Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Spiderman Makan “Sego Pincuk” di Tugu Jogja  

4 November 2015   11:55 Diperbarui: 19 Oktober 2020   04:29 1459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya pingin mencicip menu "pincuk"nya Spiderman (Dok. Riana Dewie)

Mata saya terbelalak kala melihat kehadiran seorang tokoh superhero yang sangat terkenal dengan jaring laba-labanya, yaitu Spiderman di sekitar Tugu Jogja. Awalnya saya ragu, nih Spiderman beneran orang atau cuma patung ya. Karena penasaran, akhirnya saya dan suami mendekati spiderman itu dan ternyata ini adalah salah satu dari puluhan karya seniman yang dipajang di sepanjang Jalan Mergo Utomo atau yang sering disebut dengan Jalan mangkubumi hingga kawasan Jembatan Kleringan, Jogja.

Hasil karya para seniman dijejer indah dalam pameran terbuka karya seni patung bertajuk  "Antawacana". Setelah melalui proses seleksi yang sangat panjang, akhirnya juri memutuskan untuk memajang 32 patung terbaik disepanjang jalan Mangkubumi. Pameran kesenian ini merupakan hasil kerja sama antara Jogja Street Sculpture Project (JSSP) 2015, Asosiasi Pematung Indonesia (API) serta Dinas Kebudayaan DIY yang dimulai sejak 30 Oktober 2015 hingga 15 Desember 2015.

Indahnya Tugu Jogja (3/11/2015) - Dok. Riana Dewie 
Indahnya Tugu Jogja (3/11/2015) - Dok. Riana Dewie 
Tentu pemajangan patung-patung di ruang publik ini sangat istimewa dan tak seperti biasanya karena karya seninya tak hanya terkungkung di ruang galeri yang tertutup namun dapat direspon secara langsung oleh masyarakat yang lewat disana. Sebelumnya ide untuk memajang berbagai patung ini harus melalui banyak tahap, utamanya adalah konsultasi dengan pemerintah kota Jogja dalam rangka memanfaatkan ruang publik berupa trotoar sebagai media untuk pemajangan karya seni para seniman Jogja dimana kebanyakan seniman tersebut tergabung dalam Asosiasi Pematung Indonesia (API).

Penasaran dengan patung-patung yang terpajang disana? Ini saya pamerin ya beberapa hasil jepretan saya dan suami semalam (3/11/2015) :

1. SPIDERMAN SANTAP ‘SEGO PINCUK’

Karya : Amboro Liring, Tema : Rolasan

Spiderman Makan Sego Pincuk di Tugu Jogja (Dok. Riana Dewie)
Spiderman Makan Sego Pincuk di Tugu Jogja (Dok. Riana Dewie)
Patung Spiderman ini terlihat berbadan gagah namun menggelitik lantaran giginya terlihat agak “tonggos”. Ini merupakan patung yang paling menarik perhatian karena diletakkan sangat strategis sehingga tampak jelas saat kita melewati perempatan Tugu Jogja. Tepatnya berada di depan Tugu Golong Gilig yang baru saja direkonstruksi, Spiderman ini berpose duduk santai sambil makan sego pincuk dimana didalamnya berisi nasi pecel, telur, pete serta memegang cakar ayam dengan ekspresi yang begitu menikmati hidangan tradisional Jogja ini. 

Dibalik kenikmatan ini, Amboro Liring sebagai pembuat patung ingin menyampaikan sebuah pesan bahwa urusan perut seringkali menjadi prioritas kita setiap saat padahal masih ada urusan-urusan lain yang lebih darurat untuk kita selesaikan. Betul juga ya.

2. MOBIL RINGSEK DIIKAT LAKBAN

Karya : Awan Simatupang, Tema : Ternyata……

Suami berfoto di depan mobil ringsek (Dok. Riana Dewie)
Suami berfoto di depan mobil ringsek (Dok. Riana Dewie)

Setelah menyaksikan patung Spiderman, saat masuk di Jalan Mangkubumi, di sisi kanan jalan kita akan melihat sebuah karya seni unik dimana disana akan berdiri sebuah mobil ringsek yang dipasang terbalik 90 derajat, berwarna hijau dan ditengahnya seakan diikat kencang dengan lakban. Saya sendiri sebelumnya belum pernah melihat pameran seni sekeren ini hingga tak sedikit orang-orang yang ingin mengambil foto terbaik mereka di depan mobil bernilai seni tinggi ini. 

Perlu diketahui, ini adalah mobil asli yang dikemas sangat menarik. Awan Simatupang selaku penggagas karya ini hanya ingin menyampaikan sebuah keprihatinan mengenai trotoar di beberapa daerah yang kini dipersempit atau bahkan ditiadakan. Ini dianggap sangat mengerikan kerena masyarakat harus menanggung kebisingan suara kendaraan dan polusi udara yang sangat menganggu kesehatan. Tentu ini sangat mengancam keamanan dan kenyamanan para pejalan kaki bukan?

3. PETUGAS KEBERSIHAN MENYAPU TROTOAR (TANPA ORANG)

Karya : Teguh S. Priyono, Tema : The Cleaning

Gambaran tentang petugas kebersihan menyapu trotoar (dok. Riana Dewie)
Gambaran tentang petugas kebersihan menyapu trotoar (dok. Riana Dewie)
[/caption]Semakin dalam menyusuri Jalan Mangkubumi, kita akan melihat sebuah karya unik sekaligus bernuansa magis karena disini dipajang sebuah seni patung yang hanya terdiri dari sepatu boot petugas kebersihan, tangan yang memegang sapu lidi disertai serakan sampah di bawahnya dimana seakan-akan tak ada orang yang menggerakkannya karena tak ada wujud manusianya. 

Sangat unik dan kreatif hingga menarik banyak perhatian masyarakat yang melewatinya. Patung hasil karya Hari Susanto ini mengandung pesan untuk mengajak seluruh masyarakat ikut serta menjaga kebersihan lingkungan agar kota Jogja lebih nyaman dan menyenangkan bagi seluruh masyarakat. 

4. VESPA NYUNGSEP DI TROTOAR

Karya : Teguh S. Priyono, Tema : No Parking

Vespa Nyungsep di Trotoar (Dok. Riana Dewie)
Vespa Nyungsep di Trotoar (Dok. Riana Dewie)
Karya ini tak kalah uniknya. Dengan model real vespa, karya ini lumayan menarik masyarakat, terutama para anak muda yang gemar mengoleksi berbagai pernak-pernik Vespa untuk action disini. Ada yang berpose seakan menaiki Vespa yang nyungsep di trotoar ini atau sekedar berfoto selfie bersama rombongannya. 

Teguh S. Priyono sebagai pembuat karya ini berniat menyampaikan kritik sosial terhadap kesemrawutan lalu lintas dan sistem parkir yang tak terkoordinasi dengan baik di kota Jogja. Harapannya, semoga lahan parkir Jogja diperluas untuk segala jenis kendaraan dan dapat menyediakan ruang publik yang lebih nyaman, baik untuk masyarakatnya maupun wisatawan dari luar.

5. SEMBURAN HYDRANT CAT

Karya : Suparman, Tema : Rainbow

SEMBURAN HYDRANT CAT (Dok. Riana Dewie)
SEMBURAN HYDRANT CAT (Dok. Riana Dewie)
Ini pun menjadi salah satu karya yang dipajang di sepanjang Jl. Mangkubumi. Menampilkan suasana warna warni cat yang tersembur natural dari Hydrant cat. Terlihat menarik, apalagi di siang hari akan menampilkan kilauan warna yang sangat indah. Suparman sebagai pencetak karya cantik ini memiliki ekspektasi yang sangat besar terhadap kota Jogja. 

Semburan hydrant cat ini mengandung filosofi bahwa masyarakat , budaya dan kultur kota Jogja memang beranekaragam, layaknya warna-warni cat ini. Ia berharap agar masyarakat asli dan pendatang yang kini sudah nyaman tinggal di Jogja dapat lebih guyub rukun atau bersatu menciptakan suasana kota yang damai dan tenteram. Indahnya kebersamaan :)

6. TEMBOK PEMISAH (TIGA PASANG KAKI BERDIRI)

Karya : Yulhendri, Tema : Tembok Pemisah

TEMBOK PEMISAH (TIGA PASANG KAKI BERDIRI) - Dok.Riana Dewie
TEMBOK PEMISAH (TIGA PASANG KAKI BERDIRI) - Dok.Riana Dewie
Dilihat sekilas, karya ini sangat sederhana, layaknya tembok biasa yang belum dicat. Namun jika diamati lebih dalam, para pecinta seni pasti paham betul ada sebuah gambaran tiga pasang kaki orang jawa yang berdiri disini, dimana diantaranya ada yang memakai celana panjang, kain jarik dan rok pendek. Anehnya, bagian perut keatas tak terlihat. Apa artinya? 

Yulhendri, seniman yang mewujudkan karya ini hanya ingin menyampaikan sebuah keprihatinan bagi rakyat kecil dimana mereka biasanya memiliki ruang yang lebih sempit untuk berekspresi dibanding mereka yang memiliki status sosial tinggi. Hanya bagian kaki yang terlihat inilah yang merupakan simbol keterkekangan mereka. Ia menyampaikan bahwa ini hanya sebagai refleksi sosial tanpa ada maksud mengkritisi fakta yang ada. Sangat menarik.

7. KUMPULAN BURUNG TERBANG

Karya : Ronie Lampah, Tema : Migration to a new planet

KUMPULAN PATUNG BURUNG TERBANG (Dok. Riana Dewie)
KUMPULAN PATUNG BURUNG TERBANG (Dok. Riana Dewie)
Jika tidak mengalihkan pandangan ke atas, saya takkan menyadari ada sebuah karya seni apik yang melayang. Inilah sebuah karya berbentuk burung-burung yang semuanya seakan mengepakkan sayap untuk terbang ke arah tujuan tertentu yang akan membuat mereka lebih nyaman dan bahagia. Ronie Lampah, seniman burung ini sangat peduli terhadap krisis lingkungan hidup yang makin hari mengkhawatirkan. 

Burung-burung yang dibuat dari bahan aluminium ini mengandung filosofi bahwa saat ini pencemaran lingkungan makin parah hingga mengganggu beberapa ekosistem makhluk hidup yang ada didalamnya. Oleh karenanya, ia mengajak seluruh masyarakat untuk ikut serta mengubah pola pikir untuk lebih menjaga lingkungan hidup agar nyaman ditempati oleh seluruh makhluk.  

8. REPLIKA PENSIL RAKSASA YANG TERPELINTIR

Karya : Komroden Haro, Tema : Diagonal Biru

REPLIKA PENSIL RAKSASA YANG TEREPLINTIR (Dok. Riana Dewie)
REPLIKA PENSIL RAKSASA YANG TEREPLINTIR (Dok. Riana Dewie)
Saya sangat takjub dengan penampilan karya yang satu ini. Ya, sangat familiar karena hampir setiap orang pernah menggunakannya. Pensil adalah salah satu alat tulis yang selalu kita gunakan saat masih belajar di sekolah. Dan kini, replika pensil ini terpajang dengan gagah di salah satu titik trotoar di jalan Mangkubumi Jogja namun dalam kondisi terpelintir. Apa maknanya? 

Kromoden Haro sebagai pencipta karya seni ini hanya ingin mencurahkan isi hatinya, dimana ia dan banyak orang lainnya saat ini merasa sedikit kecewa dengan beralihnya kota Jogja sebagai “Kota Pelajar” menjadi “Kota Wisata”. Well, harapannya semoga kedua argumen ini bisa berjalan seimbang, saling melengkapi dan tetap berdiri sebagai simbol kota Jogja selamanya.

9. SEPEDA TEROMPET

Karya : Ichwan Noor, Tema : Sunyi

SEPEDA TEROMPET RAKSASA (Dok. Riana Dewie)
SEPEDA TEROMPET RAKSASA (Dok. Riana Dewie)
Ini juga salah satu karya seni yang terlihat klasik dan menarik. Sepeda onthel dilengkapi dengan terompet raksasa didepannya sukses menarik perhatian para pecinta selfie untuk sejenak menikmati karya indah ini. Konsepnya sederhana dan merakyat, apalagi di zaman dahulu, sepeda onthel merupakan alat transportasi penting bagi semua masyarakat Jogja dan kota-kota lainnya di Indonesia. Tahukah Anda makna dari karya seni ini?

Ichwan Noor, pencipta karya ini ingin mengungkapkan bahwa sepeda dan terompet yang tampak ‘ekstrim’ ini adalah wujud kegelisahan, ironi dan simbol kewaspadaan akan kondisi lingkungan kota yang explosive, dimana sewaktu-waktu dapat meledak. Duarrrrr!!! Jika benar terjadi, efek kehancurannya akan sangat terasa.

***

Itulah beberapa karya seni indah yang terpajang dalam pameran terbuka bertajuk "Antawacana" di sekitar Tugu Jogja. Masih banyak karya lain yang belum sempat saya dokumentasikan karena keterbatasan waktu. Semua karya diatas memang menarik dan mengandung makna yang sangat mudah untuk dipahami dan direfleksikan dalam kehidupan kita sehari-hari. 

Yuk masyarakat Jogja, bersama-sama kita bangun kota tercinta ini dengan tindakan perubahan untuk memajukan lingkungan, kehidupan sosial, kesehatan, fasilitas publik, tata kota dan berbagai ide kreatif agar Jogja makin istimewa.

Semua foto diatas diambil pada tanggal 3 November 2015.

Menikmati Wedang Ronde di Tugu Jogja memang istimewa (Dok. Riana Dewie)
Menikmati Wedang Ronde di Tugu Jogja memang istimewa (Dok. Riana Dewie)

Riana Dewie

Refrensi : jogjastreetsculptureproject.com

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun