Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko penularan melalui hubungan seksual adalah kehadiran penyakit menular seksual. Seseorang yang menderita penyakit menular seksual (sifilis, herpes genitali, kencing nanah, dsb) akan lebih mudah menerima dan menularkan HIV kepada orang lain yang berhubungan seksual dengannya.
Penularan HIV juga dapat terjadi dari ibu ke anak, hal ini  dapat terjadi melalui infeksi saat proses persalinan, dan melalui pemberian ASI. Beberapa faktor maternal dan eksternal lainnya dapat mempengaruhi transmisi HIV ke bayi, di antaranya banyaknya virus dan sel imun pada trisemester pertama, kelahiran prematur, dan lain-lain.
- Anggapan yang salah tentang penularan
CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) menyatakan bahwa HIV tidak ditularkan melalui ludah, gigitan nyamuk, dan kontak sehari-hari (berjabat tangan, terekspos batuk dan bersin dari penderita HIV, menggunakan toilet dan alat makan bersama, berpelukan).
- Pencegahan
Pencegahan HIV melalui hubungan seksual dapat dilakukan dengan tidak berganti-ganti pasangan dan menggunakan kondom. Adapun untuk pencegahan risiko penularan perinatal dapat dilakukan dengan persalinan secara caesar, tidak memberikan ASI, dan pemberian AZT pada masa akhir kehamilan dan setelah kelahiran bayi. Tidak menggunakan jarum suntik diluar kepentingan medis serta menghindari jarum untuk tatto atau tindik juga merupakan cara mencegah yang perlu diperhatikan remaja.
Siapa yang harus mengajarkan?
Pedoman CDC merekomendasikan penggunaan guru kelas di tingkat dasar untuk memberikan pengajaran. Selanjutnya instansi pendidik, bersama dengan CDC, menganjurkan mengintegrasikan pendidikan HIV ke dalam pendidikan kesehatan. Beberapa sistem sekolah menggunakan mendatangkan pakar seperti, guru sains, para profesional kesehatan, seperti perawat, dokter, atau Palang Merah.Â
Adapun peran orang tua dalam pengawasan dan komunikasi yang baik pada remaja juga menjadi pendukung tersampaikannya pengajaran pada remaja. Di beberapa negara kini menghubungkan pendidikan HIV dengan program pencegahan kehamilan remaja. Penggunaan rekan sebaya juga kini menjadi trend dalam pengajaran remaja. Dalam beberapa penelitian, teman sebaya dinilai jauh lebih efektif dalam mengubah perilaku satu sama lain daripada orang tua, guru atau orang dewasa lainnya.
Bagaimana mendeteksi HIV?
Awal deteksi HIV dilakukan dengan pemeriksaan darah, walaupun tidak ada gejala apapun. Pada tahap kedua telah ada gejala klinis, misalnya elastis kulit memburuk, gatal-gatal dan batuk pilek seperti flu biasa. Pada tahap ketiga akan mengalami penurunan berat badan dan terkena TBC. Pada tahap keempat telah mengalami komplikasi, sulit disembuhkan dan biasanya diikuti dengan kematian.
Pendeteksian HIV, biasanya menggunakan tes antibodi HIV yang murah dan akurat. Seseorang yang terinfeksi HIV akan menghasilkan antibodi untuk melawan infeksi tersebut. Tes antibodi HIV akan mendeteksi antibodi yang terbentuk di darah, saliva (liur), dan urin. Sampel dari tubuh pasien tersebut akan dicampur dengan larutan tertentu. Kemudian, kepingan alat uji (test strip) dimasukkan dan apabila menunjukkan hasil positif maka akan muncul dua pita berwarna ungu kemerahan.
RUJUKAN :
- CDC. 2010. CDC HIV/AIDS Facts, Oral Sex And HIV Risk.
- Edward Nketiah-Amponsah, Gloria Afful-Mensah. 2013. A Review of HIV/AIDS Awareness and Knowledge of Preventive Methods in Ghana. https://www.ajrh.info/index.php/ajrh/article/view/302
- Gudatus, Gustav M. 2000. HIV and AIDS. USA: Capstone
- Hung Fan, Ross F. Conner, Luis P. Villarreal. 2010. AIDS: Science and Society. Jones & Bartlett Publishers
- World Health Organization. 2010. Diagnosis of HIV infection in infants and children. https://www.who.int/hiv/pub/paediatric/diagnosis/en/
- Zahroh Shaluhiyah. 2015. Stigma Masyarakat Terhadap Orang Dengan HIV/AIDS. Http://Journal.Fkm.Ui.Ac.Id/Kesmas/Article/View/740/469