Kira-kira jam 11 malam, saya membalas sebuah pesan WhatsApp seorang kawan. Ya, sepertinya sudah tiga jam ia menunggu balasan saya. Saya sendiri sedang disibukkan dengan nge-pack beberapa makanan ringan sisa hasil jualan saat bulan Ramadhan di tahun ini.Â
Isinya sangat remeh, sebungkus capcay jawa, teh panas dan juga cilok dimana ketiganya masuk dalam sebuah plastik tipis berwarna hitam. Hanya ada lima paket makanan yang saya bagikan di hari itu.
"Malam-malam gini keluar rumah, dari mana mbak?", balasnya setelah menerima pesan dari saya sekitar jam 23.30 WIB. Akhirnya saya bercerita bahwa saya mengirim makanan ringan untuk mereka yang masih beraktivitas di tengah malam.Â
Sebagian memulung benda-benda yang mereka temukan di jalanan, sebagian lagi para penjaja makanan yang malam itu tampak sepi pembeli.
Berbagi Seremeh ini, Pantaskah? Â
Walau telah berbagi dengan yang lain, ada sedikit kesedihan di hati karena tak bisa memberikan lebih. "Itu menjadi berkat buat mereka. Kalau mbak gak kasih, mana bisa mereka makan capcay malam ini", ucap teman saya mencoba memberi penghiburan. Ya, kata-kata teman saya memang tak salah karena plastik hitam itu mereka sambut dengan penuh sukacita.
Wajah yang berbinar, bahkan ada pula yang langsung menanyakan apakah ada minuman didalamnya. Setelah saya menganggukkan kepala, salah satu ibu yang menerima paketan itu segera membuka kresek, dikeluarkannya sebungkus teh dan segera ia meminumnya dengan tempo cepat; seperti kehausan setelah memulung ditemani sepeda tuanya.Â
"Terimakasih mbak, semoga lancar rejekinya, dari tadi ibu nih kehausan, gak ada lagi minuman di botol...", ucap si ibu dalam bahasa Jawa dengan nada lirih.
Tetesan air mata jatuh begitu saja di pelupuk mata. Ya, saya tak bisa membayangkan, bahkan hanya sekedar air saja, mereka seperti mendapat harta karun. Semenjak itu saya semakin menyadari, bahwa apa yang menurut saya remeh, bisa jadi sangat berarti bagi orang yang membutuhkan.
Semudah ini ya ternyata berbagi? Tak harus dalam nominal besar, apalagi serba mahal. Asal dilakukan dengan hati yang tulus, mereka juga akan menerima dengan senyum yang tulus pula. Terimakasih telah mengajarkan kepada saya bahwa hal sederhana pun bisa membawa bahagia.
Belajar Arti "Ketulusan"
Kisah lain yang juga menguras emosi saya adalah ketika bertemu dengan Teguh, anak 12 tahun yang berjualan camilan di depan sebuah minimarket yang tak jauh dari rumah. Ia bercerita bahwa selama masa pandemi, hampir setiap hari ia membantu menjajakan camilan, dari siang hingga sore hari.Â
"Ingin membantu orang tua...", jawabnya polos saat saya tanya mengapa ia mau berjualan. Sang kakak yang usianya lima tahun lebih tua darinya, tak ada niatan membantu berjualan karena alasan malu. Jika ditanya siapa yang berkesempatan menyicil sukses sedari dini, Teguh-lah orangnya.Â
Mengorbankan masa bermainnya untuk berbagi bahagia dengan keluarganya, hebat bukan? Akhirnya, senyumnya merekah saat saya mengambil sebungkus camilan coklat manis untuk dibawa pulang ke rumah.
Mengapa Seseorang Ingin Berbagi?
Jangan menunggu kaya dulu untuk berbagi, sebuah ungkapan yang penuh makna. Tidak ada yang tahu, seberapa lama kita diberi umur atau kapan kita akan kaya. Nah, jika ditanya alasannya mengapa saya ingin berbagi, jawabannya hanya satu yaitu agar saya bahagia. Loh, bukannya pihak yang berbagi justru berkorban waktu, tenaga, pikiran bahkan uang?
Betul, namun selama dijalani dengan tulus ikhlas, apa adanya, bahkan tanpa paksaan, hal ini justru membawa rasa damai dan bahagia bagi diri sendiri. Saya akan sharing mengenai alasan saya meluangkan waktu untuk berbagi, walau yang saya lakukan itu sangatlah sepele.
1. Karena Rejeki Menghampiri SayaÂ
Aktivitas saya yang intens bersosial media membuat saya tertantang untuk mengikuti berbagai challenge, diantaranya adalah membuat cerita pendek di Instagram ataupun mengikuti giveaway.Â
Kebayang gak sih cuma ikutan challenge tebak lagu, tebak judul film, atau curhat seputar pengalaman pribadi, eh tiba-tiba nama kita muncul sebagai pemenang? Ya, walau hadiahnya tak seberapa bagi orang lain, namun saya bersyukur karena bisa mendapat rejeki dengan cara mudah.
2. Karena Saya Lebih Beruntung dari Mereka
Pernah gak mengalami saat kita belanja ke pasar tradisional untuk membeli sayur, kita menawar harganya? Saya pernah melakukannya, dulu. Namun setelah memahami bahwa untungnya tak seberapa, bisa jadi hanya dua ratus rupiah, saya tak lagi melakukannya.
Kalau boleh kita introspeksi bersama, membeli baju di mall saja gak pernah nawar, masak iya tega menawar dagangan simbah-simbah yang harganya bisa dibilang "recehan"? Itulah sebuah deretan kalimat seseorang yang masih saya ingat hingga hari ini. Ya, merasa selalu beruntung akan membuat saya lebih mudah bersyukur.
3. Karena Saya Hidup dari Doa MerekaÂ
Siapa yang pernah didoakan hal-hal baik saat berbagi kepada orang lain? Bagi saya pribadi, ini sungguh membawa kedamaian di hati. Hal ini saya alami sendiri saat piknik ke pantai beberapa waktu lalu. Seorang bapak yang sudah renta tampak menjajakan kerupuknya. Seplastiknya lima ribu rupiah, katanya. Saya membeli seplastik dan menyodorkan selembar uang dua puluh ribu-an tanpa saya minta uang kembaliannya.
Setelah menyadari maksud hati saya, si bapak justru menambah beberapa bungkus kerupuk sambil mendoakan banyak hal baik untuk saya. Ya, bisa jadi beliau ingin mengatakan, "jangan membeli harga diri saya, namun belilah dagangan saya, Ini sudah cukup membuat saya bahagia....".
Saat JNE Berbagi dengan Saya
Banyak pengalaman hidup yang mengajarkan saya tentang nilai "berbagi" yang menghadirkan perasaan bahagia. Jika saat ini saya ingin berbagi, itu karena saya telah mendapat jatah duluan saat orang lain berbagi, tak terkecuali dari JNE. Loh, emang jatah apaan sih? Hihihi..
Hayooo, siapa yang pernah memanfaatkan JNE untuk pengiriman barang? Andai di depan saya ada seribu orang, mungkin semuanya akan tunjuk jari kali ya. Hehehe.... JNE sendiri merupakan perusahaan logistik raksasa yang memiliki ribuan agen yang tersebar di seluruh pelosok tanah air.Â
Berdiri sejak tahun 1990, JNE terus berkomitmen dan berinovasi untuk mewujudkan layanan terbaik bagi pelanggannya, baik dari segi Sumber Daya Manusianya maupun teknologi.
Saya pun memiliki kisah manis bersama JNE saat dulu memiliki bisnis online shop. Dengan layanan customer service yang responsif, saya tak pernah menemukan kendala saat mencari informasi tentang resi, pengiriman barang bahkan ke daerah terpencil dan syukurlah, barang diterima tepat waktu.Â
Itu sih gak seberapa, masih banyak kejutan JNE dalam rangka menebar manfaat bagi sesamanya.
1. JNE Memberi Hadiah Liburan GratisÂ
Sekitar lima tahun lalu, saya menjadi satu dari sepuluh orang yang beruntung mendapatkan hadiah liburan. Gak pernah kebayang sih bisa menginap di mewah, serta fasilitas liburan yang 'mahal' banget. Belum lagi difasilitasi kursi VIP saat HUT JNE malam itu, bagi saya ini penghargaan luar biasa.
2. JNE Fasilitasi  HARBOKIR (Hari Bebas Ongkir)
Ternyata tak hanya saya yang ketiban rejeki dari JNE, semua pelanggannya pernah juga mendapatkan. Pernah merasakan euforia program HARBOKIR (Hari Bebas Ongkir)? Bayangin deh, kita bisa kirim barang kemana secara gratis. Tentu ini membawa berkah yang luar biasa bagi banyak orang.
3. JNE Melancarkan Aksi Sosial Â
Sebagai rasa syukur atas perkembangannya, beragam kegiatan sosial seperti "Jumat Berkah", "Bakti Sosial", "Peduli Bencana", "Goes to School", menyantuni anak yatim dan dhuafa bahkan penghargaan bagi kurir terbaik dan pelanggan selalu diberikan secara kontinyu.Â
Ya, perusahaan pengiriman yang memiliki layanan Super Speed (SS) ini akan terus melestarikan kegiatan berbagi, mengingat bahwa selama ini JNE besar karena masyarakat, maka perusahaan ini pun ingin terus berbagi rejeki pula kepada mereka yang membutuhkan. Â
4. JNE Membantu Masyarakat terdampak Pandemi Covid-19Â
Dalam perayaan ultahnya ke-30 ini, PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir ini berbagi kepada masyarakat se-Indonesia. Ruang kreativitas berkonsep co-working space didirikan di Bandung untuk mendukung kegiatan para pelaku UMKM secara gratis, baik untuk meeting, sharing, gathering atau foto produk dagangan mereka.
Selain mendukung UMKM, JNE juga mengirim bantuan air bersih, memberi gratis ongkir pengiriman untuk penanganan Covid-19 hingga berdonasi Rp250 juta demi meringankan beban masyarakat. Berbagi bahagia di masa sulit, terimakasih JNE. Â
***
Beberapa waktu lalu, seorang Ksatria JNE datang sambil tersenyum ramah mengantar sebuah paketan ke rumah. "Wuahhh, makasih kak kirimannya....", ucap saya girang kepada mas kurir tersebut. Setelah saya buka, isinya adalah kiriman buku dari seorang kolega yang sedang giat-giatnya mengembangkan bisnis kuliner.
Buku berjudul "Kok Bisa Gitu? Rahasia Memiliki Pelanggan dari 85 Negara" dari owner Sate Ratu dibagi-bagikan kepada sebagian orang secara gratis. Ya, alasannya berbagi adalah untuk menjalin ikatan yang lebih kuat dengan pelanggan.Â
"Karena servis, kebetulan counter langganan saya. Udah kenal semua, dan bisa memberikan pelayanan yang saya butuhkan", jawabnya saat saya tanya mengapa menggunakan ekspedisi JNE saat ia berbagi. Ah, ketahuan deh kalau JNE konsisten memberi pelayanan terbaik.
Perusahaan yang mendapat penghargaan Millenial's Top Brand Award 2020 ini memang menebar banyak manfaat. Selain berbagi kepada sesama, dari kisah di atas dapat disimpulkan bahwa JNE juga menjadi media penyaluran rejeki oleh seseorang kepada yang lainnya.Â
Ia berkontribusi mewujudkan kebahagiaan bagi banyak orang yang membutuhkan, seperti tagline-nya "Connecting Happiness" yang berarti mengantarkan kebahagiaan. Seperti apa sih keseruan JNE saat berbagi? Yuk tonton video ini.Â
Karena JNE, saya bahagia. Begitu pula karena saya, bisa jadi orang lain juga bahagia. Selamat merayakan Tiga Dekade untuk JNE, semoga tak lelah menjadi penyalur berkat bagi sesama :)Â
Riana Dewie
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H