dapat membuat kalimat.
Akan tetapi saat di sekolah ia diajarkan cara membuat kalimat padahal secara nyata ia dapat membuat kalimat. Saat ia sudah mampu membuat kalimat, maka diujilah kata tersebut menjadi omongan yang ia lakukan sendiri sehingga anak sesudah bahkan ketika sekolah sudah dapat bercerita.Â
Bercerita tersebut dapat ia lakukan karena terdapat tumpukan memori, tumpukan kejadian, dan dari situlah anak dapat merangkai kalimat demi kalimat secara apik, runtut dan bagus karena sudah terdapat pemberdaharaan kata dan kalimat yang ia miliki. Hingga saat anak dapat menulis dia bisa bercerita ke dalam bentuk tulisan.Â
Anak lebih suka menulis karena hal tersebut merupakan masa awal ia menulis, mengungkapkan cerita, mengungkapkan perasaan melalui tulisan, dan anak dapat belajar cepat di situ. Sejak tahun 2000 di Indonesia sastra anak karya anak melimpah ruah sampai sekarang. Karena banyaknya cerita pendek dan novel yang diciptakan oleh anak.
Ciri sastra anak karya anak ialah cerita singkat, bahasanya alamiah, dan settingnya ada pada kehidupan mereka. Tema sastra anak karya anak rata-rata bersifat persahabatan, kekaluargaan, usaha diri sendiri, tentang bagaimana membangun sebuah pelajaran, petualangan, dan kebenaran. Pada sisi tokoh, sastra anak karya anak ialah tokoh anak-anak, kalaupun ada tokoh dewasa disitu menjadi tokoh kedua atau ketiga.Â
Anak-anak tokohnya adalah dari dia, oleh dia, untuk dia. Tokoh-tokohnya sahabat dia anak-anak, yang kedua tokohnya adalah binatang, dan yang ketiga adalah tokoh-tokoh alam. Alur pada sastra anak karya anak ialah alur maju.Â
Happy ending. Settingnya situasi nyata, setting keluarga, setting sekolah, setting alam tempat dimana ia bermain dengan teman-temannya, dan bahkan setting dunia kerajaan yang bisa ia imajinasikan.Â
Setting waktunya rata-rata tentang siang hari, kemudian suasananya kegemaran, kekuatan, kegigihan, dan kesenangan. Reputasinya ketika ia kecil ternyata ia lebih banyak menulis, akan tetapi ketika ia dewasa justru tidak menghasilkan karya sastra.
Sastra anak karya anak kurang mendapatkan tempat di orang dewasa. Sastra dewasa karya orang dewasa lebih dominan, dan rata-rata sastrawan dan sebaginya kurang mengakui sebagai seni, karena dianggap sastra anak karya anak hanya dunia belajar, padahal terdapat estetika karya yang dimiliki anak, terdapat keunikan menata kalimat, menata gagasan, mengungkapkan rasa.
Melihat sastra anak karya anak saat ini diharapkan semoga semua pihak agar saling bekerjasama untuk membentuk karakter bangsa dari pendidikan karakter. Dengan cara membaca sastra anak kepada anak-anak usia dini.Â
Agar minat baca yang saat ini sangat miris di Indonesia kembali baik, perlu kiranya semua hal yang telah diungkapkan sebelumnya diperhatikan.Â
Hal-hal tersebut kesadaran orangtua, dan pengajaran guru. Hal tersebut harus saling berkoordinasi agar pendidikan karakter yang saat ini menjadi topik pembicaraan dapat terwujud serta karakter bangsa dapat kembali terbentuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H