".... Kini ku menemukanmu di ujung waktu ku patah hati... Lelah hati menunggu cinta yang selamatkan hidupku...", adalah potongan liriknya yang selalu memberikan makna mendalam bagi saya pribadi, setiap saya mendengarnya.
Tak seperti lagu-lagu lainnya yang kebanyakan bernada patah hati, di video klip lagu ini, sang vokalis bahkan sukses menampakkan raut wajah bahagia. Dan saya pun merasakan energi sama.
Turut Berduka Cita untuk Seventeen dan Seluruh Korban Tsunami Tanjung Lesung, Banten
Sebaliknya, raut wajah kesedihan mendalam tampak jelas saat Ifan mengumumkan kabar duka lewat Instagramnya bahwa keluarga besar Seventeen belum diketemukan di pagi harinya pasca terseret ombak Tsunami.Â
Ia tampak tegar diantara kerumunan. Namun dari hati kecil terdalam, saya melihat betapa pria yang memiliki saudara kembar identik ini ingin berteriak sekeras-kerasnya, meluapkan rasa pedihnya.
Untuk Seventeen, band yang mewarnai perjalanan masa muda saya, yang menawarkan lagu-lagu romantis, lagu-lagu penuh petuah hidup yang beberapa diantaranya mewakili kisah saya, terimakasih. Karya-karya kalian akan dikenang sepanjang masa, sekalipun kalian sudah tidak ada lagi. Â
Sungguh..... saya sedih, dan memang saya tidak bisa menyembunyikan tetesan air mata saat saya menuliskan kisah ini. Yang saya sayangkan, saya belum pernah menonton secara live penampilan band yang dimainkan oleh Bani, Andi, Herman dan Ifan ini, sekalipun.
Lagu-lagu Seventeen memang pantas diapresiasi. Dan tentang lagu 'kemarin', lagi-lagi menyimpan misteri bagi banyak orang, hingga seakan menjadi lagu terakhir mereka sebagai ucapan perpisahan.Â
"Tentang Kematian....", itulah ucap sang pencipta, Herman, saat ditanya tentang makna lagu ini beberapa waktu lalu sebelum bencana terjadi.
".....Kini Sendiri disini... Mencarimu Tak tahu dimana... Semoga tenang Kau disana... Selamanya.....