Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sulamin Bibir Saya, Dong: Pertunjukan yang Menguntai Makna "Cantik"

20 Mei 2017   11:37 Diperbarui: 20 Mei 2017   16:59 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sara Medina (kiri) sedang meeting dengan rekannya (Dok.Pri)

Katrina kembali mendebat, semua orang yang berprofesi seperti diarasa-rasanya hanya punya satu tujuan, yaitu meraup keuntungan finansial dengan memanfaatkantrend‘cantik secara instan’ ini. Kembali sang dokter menjawab bahwa ini bukan semata-mata karena uang, namun panggilan hati sebagai dokter yang ingin meringankan beban pasien. Nah, menurut Anda, dari perdebatan keduanya, jawaban mana yang lebih masuk akal? Bingung kan? Hihihi....

Tersirat Pesan Moral 

Ehhmm, kebayang kan betapa dinamis alur cerita dari talkshow yang berdurasi kira-kira 90 menit ini? Saya pribadi mendapatkan banyak pemahaman baru tentang kecantikan perempuan dan ini seakan menjadi ajang introspeksi diri atassetiap adegan tiap tokohnya yang benar-benar sukses menghidupkan suasana. Tentu saja, drama teater ini mencoba menguak nilai-nilai moral yang bisa dipahami secara positif.Ngomong-ngomong tentang pesan moral, ada beberapa benang merah yang bisa saya tangkap dari talkshow yang menggelitik ini :

  1. Ternyata setiap perempuan memiliki ‘potensi kekayaan’ yang tak terhitung jumlahnya, baik untukberbicara, bermimpi, berdandan, berpendapat, berkarir, dsb.
  2. Setiap perempuanpada dasarnya terlahir cantik, hanya saja porsinya berbeda untuk setiap bagiannya dan tak melulu fisik.
  3. Perempuan bisa menjadi sangat kuat, apabila ia mau mendayagunakan hati dan pikirannya untuk mewujudkancita-cita. Hapus tuh slogan bahwa perempuan lemah.
  4. Persepsi ‘cantik’ ternyata beraneka ragam untuk setiap perempuan. Dan jika ada orang di sekitar kita yang punya pandangan beda, hargai itu.

“Sulamin Bibir Saya, dong” adalah sebuah cara memperingati Hari Kartini yang dikolaborasikan secara apik dengan unsur seni. Penjiwaannya sungguh terasa karena drama ini diperankan oleh beberapa pemain yang tergabung dalam Forum Aktor Yogyakarta. Persiapan untuk teater ini tak main-main, mereka rela melakukan riset beberapa bulan untuk hunting data sana-sini demi mengantongi arti cantik dalam berbagai versi. Komunikasi terjalin sangat baik karena hari-hari diwarnai dengan saling tukar ide atu berdiskusi, menonton film ataupun video tutorial kecantikan, mewawancarai tokoh-tokoh yang bergerak di bidang perempuan serta mempelajari beberapa mitos kecantikan yang beredar di masyarakat.

Dengan meminimalkan penghakiman atas ‘benar’ atau‘salah’, setiap tokoh dalam drama iniberkesempatan untuk memaknai dan menjelaskan ‘kecantikan’ sesuai latar belakang masing-masing. Tak jauh berbeda dengan kehidupan kita di dunia nyata kan? Tak heran jika ada kelegaan pribadi usai menyaksikan pertunjukan ini, setidaknya pertanyaan klasik itu terjawab sudah. Alasan mengapa perempuan selalu ingin dikatakan ‘cantik’.

Saat saya tanya kepada sang sutradara, Nesia, mengapa pertunjukan ini diadakan ,Ia menjawab kalem. “Saya tak berani banyak berbicara tentang tujuan akhir, mbak. Persepsi tiap orang pastinya berbeda. Ini hanya karya sederhana yang menggelitik tentang feminis. Itu saja..”, pungkasnya terbahak sambil sesekali menikmati lalu lalang kru teater yang merapikan panggung.

Riana Dewie

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun