Saya tak terlalu memiliki banyak kisah romantis di sepanjang Valentine. Rata-rata hanya diwarnai dengan bunga, coklat dan boneka. Ya, itu-itu saja dan berulang setiap tahun. Terlepas dari sejarah yang tertulis, Valentine identik dengan perayaan cinta bersama pasangan atau penobatan baginya sebagai hari kasih sayang.
Hari kasih sayang? Bagi saya, setiap hari pun bisa kok disulap jadi 'Valentine', asal kompakan. Tanya dong sama pasangan, "mau gak tiap hari valentinan ma aku..." Romantis cieee :D
Menjelang hingga bertepatan hari Valentine, beberapa stasiun televisi sengaja menayangkan acara atau film bergenre romantis. Feel-nya dapat banget ya, apalagi nontonnya bareng sama yang tersayang. Aihhh :D
Sama dong, saya dan pasangan juga. Kami suka banget nonton film berdua sejak jaman pacaran, walaupun gak selalu berkisah romantis. Bagi kami, film akan terasa nikmat ditonton jika alur ceritanya memenuhi standar "yes" dari kami berdua.
Oke, suatu ketika, sepakatlah kami menonton sebuah film yang menurut saya 'mahal' banget ceritanya. Apa itu? Yap, Bohemian Rhapsody. Bentar, nyambungnya dimana ya, kok gak ada unsur horor atau petualangannya?
Ada dong, horor karena saya suka merinding saat film musikal ini menayangkan adegan dengan backsound lagu-lagu legendarisnya band Queen, juga terkesima dengan kisah petulangan band asal Inggris ini yang ternyata harus menjalani masa juang yang tak mudah.  Â
Tak dapat dipungkiri, saya dan suami memang suka dengan beberapa lagunya Queen. Film berdurasi kurang lebih 134 menit ini seakan menjawab kerinduan kami akan band lawas yang mencetak banyak penghargaan ini. Beberapa potongan kisah benar-benar ngena di hati, diantaranya perjuangan mereka saat menjual mobil Van demi memproduksi album debut.
Kalau mau ngomongin bagian menariknya, banyak ya. Karena memang film ini diproduksi berdasarkan kisah nyata, terutama drama hidup sang vokalis, Freddie Mercury hingga perjalanan band yang menaikkan popularitasnya.
Terlepas dari itu semua, kami memiliki alasan mengapa akhirnya menonton film ini. Satu yang pasti, ini karena cinta. Tak hanya itu, usai menonton film ini, kami pun mendapatkan cinta. Maksudnya? Oke deh, biar gak penasaran, yuk ikuti petualangan kami saat menikmati film yang disutradari oleh Bryan Singer ini.
1. Perjuangan Karir Sebuah Band yang Menginspirasi
Merawat konsistensi saat membangun sebuah band bukanlah perkara mudah. Film ini bercerita tentang perjuangan karier mereka yang merangkak dari nol. Smile, band yang digawangi sang gitaris Brian May dan drummer Roger Taylor, juga Tim Staffell sebagai vokalis yang akhirnya digantikan posisinya oleh Freddie Mercury. Setelah kedatangan sang basis John Deacon, sebuah nama dipatenkan mengawali sejarah sang legendaris, "Queen".
Idealisme masing-masing personilnya ternyata  menjadi momok besar bagi eksistensi band yang lahir tahun 1970 ini. Berkali-kali mengalami jatuh bangun bahkan hampir bubar. Namun karena cintanya pada Queen, dimana hidup dan mati mereka harus bersama Queen, memudarlah ego besar mereka seiring harapan untuk terus berkarya.
Nah, bisa disimpulkan bahwa band ini bertahan karena cinta, bahkan hingga detik ini kita masih bisa menikmati karya mereka sekalipun sebagian personilnya telah tiada.
2. Takjub dengan Kegilaan Si Jenius ''Freddie Mercury"
Rami Malek, pemeran Freddie Mercury di film ini benar-benar totalitas menjalankan tugasnya. Bahasa tubuh yang begitu menyerupai sang vokalis benar-benar menghidupkan cerita. Film ini menyuguhkan kemasan menarik, bahkan mengisyaratkan bahwa Queen takkan ada jika tanpa sentuhan tangan dingin Freddie Mercury.
Sosok yang paling banyak berperan dalam hal penciptaan lagu Queen ini memiliki banyak julukan, diantaranya sebagai "salah satu dari penampil rock terbaik sepanjang-masa" oleh All Music serta posisi 2 dari 100 penyanyi terbaik dalam daftar pilihan pembaca Rolling Stone pada tahun 2011.
Dibalik kesuksesan band yang sempat menganut aliran hard rock dan heavy metal ini, kehidupan pribadi sang vokalis sempat menjadi sorotan saat ia diketahui sebagai seorang homoseksual hingga kematiannya akibat virus HIV/AIDS. Ya, film ini menceritakan semuanya.
3. Pesan Moral yang dapat dipetik
Film yang diproduksi secara keroyokan oleh 20th Century Fox, GK Films, Queen Films serta New Regency ini bagi saya memiliki pesan moral yang mengedukasi. Sebagai penonton awam yang sebelumnya tak mengetahui seluk-beluk kehidupan pribadi mereka, ada beberapa "buah" yang bisa saya petik maknanya. Â
Mimpi bisa terwujud asal mau memperjuangkan. Itulah pesan utama yang dapat saya tangkap dari film fenomenal ini. Sebagai penikmat karya-karya mereka yang memang berkualitas, saya bisa adopsi ini terutama saat sedang ingin mewujudkan mimpi yang tertunda.
Pesan kedua dari film yang diproduseri oleh Graham King dan Jim Beach ini adalah mencintai dan konsisten dengan bidang yang digeluti. Duh...cinta lagi :D Tapi benar banget ya, saat mengerjakan sesuatu, sebaiknya kita mencintai dan merasa memiliki pekerjaan tersebut. Dengan begitu, kita akan lebih ringan mengerjakan dan hasilnya pun lebih memuaskan.
Bohemian Rhapsody, sebuah film yang menyajikan gambaran detail tentang kehidupan band Queen secara nyata. Kalau ditanya bagaimana perasaan saya sepanjang menonton film musikal yang menampilkan band legendaris ini? Seneng banget.
Lagu-lagu Queen yang beraroma cinta dan petuah hidup ini sering saya putar di meja kerja sejak beberapa tahun lalu. "Love of my life", "Under Pressure", "We will rock you", "bohemian rhapsody" adalah beberapa judul yang familiar di telinga. Bahkan, semangat saya meningkat drastis setiap kali mendengar alunan "We are the Champions".
Pernah membayangkan sebelumnya bisa menonton "live concert" Queen di tahun 2018? Tidak sama sekali namun saya merasakan sensasinya saat menonton film ini, bahkan dipaksa menitikkan air mata. Bukan karena adegan sedih ya, namun lagu-lagu mereka yang dinyanyikan di atas panggung  benar-benar membuat saya terharu. Freddie Mercury seakan menyapa saya dan memberikan atraksi panggung yang luar biasa.
Sebuah kata untuk film ini, pecahhhhhh! Saya, suami dan penonton lain bahkan ikut bernyanyi saat adegan mereka manggung, terutama ketika merisi tampil mengisi acara Live Aid di Stadion Wembley pada tahun 1985. Nah, biar gak penasaran, berikut penampilan Queen dalam film (kiri) dan konser Queen yang nyata (kanan) yang saya comot dari Youtube:
Kostum sang vokalis yang khas dengan celana jeans, kaos dalam putih, ikat pinggang hitam dengan aksen duri juga gelang di lengan kirinya benar-benar menjadi trend setter usai film ini dirilis.
Sekali lagi, nuansa live concert Queen benar-benar terasa. Euforia energi Queen lewat film Bohemian Rhapsody ini benar-benar nyata.
Ah, "konser" Queen malam itu benar-benar memberi suntikan semangat bagi saya dan suami. Ini bisa jadi film 'termahal' yang pernah kami tonton. Ya, lagi-lagi karena disajikan dengan penuh cinta dan dinikmati bersama orang-orang tercinta. Riuhnya suasana di teater menunjukkan bahwa mereka puas dengan alur ceritanya. Apalagi saat mereka ikut menyanyikan lagu-lagu Queen, tanda bahwa karya band ini digemari hampir semua kalangan, baik generasi lawas maupun yang muda-muda.
Ah, jadi tambah cinta sama Queen, eh sama suami juga ding karena sudah ngajakin nonton film yang meraih penghargaan Golden Globe untuk Film Terbaik: Drama ini :DÂ
Riana Dewie
Sumber referensi: wikipedia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H