Banyaknya pesanan dari dalam maupun luar negeri membuat karya unik ini semakin dikenal oleh masyarakat luas. Seperti apa sih menariknya payung juwiring ini? Berikut beberapa hal yang berhasil saya ringkas usai berjalan-jalan ke sana.
Tak dapat dipungkiri, Payung Juwiring sempat berjaya di tahun 60-an. Hadirnya payung modern berbahan plastik atau sintetislah yang membuat eksistensi payung tradisional ini memudar. Lebih mudah diproduksi dan praktis, itu menjadi alasannya.
Namun atas tekad dari beberapa keturunan pengrajin masa lalu, payung Juwiring dihidupkan kembali dalam kemasan 'Paguyuban Lukis Ngudi Rahayu' yang dimotori oleh Bapak Ngadiyakur di tahun 2013. Beliau sendiri ternyata sudah berkecimpung di bisnis etnik ini sejak awal 2000-an.
Payung klasik yang diproduksi sejak zaman Mataram ini telah menjadi satu kekayaan budaya bangsa yang sentuh kearifan lokal. Proses pembuatannya tak mudah, dimana keseluruhannya murni dikerjakan dengan cara manual atau mendayagunakan tangan manusia hingga saat ini.Â
Kearifan lokal bisa diartikan sebagai kebijaksanaan atau nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kekayaan-kekayaan budaya lokal seperti tradisi, petatah-petitih dan semboyan hidup (Nasiwan dkk; (2012:159)). Sebagai salah satu penyokong kearifan lokal di daerah ini, payung juwiring dari waktu ke waktu berproses menjadi karya yang unik, fungsional serta memiliki nilai seni yang tinggi.
3.Payung Lukis Juwiring Sukses Go Internasional
Syukurlah, karya dari paguyuban ini sudah dinikmati dan dipamerkan dalam beberapa event. Kabar baiknya lagi, industri kreatif ini juga mendapatkan support dari beberapa pihak, diantaranya Kementerian Pariwisata.
Payung Juwiring tak hanya bisa dinikmati di negeri sendiri, namun sempat dipamerkan juga pada event-event seni berkelas internasional di Berlin, Dubai, Jepang, Suriname, Kamboja maupun Thailand. Wow keren.