Pagi itu cerah sekali. Ada rasa sukacita saat saya membawa satu tas besar bermotif LV itu. Ukurannya lumayan besar, dimana isinya adalah paket alat tulis yang semalam sudah dikemas dengan penuh semangat di rumah. Ada pula paket buku mewarnai dan membaca yang sudah dipersiapkan oleh kompasianer Agata Vera yang disponsori oleh salah satu percetakan ternama di Jogja. Tak lebih dari 20 menit, roda motor kami terhenti tepat persis di depan SLB Negeri 2 Yogyakarta. Sebuah adegan kecil di awal aksi KJOG (Kompasianer Jogja), dimana di tempat ini kami akan berbagi keceriaan, berbagi edukasi serta berbagi buku dalam sebuah event bertajuk #DolanSosial.
Saat kaki kami melangkah di lorong sekolah ini, tampak anak-anak sedang melakukan senam pagi bersama, dimana aktivitas ini diadakan setiap hari jumat sebagai ajang untuk refreshing dan olahraga ringan. Kira-kira jam 8 pagi, para guru dengan senyum ramahnya menyambut kami hingga akhirnya kami diarahkan menuju ke area dimana anak-anak berkumpul, aula sekolah itu. Awalnya ada keraguan, apakah mereka akan menerima orang asing seperti kami? Puji Tuhan, semua benar-benar penuh kejutan. Senyum ceria dan antusias terpancar dari wajah-wajah polos itu. Betapa hati ini seperti diketuk, mereka menjalani hari-hari dalam keterbatasan, namun seakan tak pernah lupa tersenyum dan bersyukur.
Sepanjang acara, anak-anak tampak atraktif, berani berekspresi dan memancarkan wajah bahagia. Guru-guru pembimbing beserta beberapa orang tua pun tampak bersemangat mengikuti acara yang dipenuhi dengan banyolan-banyolan edukatif dari kami. Bagi KJOG sendiri, bertandang ke tempat yang dipenuhi oleh ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) seperti ini merupakan pengalaman pertama kalinya. Rasa senang bercampur haru menyatu, walau kami sendiri merasa asing namun harapan untuk berbaur rasa dengan mereka sungguhlah besar.
Akhirnya kerinduan teman-teman KJOG untuk bisa merealisasikan acara berbagi kasih seperti ini terealisasi dengan baik. Adapun misi dari KJOG mengadakan acara #DolanSosial ke SLB Negeri 2 Yogyakarta, diantaranya:
1. Berbagi
Event KJOG selama ini selalu identik dengan acara senang-senang, diantaranya makan-makan di hotel/resto, mendatangi event budaya/seni ataupun jalan-jalan wisata. Syukurlah, saat pertama menginformasikan event ini kepada anggota KJOG yang lain, mereka sangat berantusias bahkan beberapa merasa kecewa tidak bisa bergabung karena terbentur kesibukan pribadi. Hal yang saya kagumi, beberapa dari mereka tetap berusaha berpartisipasi dengan ikut berdonasi untuk memberikan sedikit penghiburan bagi ABK. Harapannya, kami bisa lebih giat mengadakan acara serupa sehingga bisa lebih banyak kesempatan untuk menaburkan kasih kepada sesama.
ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) adalah mereka yang terlahir dengan kekurangan, baik fisik, mental maupun intelektual. Dengan kondisi ini, tentu langkah mereka terbatas, tak seperti anak-anak yang dilahirkan normal. SLB Negeri 2 Jogja ini sendiri merupakan SLB C, dimana tempat ini mayoritas diramaikan oleh anak-anak tunagrahita (kurang pendengaran).
Melihat mereka duduk manis mengikuti rangkaian acara yang telah dipersiapkan, saya baru menyadari bahwa mereka memang butuh hiburan di sela-sela rutinitas. Apalagi seorang guru di sana mengatakan bahwa anak-anak ini pada dasarnya mudah bosan, sehingga jika ada sesuatu yang baru, mereka bakal antusias dan bersemangat. KJOG pun merasakan bahwa waktu yang sangat singkat ini, kira-kira 60 menit, sepertinya sukses mengusir kejenuhan mereka.
"Wah, anak-anak disini cantik-cantik ya.....", ungkap kagum saya kepada Mbak dinda, seorang aktivis yang memperjuangkan difabel wanita dan anak yang berdiri di bawah Lembaga SAPDA. Mbak Dinda dan rekannya juga berpartisipasi memberikan bimbingan di beberapa Sekolah Luar Biasa, khususnya edukasi kesehatan reproduksi bagi anak-anak berkebutuhan khusus, termasuk di SLB 2 Negeri Jogja ini.
Saat dihadapkan dengan ABK, kita harus memberi perlakuan khusus kepada mereka. Tidak bisa jika kita menganggap mereka sama seperti kita, terutama dalam hal komunikasi maupun pemahaman secara cepat seperti yang biasa kita lakukan. Oleh karenanya, saat berkomunikasi dengan mereka, saya rasakan bahwa anak-anak ini begitu membutuhkan bimbingan dan perhatian yang sangat besar agar mereka tetap dapat mengenyam pendidikan yang baik seperti anak-anak normal lainnya.
Teman-teman ABK yang disambangi KJOG ini tampak sangat bahagia saat diperhatikan, diajak berkomunikasi, bahkan diberi apresiasi. Pada dasarnya, mereka bukanlah anak yang terlahir bodoh, namun hanya saja daya berpikirnya lebih lambat dan daya dengarnya juga tak sebaik orang normal sehingga wajar jika mereka agak sulit untuk memahami sesuatu dengan cepat. Namun saat bahasa kasih berbicara, mereka tak lambat untuk merespon itu semua, sama seperti kita.
Tidak ada kata yang lebih indah selain mengucap syukur kepada Tuhan atas segala karunia-Nya. Mereka yang memiliki kekurangan saja tetap bisa beraktivitas dengan semangat saat menjemput masa depan. Bagaimana dengan kita yang dilahirkan normal? Bagi saya pribadi, ini bisa menjadi pemantik semangat untuk bisa berkarya lebih baik lagi kedepannya, tentu hal yang sama juga dirasakan oleh teman-teman KJOG yang lainnya. Semoga rasa syukur kami tak berkesudahan, termasuk syukur atas kekompakan teman-teman KJOG yang mau meluangkan waktu untuk berbagi di sini.
Keterbatasan Tak Meredupkan Semangat Mereka untuk Berkarya
Di balik segala kekurangan itu, ada satu hal yang saya kagumi dari anak-anak di SLB Negeri 2 Jogja ini, yaitu masing-masing anak ternyata memiliki kelebihan dimana ini terwujud dalam prestasi mereka sesuai bakat masing-masing.
Riana Dewie
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H