Hujan deras sore itu tak menyurutkan aksi keluarga besar IRD (Indonesia Rare Disorders) untuk mengadakan sebuah acara bertemakan Indonesia Rare Disorders “JOGLOSEMAR GATHERING” yang membahas perkembangan dan problematika ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) karena kelainan genetik atau sering disebut juga dengan Rare Disosders & Difable (18/06/16). Dimotori oleh para pendiri IRD, acara yang dikemas secara sederhana ini sungguh memiliki makna istimewa bagi kami yang hadir di sana. Bertempat di Rusunwa Grha Bina Harapan Yogyakarta, banyak pihak yang meluangkan waktu untuk saling berbagi, baik dari keluarga besar IRD asal Jogja, Solo, Jakarta; para orang tua ABK serta beberapa blogger asal Jogja.
Apa itu Indonesia Rare Disorders? Inilah sekelompok orang yang memiliki kepedulian untuk terus memperjuangkan nasib anak-anak dengan kelainan genetik serta memberikan dukungan kepada para orang tua mereka. Rare Disease sendiri diartikan sebagai kelainan genetik yang memiliki jumlah penderita sangat sedikit, yaitu dengan perbandingan 1 : 2500 untuk Indonesia. Ketika menyerang manusia, kelainan ini menimbulkan cacat permanen atau lebih parahnya adalah dapat menyebabkan kematian. Di sisi lain, efek psikologis bagi para orang tua yang anaknya menyandang kelainan ini juga harus diperhatikan karena mereka memang harus memiliki kekuatan dan kesabaran luar biasa.
1. Rare Disease Butuh Penanganan Cepat
Usai berbuka puasa bersama, Yola Tsagia, founder komunitas Indonesia Rare Disorders dari Jakarta mengungkapkan bahwa anak yang memiliki kelainan genetik ini memang harus diberikan penanganan cepat sebelum terlambat. Ia mengatakan demikian karena berpengalaman sendiri memiliki anak berkebutuhan khusus namun tak ia sadari selama bertahun-tahun. “Ketika umurnya 6,5 tahun, saya baru menyadari bahwa anak saya ternyata pengidap Treacher Collins syndrome (TCS),” jelasnya.
2. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Butuh Perhatian Lebih
Gathering sore itu memang istimewa karena saya dapat melihat beberapa anak dengan kelainan genetik yang tampak asyik dengan dunia mereka sendiri. Mereka sungguh ada, hanya saja mengidap sesuatu yang ‘langka’ sehingga memiliki bentuk fisik yang tak biasa. Ada seorang anak bernama Aira yang berukuran mini di usianya yang sudah 2,3 tahun. Ibunya mengatakan bahwa anak ini hanya bisa menelan makanan lembut, seperti bubur. Untuk obat dan cairan dimasukkan melalui selang kecil yang menempel di pipi lalu dikaitkan langsung masuk ke hidung. Anak itu tampak ceria, aktif lari ke sana-kesini dan murah senyum saat sang ibu menggodanya.
Tak ketinggalan terlihat pula satu atau dua anak yang memiliki kerusakan tulang otak sehingga pertumbuhannya terganggu. Mereka butuh perhatian lebih sehingga orang tua memiliki tanggung jawab luar biasa terhadap kondisi ini. Kita pun bisa saling membantu, setidaknya memberikan support bagi mereka dan para orang tua agar dikuatkan menjalani hari-harinya.
3. Rare Disease Bukan ‘Karma’ tapi karena Faktor Genetik.
Setiap orang bisa berpendapat apa pun, termasuk menanggapi kondisi anak-anak istimewa ini. Tak jarang ini menimbulkan keprihatinan mendalam bagi mereka yang mengalaminya. Tak hanya orang lain ataupun tetangga yang mencoba melemparkan pendapat ‘pedas’ tentang kondisi anak-anak berkebutuhan khusus. Dari lingkup keluarga besar sendiri pun sering mencibir keluarga yang dianugerahi anak dengan kelainan genetik ini.
“Kamu dulu pasang pesugihan apa?” “Dulu sebelum punya anak berbuat dosa besar ya sehingga ini karmanya..?” Itulah pendapat sinis beberapa orang yang menurut mereka terkadang menyakitkan. Padahal jika disadari oleh banyak orang, ini bukanlah penyakit karma tapi disebabkan karena kelainan genetik yang kita pun tak tahu kapan datangnya. Oleh karenanya, diharapkan untuk para orang tua memang harus pandai bersabar dan menguatkan diri. Mengapa? Karena inilah modal utama untuk bisa merawat dan menguatkan anak-anaknya yang berkebutuhan khusus hingga kelak mereka dewasa.
4. Orang Tua yang memiliki ABK memang “Istimewa”
“Saya sering miris saat melihat anak saya ingin mendekati anak-anak lainnya untuk ikut bermain bersama. Tapi gimana mau bergabung, anak-anak lain sering mengejek anak saya karena tampak ‘berbeda’. Sedih rasanya....,” ucap seorang ibu dengan wajah penuh keprihatinan. Nah, inilah salah satu alasan mengapa IRD dikembangkan di Indonesia, yaitu ingin merangkul para orang tua yang memiliki ABK untuk tetap tegar dan yakin bahwa mereka dapat membesarkan buah hati dengan baik.
Sentuhan-sentuhan kecil IRD terlihat dari pembentukan sebuah komunitas yang selalu aktif di grup WA sehingga masalah sekecil apapun bisa di-share dan mendapat solusinya. Orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus itu memang sangat istimewa. Ini karena mereka lebih dipercaya Tuhan untuk dapat merawat anak-anak mereka dalam kondisi ‘berbeda’ dengan anak-anak lainnya. Semangat orang tua menjadi semangat anak-anak itu dalam menggapai masa depan. Saya jadi terharu, melihat ibu-ibu muda yang cantik-cantik ini tampak menyayangi anak-anak mereka dengan tulus dan penuh kebahagiaan sekalipun dalam keterbatasan.
Lalu, saat mengetahui ternyata anaknya ‘istimewa’, kuatkan iman dan kesabaran karena Tuhan takkan memberi cobaan di luar batas kemampuan manusia. Seiring bertambahnya umur sang anak, berikan ia stimulasi untuk merangsang syaraf dan organ tubuhnya agar tetap aktif. Arahkan masa depannya secerah anak-anak normal dan dukung selalu pilihan anak selama itu bernilai positif.
5. Sekolah Inklusi dan ABK harus Makin Diperhatikan
Pemerintah sudah mengupayakan wadah pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dengan pendirian sekolah-sekolah inklusi di beberapa daerah di Indonesia. Namun ada kalanya sekolah-sekolah tersebut justru kurang memberikan ruang bagi mereka yang berkebutuhan khusus.
Sebuah pengalaman Ibu Siwi Parwati A. Basri yang juga memiliki anak laki-laki berkebutuhan khusus, sempat ditolak di beberapa sekolah lantaran anaknya dinilai berbeda. Lalu, ibu ini mencoba untuk mendaftarkan putranya ini di sekolah inklusi, ditolak juga. Alasannya adalah bahwa sekolah inklusi tersebut hanya menerima anak-anak berkebutuhan khusus dengan kriteria tertentu. Lalu kalau semua menolak, anak-anak ini mau disekolahkan kemana?
Ibu Siwi hanyalah salah satu contoh orang tua yang sempat kebingungan saat ingin memberikan pendidikan anaknya di lembaga pendidikan resmi. Dengan adanya pengalaman ini, diharapkan pemerintah semakin memperhatikan para orang tua yang memiliki ABK agar mereka tetap merasa aman dan nyaman dalam kondisi yang serba terbatas ini. Anak-anak ini bisa berkembang bahkan beberapa diantara mereka justru memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dari anak normal.
***
Satu pesan dari seorang Yola yang sangat aktif di komunitas ini bahwa dokter-dokter di Indonesia terkadang masih merasa asing dengan kelainan genetik ini. Jadi, tak heran jika mereka kadang salah diagnosa dan merekomendasikan obat biasa karena memang gejalanya hampir sama dengan penyakit-penyakit lain pada umumnya.
Nah, ini adalah PR bagi seluruh orang tua, yaitu berikan perhatian lebih sejak anak Anda lahir. Perhatikan perkembangannya dengan seksama agar jika diketahui ada kejanggalan, bisa dilakukan penanganan sejak dini. Ia berpesan juga untuk ibu-ibu yang anak pertamanya mengidap Rare Disease, jangan pernah takut hamil lagi. Semua itu bisa diantisipasi dengan melakukan tes kromosom yang akan memberikan banyak informasi terkait dengan kondisi kesehatan sang Ibu.
Ah, akhirnya selesai sudah acara bahagia ini. Hujan makin deras dan saya merasakan kebanggaan luar biasa saat bisa berfoto dengan anak-anak istimewa itu. Mereka semua baik, mereka semua bersemangat. Tak ada kekecewaan dari wajah para orang tua yang memiliki ABK karena meraka tahu bahwa amunisi utama untuk bertahan hanyalah iman, cinta, yakin dan bersemangat.
Mereka Ada, Nyata dan Berdaya.
Riana Dewie
Sumber Referensi :
Mengikuti acara Indonesia Rare Disorders “JOGLOSEMAR GATHERING” bersama Kompasianer Ang Tek Khun, Vika Kurniawati, Ken So dan Umi Azzurasantika
Wawancara Langsung dengan Founder IRD Jakarta, Yola Tsagia
Foto berasal dari dokumentasi pribadi dan IRD.
FB : Indonesia Rare Disorders atau @IdRareDisorders
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H