Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sulamin Bibir Saya, Dong: Pertunjukan yang Menguntai Makna "Cantik"

20 Mei 2017   11:37 Diperbarui: 20 Mei 2017   16:59 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum lama ini Indonesia memperingati Hari Kartini, yang bagi banyak orang menjadi hari emansipasi Perempuan di Indonesia. Perempuandi negara ini bebas berdiri, bebas berpendapat dan bebas berkarya, itulah hasil perjuangan Kartini yang bisa kita rasakan hingga hari ini. Perempuan juga bebas menemukan jati diri yang sesungguhnya. Jadi tak heran jika dari waktu ke waktu, banyak kaum perempuan di dunia ini yang berusaha membangun identitasnya secara kontinyu, termasuk mengartikan ‘cantik’ dalam kehidupannya.

Ada yang mengatakan bahwa cantik itu berparas ayu bahkan menjadi magnet perhatian bagi orang lain, terutama lawan jenis. Ada juga yang memandang bahwa cantik itu selalu melekat pada diri perempuan yang smart dalam segala hal. Bagi ibu-ibu yang suka sibuk di dapur mungkin akan mengatakan bahwa perempuan cantik itu yang berdaster, yang bau bawang karena sibuk di dapur serta rajin membuat lantai kinclong setiap waktu. Uhuukkk... Ini baru sebagian versi saja. Ada ribuan versi cantik di luar sana yang mungkin terdengar aneh, lucu, menggelitik atau bahkan serius namun kesemuanya bisa dikatakan sebagai persepsi yang sungguh masuk akal.

Sebuah pemahaman cerdas tentang kecantikan juga sempat saya ‘santap’ usai menyaksikan pertunjukan teater bertemakan “Sulamin Bibir Saya, dong”. Saat mendapatkan undangan ini, hal pertama yang terbersit di pikiran adalah sebuah pertunjukan tentang ajakan kepadaperempuan masa kini untuk merombak tubuhnya sesuai yang dia impikan, seperti menjalani operasi plastik di beberapa bagian tubuh atau mempercantik wajah dengan sulam bibir dan alis.

Tak sesempit itu ternyata lingkupnya. Lebih dari ekspektasi saya sebelumnya, pertunjukan ini justru memberikan edukasi yang begitu mendalam tentang arti ‘cantik’ bagi banyak perempuan di dunia ini. Ada beberapa tokoh dengan karakter yang sungguh berbeda namun dapat berkolaborasi dan menimbulkan kesan natural, tak membosankansertadihiasi dengan konflik yang menjadikan pertunjukan seni ini sungguh ‘hidup’.

Saya yang duduk di kursi penonton, tepat di depan panggung sesekali cengar-cengir menyaksikan ekspresi pemain drama dan ikut-ikutan tepuk tangan heboh di sepanjang acara. Pertunjukan teater yang biasa saya lihat kebanyakan langsung menuju ke visualisasi drama yang flat, padat cerita, agak membosankan dan yaaahhh... begitu-begitu saja. Namun pertunjukan yang diadakan di gedung LIP (Lembaga Indonesia Perancis), Jogja ini sungguh berbeda. Ini semacam pertunjukan di dalam pertunjukan, atau sebut saja sebagai drama teater yang dikemas dalam bentuk talkshow.

It's Gracie

It’s Gracie, diceritakan merupakan sebuah acara talkshow fenomenal yang sukses menelisik sisi-sisi unik kehidupan beberapa tokoh yang pantas untuk diketahui yang tak jarang siratkan pesan moral. Dengan hostcentilnya, Gracie Moechtar serta sang pendamping panggung yang rada kemayu, AdrianHutagalung, talkshowini sungguh berwarna dan mendapatkan rating yang tinggi. Pada episode kali ini,talkshow tampak dinamis karena setiap bintang tamunya memiliki persepsi yang saling bertolak belakang dan penuh debat, khususnya tentang ‘cantik’.

Siapa saja sih bintang tamu dalam talkshow ini? Lalu, konflik apa saja yang terjadi? Berikut beberapa hal yang bisasaya ringkas usai menyaksikan pertunjukan teater yang dihadiri sekitar 100 penonton ini :

Perkenalkan Adelia Zara, si penganut paham ‘kebebasan’.

Sebut saja Adel, seorang selebgram bertubuh semok, suka dandan, dan hobi membuat video tutorial tentang kecantikan. Jadi tak heran jika dia memiliki banyak follower saking femesnya. Ya iya, ini terkait dengan karakternya yang berani jujur dan terbuka tentang apa yang ia lakukan. Ia berprinsip menghargai apapun anugerah Tuhan untuknya dan tak pernah segan untuk berbicara fulgar di depan publik.

Misal punya tubuh yang gendut, itu bukan masalah baginya untuk bisa cantik. Cantik itu bebas dan apa adanya. “Buat apa sih pake diet segala, harus mengorbankan makanan favorit  yang ujung-ujungnya bakal membuat hidup kamu tak nyaman?”, ungkapnya. Ehhmm, masuk akal juga sih prinsip si Adel ini, Anda sependapat?

Tokoh kedua adalah Avi Destriana, si penulis berprestasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun