Setiap orang bisa berpendapat apa pun, termasuk menanggapi kondisi anak-anak istimewa ini. Tak jarang ini menimbulkan keprihatinan mendalam bagi mereka yang mengalaminya. Tak hanya orang lain ataupun tetangga yang mencoba melemparkan pendapat ‘pedas’ tentang kondisi anak-anak berkebutuhan khusus. Dari lingkup keluarga besar sendiri pun sering mencibir keluarga yang dianugerahi anak dengan kelainan genetik ini.
“Kamu dulu pasang pesugihan apa?” “Dulu sebelum punya anak berbuat dosa besar ya sehingga ini karmanya..?” Itulah pendapat sinis beberapa orang yang menurut mereka terkadang menyakitkan. Padahal jika disadari oleh banyak orang, ini bukanlah penyakit karma tapi disebabkan karena kelainan genetik yang kita pun tak tahu kapan datangnya. Oleh karenanya, diharapkan untuk para orang tua memang harus pandai bersabar dan menguatkan diri. Mengapa? Karena inilah modal utama untuk bisa merawat dan menguatkan anak-anaknya yang berkebutuhan khusus hingga kelak mereka dewasa.
4. Orang Tua yang memiliki ABK memang “Istimewa”
“Saya sering miris saat melihat anak saya ingin mendekati anak-anak lainnya untuk ikut bermain bersama. Tapi gimana mau bergabung, anak-anak lain sering mengejek anak saya karena tampak ‘berbeda’. Sedih rasanya....,” ucap seorang ibu dengan wajah penuh keprihatinan. Nah, inilah salah satu alasan mengapa IRD dikembangkan di Indonesia, yaitu ingin merangkul para orang tua yang memiliki ABK untuk tetap tegar dan yakin bahwa mereka dapat membesarkan buah hati dengan baik.
Sentuhan-sentuhan kecil IRD terlihat dari pembentukan sebuah komunitas yang selalu aktif di grup WA sehingga masalah sekecil apapun bisa di-share dan mendapat solusinya. Orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus itu memang sangat istimewa. Ini karena mereka lebih dipercaya Tuhan untuk dapat merawat anak-anak mereka dalam kondisi ‘berbeda’ dengan anak-anak lainnya. Semangat orang tua menjadi semangat anak-anak itu dalam menggapai masa depan. Saya jadi terharu, melihat ibu-ibu muda yang cantik-cantik ini tampak menyayangi anak-anak mereka dengan tulus dan penuh kebahagiaan sekalipun dalam keterbatasan.
Lalu, saat mengetahui ternyata anaknya ‘istimewa’, kuatkan iman dan kesabaran karena Tuhan takkan memberi cobaan di luar batas kemampuan manusia. Seiring bertambahnya umur sang anak, berikan ia stimulasi untuk merangsang syaraf dan organ tubuhnya agar tetap aktif. Arahkan masa depannya secerah anak-anak normal dan dukung selalu pilihan anak selama itu bernilai positif.
5. Sekolah Inklusi dan ABK harus Makin Diperhatikan
Pemerintah sudah mengupayakan wadah pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dengan pendirian sekolah-sekolah inklusi di beberapa daerah di Indonesia. Namun ada kalanya sekolah-sekolah tersebut justru kurang memberikan ruang bagi mereka yang berkebutuhan khusus.
Sebuah pengalaman Ibu Siwi Parwati A. Basri yang juga memiliki anak laki-laki berkebutuhan khusus, sempat ditolak di beberapa sekolah lantaran anaknya dinilai berbeda. Lalu, ibu ini mencoba untuk mendaftarkan putranya ini di sekolah inklusi, ditolak juga. Alasannya adalah bahwa sekolah inklusi tersebut hanya menerima anak-anak berkebutuhan khusus dengan kriteria tertentu. Lalu kalau semua menolak, anak-anak ini mau disekolahkan kemana?