Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Saya, Bapak, dan Koes Plus

24 November 2017   14:04 Diperbarui: 25 November 2017   02:36 3475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini Jogja hujan. Sesampainya di kantor, saya oles-oles perut dengan balsem yang selalu ada di tas. Maklum, perut suka kembung dan tubuh terasa dingin saat musim hujan tiba. Seperti biasa, saya hidupkan komputer lalu streaming-an video di Youtube untuk menghangatkan suasana. Tak seperti hari kemarin di mana saya mendengarkan lagi-lagu "zaman now", bernostalgia dengan lagu-lagu Koes Plus tampaknya menjadi penyemangat saya di pagi dingin ini. Secara perlahan pikiran tiba-tiba terbang bebas ke sebuah 'bingkai kenangan' indah masa kecil. Sebaris memori memanggil dengan suara lantang--ini tentang saya, bapak, dan Koes Plus.

Sekali pun saya masuk kategori generasi Y, yang secara umur belum tua-tua banget.. hihihi, lagu-lagu favorit saya kebanyakan lagu "zaman old" loh. Hehehe..  Tentu saja, ini tak lepas dari selera musik bapak di masa lalu yang akhirnya nurun ke saya hingga hari ini--semacam kenangan masa kecil yang bisa dibilang unik dan menyenangkan. Unik karena di masa itu, saya hampir setiap pagi diputerin lagu-lagu hitz dari band Koes Plus. Bagi Bapak, pesohor masa lalu yang kini bergelar "legendaris" ini menawarkan lagu-lagu yang ngena di hati, ringan didengar, dan tentu saja tak membosankan.

Video Koes Plus yang Saya Putar Pagi ini via Youtube (Screenshoot Youtube)
Video Koes Plus yang Saya Putar Pagi ini via Youtube (Screenshoot Youtube)
Semenjak muda, bapak hobi mengoleksi serta utak-utak perlengkapan elektronik, termasuk media untuk memutar lagu-lagu Koes Plus pada zaman itu. Seingat saya, bapak punya alat pemutar lagu yang memiliki corong seperti bentuk terompet, gramofon namanya, dimana ini digunakan untuk memutar piringan hitam yang populer banget di zaman 60-an.

Tape yang biasa digunakan untuk memutar lagu-lagu dalam kemasan kaset pita juga tak absen memberikan hiburan untuk Bapak di masa mudanya. Generasi yang sempat menikmati media ini tentu tahu bahwa tape selalu berpasangan kaset pita. Namun ada saja kelemahan si pita panjang ini--saat diputar, si pita sering kesrimpet (tersandung) sehingga kondisi parahnya adalah ia akan mendadak nglokor (pita saling berhimpitan namun gak mau jalan/berputar sehingga menumpuk di satu titik). Nah, jika kondisi ini tak kita sadari, pita kaset bahkan terancam putus dan dengan ini dinyatakan bahwa kaset Anda 100% rusak. Wahahaha... teknologi masa lalu memang unik ya.

Koes Plus dengan personil lengkapnya - Kika: Tonny K, Yon K., Yok K., dan Murry (sumber :negaraislam.net)
Koes Plus dengan personil lengkapnya - Kika: Tonny K, Yon K., Yok K., dan Murry (sumber :negaraislam.net)

Puluhan koleksi masa lalu yang hampir terlupa

Kembali lagi ke musik kesukaan Bapak. Saking seringnya saya mendengarkan lagu-lagu Koes Plus, saya jadi hafal liriknya, bahkan saya sempat bisa menyanyikan sekitar 250-an lagu Koes Plus loh. Gimana ceritanya? Suatu hari saya diajak orang tua ke rumah simbah (orang tua dari bapak) yang berdomisili di Klaten. Bapak teringat bahwa di almari jadulnya ada beberapa 'kenangan' yang masih tertinggal. Segeralah beliau 'mengobrak-abrik' isi almari lalu dikeluarkan semua barang yang tersimpan di dalamnya, diantaranya puluhan bahkan ratusan kaset pita para artis dan band masa lalu.

Melihat bapak memunguti satu per satu, saya yang saat itu masih duduk di bangku SD mencoba membantunya dengan sigap. "Pak, yang kaset Koes Plus boleh saya pilihin dan dibawa ke Jogja..?" tanya saya kepada Bapak dimana saat itu kami berkomunikasi dalam bahasa Jawa. Beliau pun menjawab boleh dan malah senang jika dibantu. Akhirnya saya pilih satu per satu kaset pita, Koes Plus khususnya, lalu saya pisahkan dari yang lain. Terakhir, saya gabungkan kaset pita dengan cangkangnya (bening) agar lebih rapi.

Saya lupa tepatnya, namun kalau hanya 15-20 kaset Koes Plus sih kayaknya ada. Kami bawa pulang ke Jogja hingga akhirnya bisa menambah koleksi untuk rungon-rungon (bahasa Indonesia: didengar) di rumah. Semenjak itulah, saya jadi makin 'cinta' dengan lagu-lagu mereka dan berinisiatif untuk menulis liriknya di buku tebal agar saya tak lupa. Tak mengherankan karena saking intensnya mendengarkan lagu-lagu Koes Plus, saya jadi hafal ratusan lagu mereka loh :D

Nah, betapa banyak kaset Koes Plus yang saya temukan ini membuktikan bahwa band yang awalnya bernama Koes Bersaudara ini memang sangat produktif menghasilkan lagu. Dulu kata Bapak, dalam 1 tahun, Koes Plus bisa menelurkan beberapa album--hebatnya semua lagu mereka selalu disambut baik oleh masyarakat.

Koes Plus yang bergaya Beatle-beatle-an (sumber: bersama-lagi.blogspot.co.id)
Koes Plus yang bergaya Beatle-beatle-an (sumber: bersama-lagi.blogspot.co.id)

Produktivitas Koes Plus era 1960-1990

Di balik kesuksesan band yang dibentuk tahun 1960-an ini, ada sebuah cerita sedih yang mewarnai blantika musik Indonesia kala itu. Tahu grup band dunia The Beatles kan ya? Di masa lalu, lagu-lagu Beatles sempat menjadi kiblat Koes Plus dalam menghasilkan karya. Tak disangka nasib apes menimpa mereka--pemerintah kita saat itu yang sangat anti kapitalis, menganggap Koes Plus meracuni generasi muda Indonesia dengan gaya bermusik yang pro barat. Alhasil, seluruh personil Koes Plus pun terpaksa masuk bui selama beberapa bulan. Hebatnya, kondisi ini tak lantas menyurutkan mereka untuk berkarya--terbukti dari karier mereka yang justru melejit setelah bebas dari rumah jeruji besi tersebut.

Cerita ini saya dengar dari Bapak, kala suatu pagi sruput teh panas sambil mendengarkan alunan lagu-lagu Koes Plus. Saya rasa, band legendaris ini tak sesepele itu di hati Bapak. Saya tahu Bapak suka musik dan Koes Plus adalah salah satu bagian yang menghiasi perjalanan hidup Bapak hingga saat ini. Rasa cinta terhadap lagu-lagu Koes Plus juga terlihat dari kesetiaan kami mendengarkan siaran lagu-lagu mereka di salah satu stasiun radio--kalau tidak salah dulu diputar setiap jam 11.30 siang--menemani aktivitas sehari-hari bapak. Hingga saat inipun, karya apik mereka masih sering kami putar di rumah, semacam penanda bahwa hal-hal manis masa lalu tak harus dilupakan begitu saja.

Koes Plus Beberapa tahun terakhir saat Alm. Bpk. Murry masih ada (sumber: viva.co.id)
Koes Plus Beberapa tahun terakhir saat Alm. Bpk. Murry masih ada (sumber: viva.co.id)
Walaupun personil mereka satu per satu telah tiada dan hanya tersisa beberapa orang, saya percaya bahwa band yang lagu-lagunya inspiratif ini akan terkenang sepanjang masa. Tak heran, walaupun lagu-lagu mereka bisa dikatakan 'jadoel', tapi generasi muda "zaman now" banyak juga yang menggemarinya. Tentu saja, ini tak lepas dari karakter lagu mereka yang kaya akan pesan hidup,  bisa diterima oleh segala usia, memiliki banyak tema sesuai pengalaman sehari-hari, kaya akan beragam aliran musik juga bahasa (Jawa, Indonesia bahkan Inggris) dan yang menjadi ciri khas adalah lagu-lagu mereka sangat mudah diingat. 

Ini Gaya Bapak saya di tahun 1980-an (Dokumentasi Pribadi)
Ini Gaya Bapak saya di tahun 1980-an (Dokumentasi Pribadi)

Cara menikmati Koes Plus di zaman now

Bapak saya adalah tipe orang tua yang gaptek banget. Saat mengenalkan smartphone, saya pun harus membimbing beliau agar bisa memanfaatkannya untuk telepon, SMS, WA-nan bahkan streaming-an dengan Youtube. Kini video Koes Plus pun mudah diakses Bapak dari smartphone miliknya--beliau senengnya minta ampun. Jadi inget deh lirik lagunya Koes Plus yang satu ini, "Jamane Maju Kabeh Seneng Podho Ngguyu...." (zaman maju semua orang tertawa bahagia) :D

"Tolong download video-videonya ya nduk biar bisa diputar di layar TV..", pinta Bapak beberapa waktu lalu sambil menyodorkan list judul lagu-lagu Koes Plus yang jumlahnya ratusan. Bapak bisa membuat list judul ini dengan membuka video Koes Plus di Youtube, menontonnya, lalu video yang disukai akan dicatat judulnya. Ow..owww...download video sebanyak itu dan harus sortir satu per satu sesuai list lagu yang dibuat Bapak?

Kira-kira seperti ini list lagu yang sudah ditulis Bapak, hanya saja ini utk list lagu memory lainnya (Dokumentasi Pribadi)
Kira-kira seperti ini list lagu yang sudah ditulis Bapak, hanya saja ini utk list lagu memory lainnya (Dokumentasi Pribadi)
Okey, saatnya saya memanjakan Bapak agar bisa "menikmati" Koes Plus dengan teknologi masa kini. Ya, hitung-hitung sebagai rasa terima kasihlah karena sepanjang hidup, saya dan ibu sudah diajak Bapak untuk melihat konser Koes Plus sebanyak 3 kali :D


(Salah satu lagu favorit saya berjudul 'Perasaan' - sumber video: Youtube)

***

Jo podo nelongso.... jamane jaman rekoso (Jangan sedih, ini jaman yang sulit)
Urip pancen angel.... kudune ra usah ngomel (Hidup memang berat, tapi kita jangan menggerutu)
Ati kudu tentrem.... nyambut gawe karo seneng (Hati harus damai, bekerja dengan hati senang)
ulat ojo peteng....nek dikongkon yo sing temen (Jangan gelap mata, tanggung jawab pada tugas)

(potongan lirik lagu Koes Plus berjudul 'Ojo Podho Nelongso', mengandung nilai hidup yang sangat kuat)

***

Ah, tulisan ini sudah hampir menghias gawai tapi hujan belum juga usai. 

Riana Dewie

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun