"Kesedihan membuat akal terpana dan tidak berdaya. Jika Anda tertimpa kesedihan, terimalah dia dengan keteguhan hati dan berdayakanlah akal untuk mencari jalan keluar." -Â Socrates (Filsuf Yunani 469 SM - 399 SM)
Siapa sih yang tak pernah sedih? Saya yakin, kondisi hati yang satu ini seringkali menggoda kesabaran kamu. Betul, kondisi sedih seringkali dihindari oleh banyak orang, bahkan mereka berdoa agar dijauhkan dari hal ini. Tapi siapa bisa menolak, sedih kadang datangnya tiba-tiba, apalagi jika diri sendiri penyebabnya.
Saya, salah satu yang memiliki karakter melankolis. Ketebak ya, sedikit-sedikit baper, sedih, panik dan semua perasaan menyebalkan yang suka mengganggu aktivitas saya. Udah terlanjur nempel di diri saya, so pinter-pinter saya aja deh untuk mengatasinya.
Saya mencoba bersahabat dengan karakter yang sudah Tuhan anugerahkan ini. Walau terkadang menjadi sebuah 'kekurangan', namun dalam berapa hal akan berfungsi sebagai 'kelebihan' juga. Nah, itu gunanya memahami seni bersyukur.
Kenapa Kita Bisa Tiba-tiba Sedih tanpa Alasan?Â
Manusia boleh saja merasakan sedih, apalagi harus menangis sejadi-jadinya. Bagi saya pribadi, menangis adalah sebagai salah satu cara untuk mengurangi beban bahkan membuang sampah-sampah yang mengotori batin dan pikiran.Â
Saya sendiri biasanya merasa lebih ringan dan plong setelah menangis. Apalagi jika masalah itu terlampau berat untuk saya hadapi.
Rasa sedih sendiri biasanya merupakan wujud dari perasaan emosional manusia. Ini adalah sebuah respon seseorang terhadap sesuatu yang menimpanya, misalnya kehilangan sesuatu yang disayanginya atau kenyataan hidup yang tidak sesuai dengan rencananya.Â
Tapi, rasa sedih ini akan menjadi aneh ketika datang tiba-tiba bahkan diri sendiri tidak tahu apa penyebabnya. Ada yang pernah mengalaminya juga?
dr. Nugraha Kesuma Arief dalam tanya jawab di komunitas online di salah satu portal kesehatan memberikan beberapa pencerahan terkait hal ini.
Menurutnya, rasa sedih yang muncul tiba-tiba dan seakan-akan tidak ada penyebabnya ini ternyata bisa disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya karena cemas berlebih, depresi, post traumatic stress disorder juga organic brain syndrome yakni akibat fisik yang larinya ke psikologi seseorang akibat permasalahan pada otak, misalnya tumor pada otak.
Depresi sendiri biasanya berupa gangguan suasana hati yang menyebabkan kesedihan dalam jangka waktu lama. Dalam kondisi ini, seseorang biasa merasa kurang berharga, kurang bergairah, kurang berkonsentrasi, sedih terus-terusan bahkan hobi pun terasa hambar & tak menarik lagi untuk dilakukan.
Menangisi Hal-hal Receh
Melihat bapak-bapak tua yang jualan makanan di pinggir jalan dan viral di medsos, apalagi. Nangisnya makin menjadi-jadi. Apakah ini salah satu gejala depresi? Ntahlah.
Beberapa sumber yang saya baca menyebutkan bahwa salah satu gejala depresi adalah menangisi hal-hal remeh. Selain kadang gak ada penyebabnya, tangisan itu benar-benar tumpah tanpa bisa ditahan. Ya, itu katanya gejala depresi ringan.
Bagaimana dengan depresi berat? Ternyata lebih mengkhawatirkan, karena untuk sekadar menumpahkan perasaan atau menangis saja terasa sulit.
Betapa susahnya jika kita terbiasa merawat rasa sedih terlalu lama. Berbahaya? Tentu saja.
Mengontrol Perasaan Sedih itu Perlu!
Perasaan sedih memang harus dikontrol. Maksudnya, jangan sampai ini berkepanjangan hingga menghambat aktivitas kita yang lain. Siapa yang rugi coba? Ya diri sendiri dong.Â
Saya pernah mengalami ini, merasa sedih berkepanjangan karena sebuah masalah. Seperti biasa, karena saya orangnya pemikir, fisik saya pun melemah. Parahnya, masalah ini gak cuma menganggu fisik saja, tapi psikis juga.
Banyak banget kesempatan saya lewatkan, padahal itu beberapa hal yang menyangkut passion saya. Bisa ditebak ya, saat itu saya menjadi manusia yang sangat tidak produktif. Hikz, menyedihkan.
Untungnya, saya masih diberi kekuatan untuk 'bangkit' dari perasaan buruk ini. Ya, saya sadar, kejadian ini kan karena ulah saya sendiri jadi mau gak mau ya harus memaksa diri untuk memperbaikinya.
Mengobati Rasa Sedih ala SayaÂ
Nah, berdasarkan pengalaman pribadi, ada beberapa hal yang membuat saya bisa bangkit dari rasa sedih, depresi atau keterpurukan.
1. Menerima Kenyataan dan Bersyukur
Ada kalanya Tuhan belum memberi, itu karena waktunya yang belum tepat. Atau jika sekarang yang terjadi berbeda, karena memang itu rencana Tuhan dan pastinya lebih baik dari rencana kita.
Komplain kepada Sang pencipta tentang kondisi buruk yang dialami itu wajar, tapi jangan dijadikan kebiasaan. Lebih baik tumbuhkan hal-hal positif untuk membuat hati lebih damai, misalnya "Tuhan menempa saya dengan masalah ini agar besok lebih kuat", "gak apa-apa sekarang gagal. Masih banyak jalan lain yang bisa saya tempuh", dsb.
2. Berbagi CeritaÂ
Lagi-lagi, ini juga sering saya lakukan saat merasa terpuruk karena sesuatu. Saat diri merasakan titik terlemah karena tidak tahu lagi harus bagaimana, "bahu kokoh" orang lain benar-benar saya butuhkan sebagai sandaran.
Tapi, gak setiap orang saya ceritain juga, hanya pada orang-orang tertentu yang sangat saya percaya dan biasanya orang itu saya anggap bijak dalam menyelesaikan masalah. Dengan begitu, saya merasa tidak sendiri dan ada yang selalu support saya dengan beragam empatinya.
Salah satu obat untuk menghilangkan kesedihan adalah dengan melakukan aktivitas yang kita senangi. Jika suka memancing, yuk ke tempat pemancingan atau laut untuk me-refresh pikiran.Â
Jika suka karaokean, boleh banget ke tempat karaoke bersama teman-teman untuk menghibur diri. Ada yang hobi menulis juga seperti saya? Boleh banget memudarkan rasa sedih atau penat dengan cara menulis.
Dengan menulis, apalagi tentang diri sendiri, setidaknya kita bisa transfer energi negatif ke tulisan sehingga hati dan pikiran menjadi bersih kembali. Tentang hasil tulisan? Biarkan saja berjalan natural hingga pembaca bisa mengambil manfaatnya. Atau boleh disimpan untuk diri sendiri jika itu terlalu privasi.
Betapa bahagianya jika hidup ringan tanpa beban. Setiap orang yang bernyawa sudah pasti punya masalah, tapi mau bangkit dari masalah, itu pilihan. Nahkodanya kan diri sendiri, orang lain hanya bisa memberi arahan.Â
Jangan lupa, tetap berpikir positif terhadap siapapun dan apapun agar rasa sedih tak mudah datang.
Riana Dewie
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H