Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Kripik Bayam Paru, Hadiah untuk Kak Seto hingga Diterbangkan ke Moscow

8 Desember 2018   23:49 Diperbarui: 10 Desember 2018   00:51 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lahan untuk menanam bayam/wisata edukasi (dok.pri)

Suatu hari, ia bersama para sahabat difabel mengikuti sebuah acara yang diadakan sekolah. Seorang tenaga medis sempat berbicara kepada teman disebelahnya, “Kaki kamu ini bisa disembuhkan dengan operasi. Tapi kalau bapakmu cuma PNS, ya gakkan bisa....”. Mendengar kata-kata yang cenderung ‘merendahkan’ ini, sekalipun bukan ditujukan padanya, hatinya seakan tesayat sembilu berkali-kali. Rupanya ini menjadi pecutan baginya untuk terus berjuang hingga hari ini. 

Seorang wanita tangguh tampak turun dari ojek online, menyapa saya dengan penuh kehangatan. Sekalipun langkahnya tak sesempurna yang lain, ia mencoba menunjukkan semangatnya dan sungguh ini membuat saya sangat kagum. Masuklah saya ke rumahnya, daerah Sleman, yang di-setting apik sebagai ruang display tempe raksasa (baca: tempe Banyumasan). Berjajar dan menyebarkan aroma khas daunnya, memaksa saya ingin segera mencicip.

Susi Harini namanya. Wanita yang akrab disapa dengan nama Susi ini rupanya punya semangat untuk mengembangkan diri dari waktu ke waktu. Kesukaannya untuk mengikuti berbagai seminar, baik yang gratis maupun yang berbayar membuatnya kaya ilmu. Misinya luar biasa, ‘Saya harus sukses. Jika belum, saya akan coba lagi’.

Berapi-api ia bercerita. Tanpa dipaksa, alam bawah sadar sayapun terlempar jauh ke masa lalunya. ‘Kripik Bayam Paru’, produk pertamanya yang ia kenalkan ke pasaran mulai tahun 2009 punya peruntungan hingga hari ini. Digemari masyarakat, saya pun bertanya, apa sih mbak rahasianya?

Saya, mbak Susi dan Ibunda sedang menikmati mendoan buatannya mbak Susi (dok.pri)
Saya, mbak Susi dan Ibunda sedang menikmati mendoan buatannya mbak Susi (dok.pri)
Susi tertawa terbahak, sambil menceritakan kisah klasik yang membuat produknya dikenal orang. “Kripik bayam ini menu favorit keluarga, mbak. Saat lebaran, keluarga kumpul kesini dan yang dicari pasti kripik bayam. Waktu orang liburan di sini dan mau pulang ke kotanya, mereka bawa kripik ini untuk oleh-oleh sekantor”, jelasnya.

Baginya, orang-orang yang tertarik dengan kripiknya ini bermanfaat sebagai food tester, yang dapat memberikan penilaian awal, layak tidaknya kripik ini dijual. Akhirnya, dengan penuh perjuangan, ia memutar otak untuk menjual Kripik Bayam Paru ini di pasaran. Banyak yang menggemarinya, termasuk saya. Nah, ini adalah bagian manis dari perjalanannya. So, adakah yang menyedihkan? Ikuti cerita ini.

Jatuh Bangun Berbisnis, Susi Tak Kenal Menyerah 

Ada pengalaman pahit yang pernah dirasakannya yang membuatnya bertahan menekuni usaha hingga hari ini. Menurutnya, menyandang gelar sebagai difabel, dimana ini tampak dari perbedaan ukuran kaki kiri dan kanannya, memang tak mudah. “Itu mah biasa mbak”, tegasnya saat bercerita tentang bully-an orang-orang di sekitarnya.

Kedai Pecel Lele yang akan dibuka awal tahun (dok.pri)
Kedai Pecel Lele yang akan dibuka awal tahun (dok.pri)
Suatu ketika ia mengikuti workshop yang mengajarkan membuat kuliner bakpia. Bersama sahabat difabel lainnya, ia membuat adonan bakpia hingga pulen dan dipanggang, atas bimbingan sang trainer. 

Dengan semangat mereka mengolahnya hingga menjadi kudapan siap makan. Ketika masih hangat-hangatnya, ia mencoba menawarkan bakpia itu kepada sang trainer. Namun ditolak dengan alasan sudah terbiasa makan bakpia.

Susi pun memahami bahwa sang trainer tak ‘tega’ icip makanan dari banyak tangan yang masuk ke loyang adonan. Lalu, dengan lembut ia berbicara, “Jika Bapak saja sebagai mentor tak mau icip buatan kami, bagaimana konsumen di luar sana percaya dengan produk kami dan mau membayarnya...”. Sang trainer terdiam.  Tapi, ini bukan alasan untuk membuatnya menyerah.

Seiring berjalannya waktu, ia pun mencuatkan ide kreatif untuk membuat produk oleh-oleh selain kripik bayam. Namun dua produk yang pernah dicobanya, yaitu kripik Nila dan kripik tempe paru, terpaksa diberhentikan produksinya karena kurang sukses menarik perhatian konsumen.

Susi Harini pernah diundang radio StarJogja untuk menginspirasi masyarakat (dok. Susi Harini)
Susi Harini pernah diundang radio StarJogja untuk menginspirasi masyarakat (dok. Susi Harini)
Menjadi Berbeda dan Dicari Orang, AADS meluncurkan Ide Kreatif

AADS, singkatan dari Apa-apa Ada Disini adalah bisnis keluarga yang bergerak di beberapa bidang. Manajemen ini mulai ada sejak tahun 2009 dan dikelola oleh Susi bersama kakak perempuan dan adik laki-lakinya. Menyatukan berbagai skill yang mereka miliki untuk membangun bisnis yang berbeda, itu cita-cita mereka.

Ya, menjadi beda itu adalah hal yang ‘mahal’. Penuh perjuangan dan harus mau menelan pahitnya kegagalan. Oleh karenanya, setiap pengusaha dituntut untuk berani bangkit dari keterpurukan. Susi pun mengalaminya beberapa kali, namun ia teguh untuk melanjutnya bisnisnya.

Kiri-kanan: Kripik Bayam, Tepung Bumbu Mendoan dan Sambal Pecel (Dok.Pri)
Kiri-kanan: Kripik Bayam, Tepung Bumbu Mendoan dan Sambal Pecel (Dok.Pri)
1). Produk dengan Kemasan Istimewa

Perjalanan panjang ia lalui saat ingin mengemas produk kripik bayamnya. Awal sekali sebelum 2009, ia sempat mengemas produknya hanya dengan plastik dan label dari tulisan tangan. Kripik hanya tahan 2 bulan karena kemasan mudah kemasukan udara. Akhirnya, dengan melakukan survei, ia memathok kemasan kripiknya dengan box.

Apa alasannya? Pertama, karena saat itu belum ada kemasan kripik bayam menggunakan box. Tentu ini akan menambah ‘nilai’ kripiknya di mata konsumen. Kedua, kripiknya awet hingga 14 bulan padahal ia sama sekali tak menambahkan bahan pengawet. Selain diolah tanpa MSG, produk kripiknya ini ternyata sudah mendapatkan stempel Halal dari MUI dan memiliki izin P-IRT dari Dinas Kesehatan.

Nah, produk lainnya yang juga digemari banyak orang adalah tempe tipis berukuran besar berlabel ‘Tempe Mendoan’. Produsen tempe model ini memang belum banyak di daerah Yogyakarta dan sekitarnya. 

So, pemesannya tentu dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat lokal, para penjual gorengan, para tamu yang datang ke showroom-nya maupun pasang booth di acara resepsi yang menyajikan produk tempenya ini. Wow :D

Lahan untuk menanam bayam/wisata edukasi (dok.pri)
Lahan untuk menanam bayam/wisata edukasi (dok.pri)
2). Wisata Edukasi Pengolahan Bayam

Memiliki lahan luas di sebelah showroom-nya, Susi mencari cara bagaimana agar lahannya ini mendatangkan rejeki. Oleh karenanya, ia membuka jasa wisata edukasi, dimana ia menawarkan paket wisata menarik. Disini, mereka akan diberikan pelatihan, mulai dari menanam hingga mengolah bayam menjadi kripik yang enak.

Berdurasi kurang lebih 2 jam, pengunjung akan mendapatkan banyak informasi edukatif, baik untuk berbisnis ataupun sekedar menggali potensi anak. Hingga hari ini, sudah banyak tamu yang berkunjung ke wisata mininya, mulai dari keluarga kecil, beberapa komunitas luar kota hingga rombongan ibu-ibu pejabat dari Papua. 

Memberdayakan Sahabat Difabel untuk Berkarya

Nah, satu misi mulia dari wanita yang sering menjadi trainer bisnis ini adalah mengkaryakan teman-teman difabel. Ia sengaja menggandeng anak-anak tersebut agar mereka memiliki kesibukan. Dengan terus beraktivitas, Susi yakin bahwa mereka merasa senang dan selalu sehat. Dengan memiliki tubuh sehat, tentu anak ini takkan menyusahkan orang-orang yang ada disekitarnya.

Dapur produksi AADS (Dok.Pri)
Dapur produksi AADS (Dok.Pri)
Saat ini, Susi bekerjasama dengan SLB PGRI Minggir untuk berkarya membantu usahanya. Diantara mereka ada yang bertugas untuk ngelap daun pisang (pembungkus tempe), ada yang menggoreng produk atau kelak saat warung makannya buka, mereka akan diberdayakan sesuai kemampuan masing-masing. Saat ini, ia pun sedang membimbing beberapa anak difabel untuk membuat karya tas lukis, dimana mereka mewarnai tas plastik dari pola yang sudah dibuatnya.

Tempe Mendoan dan beberapa produk siap kirim via JNE (dok.pri)
Tempe Mendoan dan beberapa produk siap kirim via JNE (dok.pri)
Distribusi Produk Ke Seluruh Pelosok Tanah Air dengan JNE

Untuk produknya sendiri, Susi mengaku bahwa target marketnya adalah masyarakat kelas menengah namun masih dipathok dengan harga wajar. Harga jual tertinggi di Jogja untuk Kripik bayamnya adalah Rp. 27.500, tepung bumbu mendoan Rp. 25.000, sedangkan tempenya per bungkus Rp. 3.500,-. Sedangkan untuk jumlah produksinya, Susi mampu memproduksi  Kripik Bayam 500 pcs/bulan dan Tempe Mendoan 1.000 pcs/minggu.

Susi mengaku bahwa saat ini, pelanggan produknya justru kebanyakan dari luar kota. Dan itulah mimpinya, ingin menyebarkan produknya hingga ke seluruh pelosok tanah air. Jika pelanggan tak sempat berkunjung ke Yogyakarta, tentu saja produknya harus dikirim via ekspedisi. Dan JNE, satu nama yang familiar baginya.

“Ya... kebanyakan pelanggan minta dikirimnya pakai JNE sih mbak. Lebih cepat dan aman juga barangnya. Saya sebagai penjual juga gak mau tanggung risiko lah..”, tegasnya. Selain cepat, produknya yang kebanyakan makanan juga aman saat sampai di tangan pelanggan jika menggunakan JNE.

Beberapa produk makanan yang sering dikirim dengan JNE adalah Tepung Bumbu Mendoan, Kripik Bayam Paru serta Sambal Pecel. Lini produk lain dari AADS sendiri, seperti kayu rotan yang dikelola sang adik, juga dikirim ke pelangan dengan JNE.

Selamat Ulang Tahun JNE ke-28 (jne.co.id)
Selamat Ulang Tahun JNE ke-28 (jne.co.id)
Nah, JNE sendiri sejak tahun 1990 telah memberikan dedikasinya untuk memudahkan distribusi produk dari satu tempat ke tempat lainnya. Apalagi Indonesia adalah negara kepulauan dan dianugerahi dengan Sumber Daya Alam yang melimpah, tentu ini akan mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Dibarengi dengan banyaknya pengguna internet aktif, tak heran jika industri e-commerce berkembang pesat.

Sebagai contohnya adalah usaha UMKM milik Susi ini. Dengan pemasaran online yang ia jalankan melalui Facebook, Instagram dan juga di beberapa marketplace, rupanya banyak pesanan berdatangan dari berbagai penjuru. 

Entah sudah berapa ribu kali ia menggunakan jasa JNE yang turut serta berperan aktif mendistribusikan produknya ke pelanggan dengan baik. Susi pun merasa sangat bersyukur karena JNE telah menemaninya hampir 10 tahun ini.

***

Unik dan menarik. Inilah kisah inspiratif dari perjalanan bisnis Susi Harini beserta seluruh timnya dalam berbagi kebaikan kepada sesama. Ia bukanlah sosok yang sempurna, namun ia berusaha menyempurnakan kehidupan dengan segala perjuangannya. Tak hanya untuk dirinya sendiri, namun orang lain pun turut merasakan semangatnya dengan berbagi lahan rejeki yang ia miliki.

Sertifikat Merk dan Piagam Pengharaan AADS (dok. Susi Harini)
Sertifikat Merk dan Piagam Pengharaan AADS (dok. Susi Harini)
Sebagai bagian dari industri kecil dan menengah, produk kripik bayamnya ini sendiri pernah mendapatkan penghargaan OVOP (One Village One Product dari Menteri perindustrian RI. Hebatnya lagi, produk kripik yang diproduksi di Kemusuh, Banyurejo, Tempel, Sleman ini juga pernah dipamerkan di Indonesian Festival di Moscow. Nah, bule-bule sudah banyak yang icip kriuknya kripik bayam ini dong :D 

Kripik Bayam Paru saat dipamerkan di Moscow (dok. Susi Harini)
Kripik Bayam Paru saat dipamerkan di Moscow (dok. Susi Harini)
Jangan salah, beberapa tokoh di negara kita pernah icip juga loh. “Pernah ketemu kak Seto Mulyadi di seminar parenting. Manfaatin dong buat kasih kripiknya....”, Jelasnya bangga.

Kak Seto Mulyadi dan tokoh lain yang pernah icip Kripik Bayam Paru (foto by Susi Harini, edit by Riana Dewie)
Kak Seto Mulyadi dan tokoh lain yang pernah icip Kripik Bayam Paru (foto by Susi Harini, edit by Riana Dewie)
Inilah karya salah satu anak bangsa yang patut diacungi jempol. Masih banyak ide gila yang ada dipikirannya, entah gebrakan apalagi yang akan ia lakukan setelah ini. Jangan kasih kendor semangatnya ya mbak Susi. Buat JNE, terimakasih telah membantu kelancaran distribusi produk UMKM di era digital ini. Happy Birthday ya, semoga angka 28 membawa kejayaan dan inovasi yang lebih besar lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun