[caption caption="AYO BERALIH KE LISTRIK PINTAR (www.pln.co.id)"][/caption]
Kami memiliki usaha kost-kostan yang lumayan menguras penggunaan listrik setiap bulannya. Dengan listrik pascabayar, biasanya kami memliki tagihan listrik antara Rp. 550.000,- hingga Rp. 650.000,- per bulan. Saat program listrik prabayar (listrik pintar) disosialisasikan, saya dan suami tertarik untuk memasangnya di rumah. “Listrik Pintar biaya per bulannya lebih mahal lho…,” suara-suara inilah yang sering saya dengar dari tetangga. Waduh, bagaimana ya kalau penghuni kost kecewa lantaran terbebani dengan biaya listrik mahal? Saya pun mulai ragu. Hari demi hari terlewati, saya justru semakin sadar bahkan merasa puas karena listrik prabayar ternyata memiliki 8 keunggulan yang tidak saya dapatkan saat memasang listrik pascabayar. Apa saja itu?
***
Di Indonesia, masalah penyediaan & layanan listrik untuk masyarakat dipegang sepenuhnya oleh PLN (Perusahaan Listrik Negara). PLN sudah berusaha untuk melakukan pengembangan di berbagai bidang kelistrikan untuk menyediakan pasokan listrik yang seimbang dengan kebutuhan masyarakat walaupun tak jarang menemui berbagai kesulitan. Dari waktu ke waktu, PLN juga melakukan banyak inovasi agar masyarakat semakin nyaman dan merasakan kehidupan yang lebih baik sehubungan dengan pemanfaatan listrik di rumah masing-masing. Jika selama ini kita difasilitasi PLN untuk memanfaatkan energi listrik dulu baru bayarnya belakangan melalui listrik pascabayar, sekarang kita difasilitasi dengan layanan baru yang lebih praktis & efektif dimana biayanya bisa kita beli dalam bentuk pulsa, yaitu listrik prabayar (listrik pintar).
KAMI MEMANFAATKAN LISTRIK PRABAYAR DI RUMAH
Inovasi PLN yang satu ini sudah berjalan beberapa tahun terakhir. Antusias masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia terlihat sejak listrik prabayar (listrik pintar) ini disosialisasikan. Saat menggunakan listrik pintar, pelanggan harus membeli pulsa dulu untuk konsumsi energi listrik sesuai kebutuhannya. Besar energi listrik yang telah dibeli oleh pelanggan dimasukkan ke dalam Meter Prabayar (MPB) yang terpasang di lokasi Pelanggan melalui sistem ‘token’ (pulsa) atau stroom. Hingga kini, produk layanan ini sudah tersebar ke seluruh pelosok masyarakat dimana kebanyakan berasal dari Jawa Bali, Indonesia Timur dan Sumatera.
Kebetulan saya memiliki kost-kostan yang lumayan menguras penggunaan listrik setiap bulannya. Sebelumnya di rumah kami terpasang satu instalasi jaringan listrik pascabayar dengan daya 1300 watt. Anak kost di rumah kami memang per bulannya harus membayar biaya kost dan biaya penggunaan listrik sebesar Rp. 50.000. Namun kami sering mengalami mati listrik tiba-tiba dimana saat itu saya sering merasa bahwa anak kost menggunakan listrik sembarangan sehingga imbasnya ke ruang depan juga (tempat tinggal saya dan suami). Apalagi di bagian depan ada bisnis lainnya yang membutuhkan energi listrik saat melayani pelanggan sehingga sangat riskan bagi saya dan suami untuk tetap menggunakan listrik secara ‘keroyokan’.
[caption caption="Instalasi Listrik Pascabayar dan Prabayar yang ada di rumah kami (Dok.Pri)"]
Tak lama setelah gencar sosialisasi listrik pintar, suami akhirnya memutuskan untuk memasang instalasi jaringan listrik baru khusus untuk anak kost di belakang dengan daya 900 watt disusul ruangan depan 1300 watt. Proses pengajuan listrik prabayar juga sangat mudah. Pertama, suami hanya disuruh datang ke kantor PLN terdekat dengan membawa foto kopi KTP. Selain itu, suami juga dimintai peta lokasi untuk proses survei lapangan. Selanjutnya, kami disuruh telepon ke PLN 123 sebagai proses registrasi permohonan pemasangan listrik baru. Selanjutnya, setelah survei dilakukan, kami wajib membayar biaya instalasi di kantor PLN (bisa juga di Bank yang bekerjasama dengan PLN), menandatangani Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL). Finally, PLN melakukan penyambungan listrik di rumah kami. Praktis.
Awalnya kami ragu untuk memasang listrik pintar karena rumornya sih biaya per bulannya akan lebih mahal. Kalau lebih mahal, otomatis bisa membuat penghuni kost kecewa lantaran mereka terbebani dengan biaya listrik yang lebih besar. Namun karena niat kami di awal adalah untuk melonggarkan penggunaan listrik pascabayar di rumah dan mencoba membandingkan fasilitas listrik pintar dari PLN, akhirnya kami tetap nekat melakukan instalasi listrik pintar.
Lalu, apa yang terjadi setelah ini?