Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pssst... "Dia" Datang Setiap Jam 2 Pagi

30 Agustus 2019   22:23 Diperbarui: 30 Agustus 2019   22:38 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada yang suka nonton film horor? Nah, buat kamu yang tunjuk jari, toss dulu yuk. Saya adalah penyuka film bergenre horor, tapi horor luar negeri ya. Sekuel dari 'Annabelle', 'The Conjuring' juga 'Insidious' adalah deretan film yang jarang saya lewatkan.

Drama sedikit maksa suami untuk nonton film horor sering saya lakukan. Maklum, dianya kurang suka :D Satu pengalaman menyebalkan yang pernah saya alami adalah saat penayangan film "The Nun" tahun lalu. Nah, terhitung saya membeli tiketnya hingga 3x namun ada saat dimana suami tidak bisa menemani karena saking sibuknya.

Akhirnya, di tiket yang terakhir, saya nonton sendirian di jam 10-an malam. Nekat? Iya, habisnya saya suka banget sama filmnya. Walaupun pada saat adegan mengerikan, sesekali hoddie saya tutupkan ke wajah. Antisipasi saja, daripada jeritan saya bikin heboh seisi ruang bioskop :D

Karakter horor (sumber: pixabay)
Karakter horor (sumber: pixabay)

Film Horor Mengurangi Stress & Penat 

Kalau takut, kenapa doyan banget nonton film horor? Nah, jawabannya cuma satu, untuk menghilangkan stress dan capek. Beneran loh, saya dapatkan ini secara tak sengaja saat dulu sedang stres karena beban pekerjaan.

Setelah nonton film horor, keluar dari bioskop rasanya plong banget & bahagia gitu. Hahahha... iyalah, karena bisa jerit-jerit sesuka hati. Nah, dapat deh satu tips terapi stres yang mudah & praktis, walaupun bagi beberapa orang itu terlihat konyol :D

Terus, bagaimana dengan film Indonesia? Jujur, saya kurang suka dengan film horor Indonesia. Tunggu, ini bukan karena alasan kualitas filmnya ya. Menurut saya, film horor Indonesia kini semakin bisa dinikmati kok. So, satu-satunya alasan saya adalah karena ceritanya terlalu dekat dengan keseharian saya.

Jujur saja, saya sangat takut untuk nonton film dimana didalamnya disuguhkan tokoh-tokoh hantu Indonesia, seperti pocong, genderuwo, gundul pringis, kuntilanak dst. Ya, mungkin dalam mindset saya, mereka itu ada di sekitar saya. Jadi, rasa takutnya justru lebih besar dibanding tokoh horor dari luar negeri.

Kuntilanak (merah) tertawa di Tugu Jogja (dok. Riana Dewie)
Kuntilanak (merah) tertawa di Tugu Jogja (dok. Riana Dewie)

Saya aja dulu setiap habis nonton Suzzanna, endingnya kebayang-bayang terus tuh karakter kuntilanaknya sampai berhari-hari. Hikz, menyiksa pokoknya :( Nah, itu tadi kan ngobrolin masalah film.

Bagaimana dengan kejadian horor di dunia nyata? Gak usah ditanya, ya pastinya takut banget lah. Di dalam keluarga, saya itu kan terkenal paling penakut... wkwkwkkw

***

Ya sudah. Daripada saya pendam dalam hati, boleh ya saya ceritakan sebuah pengalaman horor yang saya alami sendiri (ini ngetiknya sambil dengerin lagu "Bilur" Risa Saraswati). Entah hanya perasaan saya saja atau memang seperti itu kejadiannya. Tapi saya merasa "dia" benar-benar ada.

Ngobrol dengan Bapak Tulus, Penjaga di Museum Borobudur
Sudah menjadi kebiasaan, ketika saya ingin menulis tentang sesuatu, saya berusaha terjun ke lapangan untuk hunting materi. Nah, kebetulan banget, sekitar 2 tahun lalu saya ingin mmebuat tulisan tentang kearifan lokal Candi Borobudur. Sekalian holiday, saya bersama keluarga dolan ke candi legendaris ini.

Museum Borobudur menjadi area terakhir yang saya kunjungi, dan pas banget karena bertemu dengan bapak Tulus yang ramah. Beragam informasi saya dapatkan di sini, termasuk larangan untuk membawa benda bersejarah dari kawasan ini. Pak Tulus menyebutkan, kesakralan candi harus dijaga pengunjung, bisa dengan menjaga tutur kata dan perilaku selama mengunjungi candi ini. Jika tidak? Fatal akibatnya.

Penampakan Museum Borobudur (dok. Riana Dewie)
Penampakan Museum Borobudur (dok. Riana Dewie)

Rombongan wisata dari salah satu SMU di Jakarta pernah mengalaminya. Tiga dari siswa membawa pulang batu yang ada di candi hingga akhirnya mendatangkan malapetaka karena seluruh siswa di malam harinya kesurupan massal di hotel tempat mereka menginap.

Mereka bertiga terpaksa kembali lagi ke Candi Borobudur untuk meletakkan batu itu pada tempat semula dan terhentilah drama mengerikan ini.

Masih ada beberapa kejadian horor lainnya yang diceritakan beliau terkait ini. Percaya gak percaya, beberapa kejadian mistis ini benar-benar ada. Seketika, bulu kuduk saya berdiri, berusaha untuk mengontrol diri untuk tak berbuat yang aneh-aneh selama berada di kawasan candi.

Ya, Tuhan memang Maha Baik ya, mengingatkan kita untuk lebih berhati-hati walau hanya dari pengalaman orang lain.

Malam Harinya, Saya Putar Rekaman Percakapan dengan Pak Tulus
Biar gak lupa tentang informasi yang disampaikan, saya juga sering merekam percakapan dengan narasumber. Maklum, saya kan orangnya pelupa jadi harus diantisipasi dengan cara ini. Hihi... Malam itu sekitar jam 00.30 - 01.55, saya mendengarkan rekaman selama eksplor Candi Borobudur dengan earphone.  

Kenapa malam? Ya, kondisinya kan hening banget ya. Jadi enak gitu untuk mencerna informasi, diselingi mencatat poin penting yang saya dapat. Awalnya, semua baik-baik saja. Toh, saya terbiasa juga kok begadang untuk menulis. Biasa saya menulis di ruang tamu, sebuah ruang dengan cat bernuansa putih di setiap sudutnya.

Horor (sumber: pixabay)
Horor (sumber: pixabay)

Ada yang Mengikuti Saya?
Setelah lepas earphone, saya kembali memahami poin-pon informasi yang saya catat. Gak lama setelahnya, terdengarlah suara "nggereng" atau semacam erangan atau apa ya, mungkin mirip suara orang mendengkur tapi lebih lirih dan seakan-akan berada tepat di belakang saya.

Kebetulan, belakang saya adalah jendela ruang tamu dan di balik jendela adalah gang kecil yang ujungnya buntu. Ya, itu kira-kira jam 2 malam. Sebelumnya, sangat jarang saya mendengar suara aneh seperti itu hingga akhirnya pikiran terburuk saya mengatakan, "jangan-jangan ada yang ngikutin saya sepulang dari Borobudur...". 

Auto merinding pasti iya. Sesaat setelah saya memastikan di setiap sudut ruang tak ada apa-apa, saya langsung matikan laptop, lalu lari ke kamar menyusul suami yang sudah terlelap. Dalam hati, amit-amit lah, jangan sampai kejadian ini terulang :(

Ternyata Berulang Hingga Tiga Kali
Setelah itu apakah saya trauma untuk kembali bekerja di malam hari di ruang yang sama? Tidak. Saya anggap itu hanya intermezzo, jadi tak perlu saya khawatirkan secara berlebih.

Hari-hari berikutnya, saya sesekali masih disibukkan dengan aktivitas malam di depan laptop. Dan lagi-lagi, ruang tamu menjadi tempat favorit saya untuk mencari ide. Mungkin karena hawanya yang adem, jadi saya merasa nyaman di sana.

Teror Mistis (sumber: pixabay)
Teror Mistis (sumber: pixabay)

Lagi-lagi, saya mendengarkan suara aneh itu tepat jam 2 malam. Suara erangan tapi cenderung seperti memanggil dan memberi tanda bahwa "dia" kembali datang. Ya Tuhan, kenapa ada dia lagi, pikir saya dengan perasaan cemas, dengan posisi masih duduk di kursi.

Semakin saya diam, suaranya makin lantang dan buat saya itu sangat mengerikan. Hikzz :(

Hari-hari setelah itu, saya masih berusaha untuk berpikir positif tentang kejadian ini. Walaupun akhirnya terulang lagi untuk yang ketiga kalinya. Kali ini, saya gak lagi cuma takut, tapi juga merasa geregetan banget karena otomatis pekerjaan saya jadi tertunda.

***

Siapa sih sebenarnya "dia"? Kok suka banget ganggu kenyamanan orang lagi kerja :( Dalam bayangan saya, dia itu laki-laki (kalau dari suaranya) dan bertubuh tinggi. Ntahlah, itu hanya bayangan saya sendiri yang sebenarnya gak ingin saya ingat-ingat lagi.

Saat menceritakan ini ke orang rumah, rata-rata memberikan tanggapan datar karena mereka memang hampir tak pernah merasakan kejadian serupa. Malahan suami mengira ini hanya halusinasi :( Halusinasi kok terjadi berkali-kali dan selalu di jam yang bersamaan sih? Hadeh, sempat kesal juga dengan komentarnya.

Zombie (sumber: pixabay)
Zombie (sumber: pixabay)

"Dia" Naksir Manusia? Jangan Bikin Takut, Ah...

Saat sharing hal ini kepada teman-teman yang punya "kelebihan", beberapa justru mengatakan hal-hal yang membuat saya makin merinding. "Kalau yang lain gak merasakan itu, berarti mbak dikasih wahyu sama Tuhan untuk bisa mendengarkan itu......", katanya.

Ada lagi jawaban lebih ekstrim dari seseorang yang saya kenal dekat, "Genderuwo kuwi mbak, hati-hati loh dia naksir kamu. Bahaya kalau pas gak ada suami...".

Wuaaaa, jawaban terakhir ini yang bikin saya pusing. Tapi kalau mengingat-ingat suaranya, sepertinya memang "dia". Apalagi lokasi rumah saya ini kan berdekatan dengan gudang mie kering yang tidak pernah dihuni orang. Hanya seminggu sekali "pasukan" datang untuk menurunkan mie dari truk lalu mereka meninggalkan gudang itu.

Beberapa tahun lalu, seorang teman pernah mengatakan bahwa gudang tersebut dihuni oleh "sosok" tak kasat mata. Dan jika ditarik kesimpulan, mungkin "dia" yang mengganggu saya itu adalah makhluk yang sama.

Wuaaaa, makin ngeri aja bawaannya. Nah, setelah sedikit-sedikit mendapat pencerahan, akhirnya saya mengurangi aktivitas malam di tempat sama. Kalaupun iya, suami selalu berusaha menemani di ruangan tersebut.

sumber: pixabay
sumber: pixabay

Akankah Drama Berlanjut? 

Ada yang tahu, seperti apa akhirnya? Aman, alasan mengapa saya berani menuliskan pengalaman ini. Jujur, butuh keberanian untuk bercerita karena seorang kawan sempat menasihati, jangan diingat-ingat kejadian itu, nanti dia-nya merasa diperhatikan.

Ah, semoga tulisan ini gak bikin dia ge-er malam ini. Oh ya, sampai sekarang pun saya masih belum menemukan jawaban, apakah teror jam 2 malam ini ada keterkaitan dengan observasi ke Candi Borobudur ataukah tidak. Masih jadi teka-teki. Ada yang bisa bantu jawab?

Hoahhhh, ngantuk. Tidur ah sebelum jam 2 pagi. Sebelum bobok, ada kata bijak sebagai penyemangat kamu: "Belajarlah dari KUNTILANAK, sesulit apapun hidup, ia selalu tertawa.". Wkwkkwkw.... 

Riana Dewie

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun