Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Media Sosial, Medianya Orang Pintar

2 Agustus 2017   23:54 Diperbarui: 3 Agustus 2017   16:15 2863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masyarakat sudah bersahabat dengan sosial media (batamnews.co.id)

Kehadiran media sosial sesungguhnya berkontribusi pada pengembangan peradaban manusia. Contoh kecilnya adalah dalam hal komunikasi. Dulu, kita bisa berkomunikasi dengan orang lain hanya melalui surat. Selanjutnya ada telepon rumah yang disusul teknologi pager sebagai media untuk mengirim pesan singkat. Akhirnya, handphone jadul pun kini telah menjelma menjadi smartphone. Entah, besok akan ada kejutan apa lagi. 

Nah, bagi saya, kehadiran media sosial memang sangat bermanfaat, misalnya mempertemukan saya dengan banyak orang, termasuk sahabat-sahabat lama sejak zaman sekolah. Dalam hitungan detik saja, kita bisa berkomunikasi dengan banyak orang di seluruh dunia. Terbukti ya bahwa media sosial berperan positif melancarkan aktivitas manusia, terutama dalam hal komunikasi.

Dibalik segala kenyamanan itu, sisi negatif dari media sosial ternyata harus kita sadari pula. Setiap akun media sosial kan sifatnya privasi, dalam artian akun yang dimiliki setiap orang pasti berbeda. Bertanggung jawab atas akun masing-masing tentu hal wajib, hingga pada akhirnya menimbulkan rasa 'memiliki'. Dari situlah muncul sebuah mindset bahwa pemilik akun merupakan 'penguasa' dari akunnya sendiri sehingga merasa sangat bebas berekspresi di media sosial, tak peduli baik buruknya.

Faktanya, masyarakat kita banyak 'menyantap' hal-hal negatif yang beredar di media sosial. Sebagai contohnya adalah tebaran meme di jagat maya yang menyindir sesuatu/tokoh (intoleransi), maraknya kasus cybercrime dalam bentuk judi online maupun postingan yang berbau pornografi, menjamurnya video-video kekerasan yang kadang mempengaruhi pisikis bahkan ada pula yang menulis status palsu (hoax) atau ujaran kebencian. Mengkhawatirkan bukan?

Belum lama ini ada kejadian yang lebih menyayat hati banyak orang, dimana fasilitas media sosial dimanfaatkan netizen sebagai ajang untuk 'peregangan nyawa'. Pertama, di bulan Maret lalu, seorang suami melakukan bunuh diri secara live di FB karena stres ditinggal istri. Kedua, berita yang masih hangat terdengar, seorang anak muda (18) nekat bunuh diri sambil video call-an bersama kekasih lantaran dipicu api cemburu. Benarkah media sosial dikembangkan hanya untuk melancarkan aksi-aksi nekat seperti ini ? Sama sekali tidak..!!!

Ilustrasi bunuh diri (hindi.thequint.com)
Ilustrasi bunuh diri (hindi.thequint.com)
Dari banyak kejadian kurang menyenangkan yang kita rasakan akhir-akhir ini, mari sama-sama menyadari bahwa di media sosial, tantangan yang kita rasakan nyatanya jauh lebih besar dari media konservatif. Saat putuskan bermain di dunia maya, tugas utama yang harus kita prioritaskan adalah berusaha untuk sharing segala informasi positif kepada masyarakat luas. Buatlah setiap teman di media sosial merasa nyaman dengan keberadaan Anda, syukur-syukur bisa memberikan manfaat yang berguna untuk meningkatkan kualitas diri dan sesama.

Cara Memanfaatkan Media Sosial Secara Bijak

Jika ingin menjadi manusia yang bermartabat, bijaklah saat memanfaatkan media sosial sebagai pembuktian eksistensi Anda. Menjadi netizen bijak berarti kita mau menyadari, informasi mana yang pantas dan tak pantas untuk di-share. Jika konsisten menjaga ini, kehidupan kita di dunia maya pasti adem ayem. Jika saat ini situasi di media sosial sering 'menghidangkan' keributan, sejatinya itu disebabkan karena kurangnya toleransi dan pengendalian diri dari masing-masing individu sehingga terjadilah 'perang' ego yang takkan pernah ada juntrungnya.

Sederhana saja. Apakah Anda pernah mengamati teman medsos Anda membuat sebuah status kontroversial hingga membuat Anda gregetan? Bahkan membuat jari-jari tangan Anda gatal untuk ikut nimbrung berkomentar? Memang benar, banyak kejadian di media sosial yang sungguh memaksa kita untuk menguras energi, menyita waktu bahkan mengganggu pikiran sepanjang waktu. Namun diantara itu semua, syukurlah kita dianugerahi hati dan pikiran untuk bisa mengontrol perilaku demi menjaga tatanan hidup yang sudah ada, termasuk di dunia maya.

Agar tidak menimbulkan kerawanan sosial, bagaimana cara bermedia sosial yang baik? Berikut beberapa hal yang bisa saya simpulkan dari keempat pembicara dalam bincang santai malam itu: 

1. Berpikir sebelum update status di media sosial.

Jangan hanya karena emosi, Anda update status sesuka hati, misalnya marah-marah tanpa alasan atau memfitnah orang lain tanpa bukti. Orang lain bisa menyimpulkan bahwa Anda belum memiliki kedewasaan dalam memanfaatkan media sosial. Jadi, kontrol emosi Anda agar semua berjalan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun