Waktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar, saya memiliki beberapa jajanan favorit. Selain kue leker yang isiannya masih sangat sederhana, yaitu pisang dan taburan gula pasir, es dawet juga menjadi primadona kala itu.
Iya, seger banget disruput pas jam istirahat siang. Tangan kiri bawa kue leker, tangan kanan bawa plastik isi dawet. Dah gitu masih sempet lari- larian lagi sama temen-temen seragam putih merah yang lainnya.. hihihi.
Oh ya, kamu suka dawet karena apanya? Kalau saya sih hobi banget sama cendolnya. Hihihi...
Dawet Kani di Jalan Kaliurang Yogyakarta
Nah, awal bulan ini, saat melewati area Jalan Kaliurang, Yogyakarta, saya lihat ada warung dawet yang bikin heboh. Hihihi... Jadi, di sana rame banget tuh, setelah saya kepoin tanya kepada pembeli lainnya, ada yang menjawab, "seger, santene kentel tenan mbak niku...". Atau jika diartikan dalam Bahasa Indonesia, "segar, santannya kental sekali mbak...".
Nah, karena saya terlahir dari gen orang tua yang doyan banget jajan dawet, akhirnya saya putuskan untuk singgah dan ikut mengantri. Spanduk "Dawet Kani" menyapa setiap pengunjung yang datang. Dawet Kani? Awalnya saya bertanya-tanya, ini jenis dawet apaan sih. Terus, bedanya sama dawet yang lain itu apa?
Keunggulan Dawet Kani Dibanding Dawet Lainnya.
Selangkah demi selangkah maju, sampailah saya berada di depan pas mas penjualnya. Gak sia-sia deh saya ngantri sambil kepanasan. Setelah dipersilakan duduk, saya manfaatkan kesempatan ini untuk kepoin Dawet Kani yang kayaknya bisa ngalahin popularitas es Boba nih. Hihi....
Baiklah, saya akan sedikit kasih bocoran pembicaraan saya dengan owner tentang minuman tradisional asli Indonesia ini. Â
1. Dawet Khas Kudus
Jika dawet yang biasa saya nikmati itu katanya minuman khas Jepara, dawet Kani sendiri ternyata berasal dari Kudus. Sentra jualan dawet ini awalnya sangat populer di Pasar Kliwon, Kudus dan biasanya bisnis ini dilestarikan secara turun-temurun.
Kini, sang owner, Danial Ahsin, ingin memperkenalkan dawet ini di kota Jogja. Ya, perjuangannya selama kurang lebih 4 bulan "berguru" resep ke seniornya, Dawet Flamboyan di Kudus, membuatnya optimis untuk menembus zona jajanan favorit kota pelajar ini.
2. Cendol Dibuat dari Tepung Aren
"Cendol, dawet seger... Piro...Lima ratusan, Terus.... gak pakai ketan... Ji, ro, lu, pat, enam, pitu, wolu....", lirik lagu Cendol Dawet yang selalu bikin pendengarnya auto bergoyang. Hahaha....
Ya, salah satu bukti bahwa popularitas es cendol memang tak tergantikan. Oh ya, ngomongin tentang cendol untuk Dawet Kani, bahan bakunya tidak menggunakan tepung beras seperti cendol pada umumnya.
Namun, tepung aren menjadi bahan utama tanpa campuran apapun sehingga sudah bisa dipastikan butiran cendolnya bertekstur lembut, seperti sutra. Wow :)
3. Disajikan dengan Santan Kental
Nah, seperti yang saya dengar dari pembeli lainnya tadi, Dawet Kani memang disajikan berbeda. Jika dawet biasanya disajikan dengan santan yang cair, jajanan khas Kudus ini disajikan dengan campuran santan cair dan kental.
20 butir kelapa menurutnya bisa menghasilkan Santal Kental untuk 100 porsi dawet. Oh ya, santan kental ini di dalam bahasa Jawa disebut Kanil, sedangkan di Kudus disebut Kani. Itulah asal muasal istilah "Kani" populer di kalangan pecinta kuliner di Kudus.
4. Ditemani Kue Lapis
Owner mengatakan bahwa Dawet Kani makin asyik jika dinikmati bareng Kue Lapis. Kebetulan saat kemarin saya kesana, kue lapisnya belum ready karena memang warung baru dibuka tiga hari. Namun kedepannya, selain dawet, aneka kudapan tambahan akan ditawarkan sebagai pelengkap.
5. Murah Meriah
Setelah saya gosipin Dawet Kani panjang lebar, ada yang penasaran gak sih sama harganya? Hahaha.... Mahal? Halah, siapa bilang. Dawet Kani yang rasanya gurih manis ini sangat ramah kantong kok, mahalan paketan internet kamu kali.
Jadi, per porsi rencana akan dijual sekitar 8 hingga 9 ribu-an saja. Namun karena kemarin pas saya mampir itu masih dalam masa promo, jadi hanya bayar 6-ribu saja per porsi. Woaaa, auto borong buat orang rumah akhirnya :D
***
Ah, jadi gimana, makin kepo dengan Dawet Kani dong? Ya sudah, buat yang penasaran, monggo silakan mampir ke Warung Dawet Kani, Jl. Kaliurang km. 10 Yogyakarta (Utara kantor BRI unit Ngaglik). Ya, sekalian dukung UMKM di sekitar kita kan.
Oh ya, kalau jadi mampir, kamu akan ditawari dua rasa, gula jawa atau framboz. Hummm, kira-kira kamu suka yang mana?
Riana Dewie
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H