[caption caption="Ruang Publik Jogja Kawasan Titik Nol Km Jogja (Dok.Pri)"][/caption]
Saya bangga menjadi orang Jogja. Dulu Jogja sangat asri, sejuk, damai dan masih banyak tempat yang dapat dijadikan sebagai ajang berkumpul untuk belajar bersama, bermain dan menikmati indahnya kota. Kini Jogja lebih semrawut, kotor dan memiliki banyak goresan kritikan dari berbagai media, termasuk kritik seniman cerdas melalui karya mereka. Dulu banyak tempat nongkrong, kini berubah jadi hotel, mall dan tempat bisnis lainnya. Dulu jalur pedestrian dimanfaatkan hanya oleh pejalan kaki, kini jalur ini sering dilewati kendaraan bermotor dan dipenuhi pedagang kaki lima. Tapi saya salut dengan pemerintah kota Jogja yang aktif membangun kota budaya ini agar lebih bersih, aman dan nyaman.
Yogyakarta, kota wisata yang menawarkan berjuta seni dan budaya bagi khalayak ramai. Kota yang selalu dirindukan ini selalu lekat dengan kebudayaan lokal yang masih menjunjung tinggi nilai andap asor (rendah hati) dan peringai masyarakatnya yang lembah manah (hati yang lapang). Rindu dengan suara kaki kuda yang menarik dokar atau klakson kring kring dari transportasi roda tiga, becak? Semua sungguh sayang untuk di lewatkan.
Bertepatan dengan Hari Habitat Dunia (HHD) 2015 yang mengangkat tema "Public Spaces for All" atau "Ruang Publik untuk Semua", saya tergerak untuk menceritakan beberapa hal terkait dengan ruang publik yang ada di kota Jogja. Beberapa tempat dipugar dan direnovasi agar lebih bersahabat dengan kehidupan masyarakat Jogja dan para wisatawan serta meningkatkan kecintaan mereka untuk kota kecil yang dikerumuni seni dan budaya ini. Dimana saja itu?
1. Renovasi Alun-Alun Utara (depan Kraton Yogyakarta)
Ini merupakan kawasan terdepan sebelum masuk ke kraton Jogja. Di tempat ini sering diadakan konser musik besar, berbagai acara olahraga seperti jalan santai atau sepeda santai, pasar malam sekaten, pengajian besar dan berbagai acara lainnya. Alun-alun utara yang selama ini dapat diakses publik meninggalkan kondisi yang sungguh memprihatinkan. Selain tanahnya gersang & berlubang, sampah bertebaran dimana-mana sehingga mengurangi kesakralan tempat yang bernilai sejarah tinggi ini. Trotoar yang seharusnya untuk pejalan kaki jadi rusak & berlubang gara-gara banyak bus besar yang melintas dan parkir di tengah alun-alun.
[caption caption="Suasana Alun-alun Utara Jogja Saat Ini, lebih bersih dan rapi (Dok.Pri)"]
Mengatasi hal tersebut, pemerintah kota Jogja mengeluarkan peraturan baru. Demi menjaga kebersihan, keamanan dan kesakrakalan kawasan ini, kini tempat ini benar-benar dibangun lebih rapi dan bebas dari pedagang kaki lima. Sejak dipasang pagar besi pendek, tak ada kendaraan satu pun yang bisa masuk di alun-alun utara. Di masa mendatang kawasan ini benar-benar bebas dari event besar. Bahkan acara sekatenan yang selalu dirindukan masyarakat terancam tak boleh lagi diselenggarakan disini. Mungkin ini saatnya masyarakat Jogja harus mulai mempersiapkan diri untuk menjaga keluhuran seni dan budaya. Ada baiknya kawasan ini hanya dimanfaatkan untuk segala event yang sarat dengan pelestarian budaya asli Jogja, misalnya acara gunungan, arak-arakan prajurit kraton, perayaan ultah Jogja atau kesenian lainnya. Â
2. Renovasi Titik Nol Km Jogja
Beberapa hari lalu, masyarakat dihimbau untuk tidak melewati kawasan titik nol Jogja lantaran sedang ada renovasi. Karena jalan di area ini menyempit, diharapkan masyarakat mencari alternatif jalan lainnya agar tak terjadi kemacetan. Langkah utama pemerintah kota Jogja untuk merenovasi adalah menanam batu andesit seluas 1.570 meter persegi di area titik nol. Renovasi ini dimulai dari sisi selatan titik nol km yang dikerjakan mulai 3 September 2015 hingga 16 Oktober 2015. Sedangkan tahap kedua akan dikerjakan mulai 27 Oktober hingga 18 Desember dengan menutup jalan Margomulyo di depan gedung agung Jogja. Biaya rekonstruksi jalan yang kabarnya dibiayai dari dana keistimewaan sebesar Rp. 4,6 Milyar ini juga dimanfaatkan untuk memperkuat pondasi jalan yang akan digali sedalam 35 cm dan dicor beton.
[caption caption="Renovasi kawasan Titik Nol Jogja (Dok.Pri)"]
Ruang publik di kawasan ini selalu dipenuhi oleh berbagai komunitas, seperti komunitas sepeda onthel, komunitas sepeda Custom, berbagai komunitas dari kampus dll. Gratis tapi menyenangkan adalah kelebihan area titik nol ini. Malam harinya terasa makin menyenangkan lantaran banyak hiburan yang disuguhkan, diantaranya konser merdu seniman jalanan, panggung hiburan atau kelompok berkostum hantu yang mencari nafkah dari hasil foto bersama mereka. Untuk kenyamanan masyarakat, dikawasan ini telah dibangun kursi-kursi beton yang menampung banyak orang.
Kini pemandangan sementara yang terlihat saat melewati area titik nol Jogja adalah macet dan proses rekonstruksi ditutup seng tinggi yang memutari area tersebut. Saya berharap agar hasilnya nanti sungguh-sungguh dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat dan membuat para pendatang ataupun wisatawan dapat lebih betah untuk stay di kota gudeg ini.
3. Renovasi Tugu Jogja
Sekitar satu tahun terakhir, area pelataran tugu Jogja ditanami batu alam yang semakin memegahkan simbol Jogja ini. Selain tampak lebih luas, kawasan legendaris ini sering menimbulkan rasa kagum bagi setiap orang yang melintas. Ruang publik yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1755 ini selalu dipenuhi anak muda yang ingin berselfie. Tanpa mengindahkan lalu lalang kendaraan, mereka tetap asyik jeprat jepret sampai mendapatkan gambar yang bagus.
Terletak di perempatan Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Margo, nilai sakral tugu Jogja memang tak terbantahkan ketika disebut-sebut mengandung garis magis yang menghubungkan gunung merapi, kraton Jogja dan pantai selatan. Tak banyak yang tahu juga bahwa bagian teratas tugu Jogja (muncak) ini dipaku dengan emas tujuh gram berkadar 22 karat yang tentunya menambah nilai keindahannya.
[caption caption="Banyak Anak Muda Selfie di Tugu Jogja (jogja.co)"]
Tugu Jogja tak pernah sepi pengunjung apalagi sangat dekat dengan Jalan Mangkubumi yang di beberapa titik sepanjang jalannya dipasang kursi taman dari kayu yang nyaman untuk diduduki. Jalan Mangkubumi ini sendiri tak pernah sepi karena merupakan jalan yang segaris lurus dengan Malioboro, dimana hanya dipisahkan oleh rel kereta api di kawasan stasiun Tugu Jogja. Â Apakah tugu Jogja dan jalan Mangkubumi menjadi ruang publik yang asyik untuk bercengkerama? Tentu saja.
Â
ALASAN RUANG PUBLIK JOGJA HARUS TERUS DIKEMBANGKAN
Berikut ini adalah beberapa alasan yang harus diperhatikan pemerintah mengapa ruang publik di Jogja harus terus dirawat dan dikembangkan, yaitu :
1. Jogja itu Kota Pelajar
Dengan adanya gelar kota pelajar, makin banyak saja para generasi muda dari luar daerah yang berdatangan di kota ini. Jadi, pemerintah Jogja harus menyediakan fasilitas publik yang memadai bagi mereka sebagai media untuk berkumpul, belajar, pengembangan ide, bermain, bercanda dan melakukan hal positif lainnya. Belajar tak harus dilakukan di lantai gedung pendidikan formal, mereka bisa pula belajar di tempat terbuka sehingga pemerintah harus cerdas menyulap ruang publik agar lebih luas, bersih dan nyaman. Beberapa ruang publik Jogja yang selama ini menjadi tempat berkumpulnya para pelajar adalah di area titik nol Jogja dimana mereka duduk bersama di lantai untuk melakukan diskusi berbagai hal atau di kawasan tugu Jogja dimana para pelajar hobi berfoto disana, termasuk saat mereka telah lulus dengan berfoto mengenakan toga dan membawa ijazah dengan ekspresi bangga. Â
[caption caption="Komunitas freestyle Yogyakarta di Titik Nol Km (travel.detik.com)"]
2. Jogja itu Kota Wisata
Wisatawan yang berkunjung di Jogja selalu meningkat bahkan melebihi target dari waktu ke waktu. Tahun 2015 ini, wisatawan domestik ditargetkan mencapai 2,6 juta orang sedangkan mancanegara 2,25 juta orang. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah dapat menyediakan berbagai fasilitas publik yang memadai agar mereka betah dan memiliki pengalaman berharga di Jogja. Dimulai dari berbagai fasilitas tempat-tempat wisata yang dirawat setiap waktu, tempat parkir yang luas, akses jalan yang baik, tempat-tempat publik yang bebas sampah serta taman-taman kota yang terawat dan hijau. Apalagi zaman ini adalah zaman internet sehingga diharapkan ada penambahan sudut kota yang memberikan free wifi untuk aktivitas online. Beberapa kota besar di Indonesia telah menerima fasilitas wifi corner yang menawarkan biaya online murah & cepat. Semoga kedepannya makin banyak titik di Jogja yang merasakan manfaatnya. Hal penting lainnya, Jogja harus aman dari tindak kriminal atau kejahatan sehingga kota wisata ini selalu nyaman untuk dikunjungi.
3. Jogja itu Kota Seni & Budaya
Seni dan budaya di Jogja masih menjadi daya tarik yang tak lekang tertelan waktu. Dipimpin oleh tokoh bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono dari masa ke masa, tak heran jika kota ini masih kental dengan berbagai adat istiadat dan kesenian berbau kraton. Sebut saja perayaan Sekaten, Grebek Maulud, Wayang, Ketoprak, Tari Golek, Gamelan dll adalah beberapa kesenian populer yang besar di Jogja. Kentalnya kesenian ini tak jarang dihadirkan dalam beberapa pagelaran menarik di beberapa tempat yang menjadi ruang publik masyarakat Jogja bahkan sangat diminati para pecinta seni karena acaranya gratis.
[caption caption="Pameran Pusaka Kraton Saat Grebeg Maulud 2015 (Dok.Pri)"]
[/caption]
[caption caption="Tari Beksan Nandheg Langendriyan Saat Pagelaran festival Seni Budaya Klasik Jogja (dok.pri)"]
Beberapa contohnya adalah festival kesenian Jogja di Pura Pakualaman, Grebeg Maulud di sepanjang jalan Malioboro-titik Nol km-kraton atau pameran pusaka di Kraton Jogja. Melihat antusias masyarakat yang tertarik dengan berbagai pagelaran seni ini, diharapkan ruang publik yang disediakan pemerintah daerah untuk menampung acara-acara semacam ini cukup memadai, seperti akses jalan yang mudah, tim acara yang handal, persediaan P3K yang memadai, ruang nyaman untuk masyarakat saat mengikuti acara ini, tim keamanan yang banyak dan kelengkapan lainnya.
[caption caption="Kawasan Titik Nol Jogja di Malam Hari (Dok.Pri)"]
Itulah dinamika dan keindahan kota Jogja yang dapat saya gambarkan saat ini. Jogja akan lebih berhati nyaman jika lingkungannya bersih, hijau, bebas sampah, bebas iklan dan masyarakat yang mampu menjaga keluhuran nilai-nilai hidup di bawah naungan Kraton Jogja. Tolak pembangunan mall dan hotel-hotel mewah yang hanya menyenangkan segelintir orang bahkan menggusur beberapa nilai budaya yang sudah tertanam disini. Lestarikan alam Jogja agar selalu hijau dan bersahabat dengan para wisatawan yang ingin menikmati keindahan kota ini. Berikan banyak ruang publik yang bersih, aman dan nyaman agar masyarakat dan para wisatawan dapat saling berinteraksi, memandang indahnya kota serta mencicipi seni dan budaya Jogja yang tak ternilai harganya.
Nantikan wajah baru kota Jogja sebentar lagi :)
Salam, Riana Dewie
Â
Sumber :
http://jogja.tribunnews.com/2014/10/20/alun-alun-utara-didesain-bisa-menyerap-air-bila-hujan
http://www.jpnn.com/read/2015/07/27/317130/Wajah-Titik-Nol-Kilometer-Malioboro-Segera-Disulap-/page2
http://jogjaku.web.id/2015/09/04/renovasi-titik-nol-yogyakarta/
http://jogja.tribunnews.com/2015/01/26/tahun-ini-jumlah-wisatawan-ke-diy-ditarget-naik-15-persen
http://kebudayaankesenianindonesia.blogspot.co.id/2011/05/kesenian-yogyakarta-andini-binayuda.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H