Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Petualangan Susur Gua hingga "Pertarungan" Sugriwa Subali di Gua Kiskendo Kulon Progo

26 Maret 2021   06:16 Diperbarui: 26 Maret 2021   08:47 1378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gua Kiskendo Kulon Progo - Dua kisah kakak beradik, Sugriwa dan Subali, diutus para dewa untuk menyelamatkan Dewi Tara dari cengkraman Mahesasura dan Lembusura. Dewi Tara adalah bidadari yang tak lain merupakan putri sulung dari Bathara Indra, penguasa kahyangan Kaindran. 

Singkat cerita, dalam perjalanannya, Sugriwa dan Subali justru berselisih dan saling berebut Dewi Tara. Jadi, siapa yang pada akhirnya memenangkan hati sang bidadari?

Pertama Kalinya Berkunjung ke Gua Kiskendo, Kulon Progo 

Piknik merupakan aktivitas menyenangkan dan bisa menjadi healing buat saya pribadi, baik untuk fisik maupun psikis yang makin mengkhawatirkan sejak pandemi menghampiri. 

Saya pribadi selalu memiliki alasan setiap kali keluar rumah, bisa karena dalam rangka menyelesaikan pekerjaan, membeli barang kebutuhan atau sekadar refreshing seperti yang saya lakukan beberapa waktu lalu.

Gua Kiskendo Kulon Progo (dok. Riana Dewie)
Gua Kiskendo Kulon Progo (dok. Riana Dewie)

Ajakan Dinas Pariwisata Kulon Progo untuk mengunjungi beberapa destinasi wisata tentu saya terima dengan senang hati, mengingat bahwa beberapa waktu belakangan ini, saya memang kurang piknik. 

Kegiatan bertajuk Familiarization Trip atau lebih poplernya disebut Famtrip ini menarik perhatian saya karena ada tiga destinasi yang rencananya akan dikunjungi, yaitu Gua Kiskendo, Gua Sumitro dan yang terakhir adalah desa wisata Tegal Pule.

Gua Kiskendo adalah destinasi pertama yang kami kunjungi, dimana obyek wisata ini masih satu area dengan Gua Sumitro. Gua Kiskendo adalah sebuah gua berbentuk lorong yang lumayan panjang dan berliku, area didalamnya cenderung basah dengan hiasan stalaktit pada langit-langit guanya.

Susur Gua Kiskendo: Mengintip Ruang Pertapaan Masa Lalu  

Jalan masuk Gua Kiskendo (dok. Riana Dewie)
Jalan masuk Gua Kiskendo (dok. Riana Dewie)

Menurut Wikipedia, Gua Kiskendo adalah sebuah gua yang juga menjadi objek wisata di Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Dengan kedalaman 1,5 kilometer di dalam bumi Bukit Menoreh dan memiliki dua cabang jalan (area) yang ada didalamnya, gua ini menawarkan pemandangan alam yang sungguh menakjubkan.

Bapak Slamet, salah satu sesepuh yang mengantar kami menyusuri Gua Kiskendo (dok. Riana Dewie)
Bapak Slamet, salah satu sesepuh yang mengantar kami menyusuri Gua Kiskendo (dok. Riana Dewie)

Kami menyusur Gua Kiskendo ditemani bapak Slamet, salah seorang sesepuh yang ikut melestarikan warisan sejarah dari obyek wisata alam ini. 

Saat berada di gapura depan pintu masuk gua, tampaklah anak tangga yang semakin turun ke bawah dan hampir tak ada cahaya didalamnya. Jangan khawatir, peserta dibekali helm dan headlamp sebagai bekal untuk "berpetualang".

Setelah berdoa bersama, kami diberi aba-aba oleh bapak Slamet untuk masuk ke dalam gua, tentunya wajib berhati-hati. Semakin ke dalam, saya merasakan udara yang semakin dingin dengan kondisi tanah lumpur basah. 

Jika tak berhati-hati, bisa jadi kami terpeleset di beberapa titiknya walaupun di jalur penelusuran telah dialasi beton.

salah satu area pertapaan (dok. Riana Dewie)
salah satu area pertapaan (dok. Riana Dewie)

Sebagian area gua ini dipercaya sebagai tempat pertapaan orang-orang di masa lalu. Beberapa situs pertapaan tersebut adalah pertapaan Santri Tani, Semelong, Lumbung Kampek, Tledek, Kusuman, Seterbang, Sekandang, Padasan dan Selumbung.

Saat rombongan sampai di sebuah sudut gua yang lumayan luas, pak Slamet kembali mengajak kami untuk melantunkan doa pribadi. Menurut cerita, dulunya sih banyak yang terkabul saat doa di tempat ini.

Ornamen cantik yang ada di Gua Kiskendo (dok. Riana Dewie)
Ornamen cantik yang ada di Gua Kiskendo (dok. Riana Dewie)

Perjalanan yang kami lalui tidaklah mulus, karena tak hanya sekali kami harus berjalan dalam kondisi jongkok bahkan merayap untuk melanjutkan penyusuran. Walau capek tapi petualangan seperti ini sangat jarang saya lakukan sehingga terasa mengasyikkan.

Rombongan berjalan dengan menyesuaikan kondisi Gua Kiskendo (dok. Riana Dewie)
Rombongan berjalan dengan menyesuaikan kondisi Gua Kiskendo (dok. Riana Dewie)

Selain melewati area atas sungai dengan aliran air yang tak terlalu deras, kami juga menemukan beberapa sumber air yang merupakan air tetesan dari stalaktit. Air ini benar-benar segar saat saya manfaatkannya untuk membasuh muka.

Legenda Gua Kiskendo tentang Sugriwa dan Subali 

Sembari menikmati segarnya tetesan air dari stalaktit, kami mendengarkan beberapa cerita sejarah yang disampaikan oleh Bapak Slamet. Salah satu yang terngiang hingga hari ini adalah bahwa gua ini lekat dengan legenda tentang kakak beradik berkepala kerbau dan sapi, yaitu Sugriwa dan Subali.

Sugriwa dan Subali menerima tugas dari para dewa untuk menyelamatkan Dewi Tara yang diculik oleh Mahesasura dan Lembusura. Aji Pancasona diberikan kepada Subali untuk melawan musuh. Sugriwa, sang adik, disuruhnya untuk menunggu di luar saat kondisi darurat agar ada satu dari mereka yang selamat.

Sebuah pesan ia lontarkan kepada Sugriwa. Jika nanti ada aliran darah merah keluar dari gua, artinya Subali menang mengalahkan musuh. Namun jika darah putih yang mengalir, ini menandakan bahwa Subali kalah dan Sugriwa harus menutup pintu gua secepatnya dengan batu.

Namun apa yang terjadi? Aliran darah merah bercampur putih keluar dari gua dengan perkiraan bahwa kakaknya dan musuh tewas bersamaan. Kondisi ini tentu memaksa Sugriwa untuk menutup pintu gua dan berlari menjauhi area tersebut.

Dewi Tara saat dipinang oleh salah satu bersaudara (dok. Riana Dewie)
Dewi Tara saat dipinang oleh salah satu bersaudara (dok. Riana Dewie)

Padahal, warna darah ini merupakan perpaduan isi kepala Mahesasura dan Lembusura yang diadu oleh Subali. Dengan perasaan marah terhadap saudaranya, Subali melubangi bagian atas gua sebagai jalan untuk keluar.

Singkat cerita, akhirnya Sugriwa mempersunting Dewi Tara. Namun karena banyak berselisih paham dan diadu domba oleh Rahwana, Subali mengusir Sugriwa dan mengambil alih peran sebagai suami Dewi Tara. 

Lahirlah Anggada sebagai buah cinta mereka, walau pada akhirnya Sugriwa bersama Rama datang kembali dan berhasil mengalahkan Subali. Ya, Dewi Tara akhirnya kembali ke pelukan Sugriwa.

Visualisasi Legenda dalam Bentuk Sendratari Kolosal 

Inilah salah satu keunggulan Gua Kiskendo yang sukses menarik perhatian banyak orang. Visualisasi cerita Sugriwa Subali pada akhirnya disuguhkan kepada seluruh pengunjung yang hadir. 

Di sebuah area luas berpayung langit dan berlatarkan tebing, saya sungguh terpana dengan setiap adegan yang diperankan.

Pemeran dayang-dayang menari di Gua Kiskendo (dok. Riana Dewie)
Pemeran dayang-dayang menari di Gua Kiskendo (dok. Riana Dewie)

Pertunjukan kolosal ini disuguhkan sangat apik dalam buaian tarian, mulai dari yang gemulai hingga adegan peperangan yang sungguh memengaruhi emosional pengunjung. 

Lantunan tembang-tembang Jawa sinden bersuara merdu membentuk harmonisasi dengan alunan gamelan. Tentu, ini menambah kelekatan nuansa Jawa.

Salah satu adegan menari dalam sendratari Sugriwa Subali (dok. Riana Dewie)
Salah satu adegan menari dalam sendratari Sugriwa Subali (dok. Riana Dewie)

Puluhan seniman lokal sukses memerankan tokoh dengan baik. Ada dayang-dayang cantik yang menari, ada kera-kera gua yang loncat-loncatan mirip dengan aslinya, tokoh Sugriwa dan Subali yang tampak berbadan tinggi besar, Dewi Tara yang menari gemulai dengan rambut hitam terurai panjang, dan peran menarik lainnya.  

Tokoh kera bagi-bagi masker, satu pesan sosial kepada pengunjung untuk patuh protkes selama masa pandemi (dok. Riana Dewie)
Tokoh kera bagi-bagi masker, satu pesan sosial kepada pengunjung untuk patuh protkes selama masa pandemi (dok. Riana Dewie)

Hampir semua penonton terbuai saat menyaksikan pementasan berdurasi kurang lebih 60 menit ini. Ada dua part dalam pertunjukan ini yang menurut saya pantas untuk diacungi jempol. Pertama, saat raja kera berbagi masker kepada kera-kera kecil agar mereka terhindar dari sakit.

Seluruh seniman sendratari Sugriwa Subali (dok. Riana Dewie)
Seluruh seniman sendratari Sugriwa Subali (dok. Riana Dewie)

Kedua, klimaks dari pertunjukan, dimana suara gemuruh mengiringi visualisasi air bah yang turun dari atas, bersamaan dengan api yang membesar sebagai penanda bahwa sendratari telah selesai. 

Pertunjukan megah ini pada akhirnya mendapatkan banyak apresiasi dari para tamu yang hadir dengan tepuk tangan yang meriah.  Penasaran dengan pertunjukan ini? Yuk lihat videonya di bawah ini.


***

Nah, itulah cerita piknik saya di daerah Kulon Progo. Masih ada cerita-cerita lainnya yang mudah-mudahan besok bisa saya bagikan kembali. 

Belajar sejarah dengan cara semenarik ini tentu memudahkan saya pribadi untuk menyerap nilai-nilai edukasi yang tersemat. Saya menemukan cinta, perjuangan dan pengorbanan dari sendratari kolosal ini.  

Hayoo, ada yang pingin kesini juga?

Riana Dewie

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun