Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

5 Alasan Kompasianer Takut Menulis di Kompasiana  

9 Agustus 2015   23:11 Diperbarui: 9 Agustus 2015   23:11 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Takut Menulis di Kompasiana (www.sayasehat.com)"][/caption]

Saya yakin siapapun yang sudah pernah gabung di Kompasiana akan sulit untuk keluar dari blog keroyokan yang penuh dengan wawasan ini. Kompasiana, sebuah media penulisan yang dapat dimanfaatkan oleh siapapun, baik untuk bakat pemula maupun yang sudah mahir sehingga tak heran jika web ini selalu banyak pengunjungnya.

Saya pribadi merasakan demikian. Sejak gabung Kompasiana, saya memang bukan penulis aktif yang konsisten menulis setiap hari dan memberikan manfaat bagi banyak orang. Bisa dibilang, saya adalah penulis moody dimana akan menghasilkan tulisan disaat saya ingin menulis, disaat suasana hati mendukung. Tapi, walaupun saya tidak selalu menulis, tapi saya hampir tiap hari selalu mengintip tulisan-tulisan yang ada di Kompasiana, dimana saat membuka webnya selalu saja mata tertuju pada barisan Highlight. Entah kenapa sejak Kompasiana migrasi ke Beta, mata saya lebih terpancing untuk melihat di Highlight dibandingkan HL. Beda dengan web Kompasiana yang lama, perhatian pertama saya selalu tertuju di HL. Mungkin hanya masalah porsi peletakan visualisasi untuk menu-menunya saja yang membuat ketertarikan saya berbeda.

Bukan itu yang akan saya bahas disini. Saya akan melemparkan beberapa opini terkait dengan ketertarikan kompasianer di web Kompasiana. Mungkin ada beberapa dari kompasianer yang kadang merasa ragu-ragu atau takut saat mau menulis di Kompasiana. Ini pasti ada alasannya. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman saya sendiri, mungkin hal-hal di bawah ini menjadi alasan mengapa kompasianer kadang ragu/takut menulis di Kompasiana :

1. Tidak Kuat Mengikuti ‘Trending Topic’

Ini adalah masalah yang mungkin terjadi pada sebagian kompasianer. Semua juga tahu bahwa setiap penulis memiliki kemampuan berbeda dalam hal pencarian tema tulisan, aplikasi EYD, kemampuan berbahasa, kemampuan menganalisis dsb. Sekarang kita bahas saja masalah tema tulisan. Ternyata tak semua penulis bisa mengikuti trending topic saat ini yang mungkin sedang booming di sekitar kita, entah dari media apapun. Misal saja yang sekarang sedang booming adalah kasus pembunuhan wanita di beberapa kota di Indonesia. Jika memang ada kompasianer yang tak pernah menulis atau mengomentari artikel yang membahas ini mungkin karena dia tak mampu memberikan argumentasi atas kasus tersebut, disamping alasan tak tertarik dengan topik ini. Ini saja masih berhubungan dengan masalah sosial. Bagaimana jika trendnya saat kampanye capres tahun lalu? Semakin pusing lagi jika harus berbicara tentang politik. Contohnya saya, kayaknya hanya sekali saya menulis tentang politik, itu pun sangat ringan dibaca. Saya tak kuat menahan arus trending topic tentang capres karena saya memang tidak memahami tentang politik, 5% aja kayaknya gak ada. Jadi saya cari aman dengan menulis tema lainnya yang lebih sesuai dengan kemampuan. Saya yakin banyak kompasianer yang mahir membahas banyak topik di Kompasiana.

2. Takut Jika Sedikit Pembacanya

Mungkin ini masalah kompasianer yang sedikit mengedepankan ‘gengsi’. Banyak lho model penulis yang berpikir seperti ini : “Ngapain menulis kalau tidak dibaca orang?”,….. “Aduh, malu ah kalau sedikit pembacanya.”….. “Tulisan saya gak berbobot kali ya jadinya gak dikunjungi orang.”  Sebenarnya, kita tak perlu berpikir masalah ini sebelum menulis. Itu artinya Anda menyerah sebelum berperang. Ya kalau niat ingin menulis, ya tulis saja. Tak perlu memikirkan bagaimana akibatnya. Asalkan tulisannya bagus dan bermanfaat, orang pasti mengapresiasi, entah memberi komentar, vote atau sekedar membaca tapi tanpa berkomentar atau memberi vote. Justru semakin banyak kita menulis, kita akan semakin tahu, tulisan seperti apa yang disukai orang. Tulisan seperti apa yang sering dipilih admin Kompasiana untuk ditaruk di singgasana HL, Highlight ataupun yang disukai publik dengan masuk di kancah Nilai tertinggi atau Google Trend. Sempat kaget juga saat Google Trend bertengger di Kompasiana. Ini bukti bahwa penulis Kompasiana ini sangat hebat dan berprestasi karena yang masuk di Google Trend dipastikan tulisannya memiliki pengunjung terbanyak yang secara otomatis dinilai oleh sistem Google. Jadi, anggap saja semua ini pemicu diri untuk bisa membuat tulisan bagus di Kompasiana. Untuk hasilnya, entah dibaca orang atau tidak, serahkan pada Tuhan, yang penting kan kita sudah usaha. Jika pembaca dan komentarnya banyak, anggap saja ini bonus. Simple kan?

3. Takut Jika Tulisan Didebat

Saya sempat baca di peraturan kompasiana bahwa hasil tulisan adalah murni menjadi tanggung jawab si penulis. Dan pemahaman sebagai kompasianer bahwa kita harus berani mempertanggungjawabkan isi dari setiap artikel yang kita posting di Kompasiana. Jangan hanya berani berdemo di tengah jalan tapi lari duluan saat polisi datang. Itulah ibaratnya. Oleh karena itu, diharapkan jika kita menulis sesuatu, sebaiknya memang paham betul tentang apa yang kita tulis sehingga jika suatu saat dikomentari oleh kompasianer kritis, kita bisa menjawabnya dengan mudah dan masuk akal tentunya. Dari situ akan muncul banyak opini bermanfaat yang bisa semakin menajamkan bobot dari artikel yang kita tulis. Jadi, komentar orang lain justru bisa bernilai positif bukan?

4. Tema Bidikan Sudah Diambil Orang

Pernah mengalami hal ini? Saat Anda sudah semangat dan siap siaga ingin menulis atau bahkan memposting artikel dengan tema tertentu, eh ternyata kalah cepat dengan kompasianer lain karena tema tulisan yang sama. Ini sebenarnya tak ada yang perlu dikhawatirkan. Namanya penulis, pasti memiliki banyak ide dan imajinasi terhadap alur tulisannya, jadi tak menutup kemungkinan bisa menghasilkan tulisan yang sama temanya. Intinya, buatlah tulisan semenarik mungkin agar dilirik pembaca. Jangan pernah berpikir untuk bersaing dengan mereka yang menulis dengan tema sama. Jika ini terjadi, Anda justru harus bersyukur karena berarti Anda memiliki referensi pembanding yang dapat memperkaya artikel yang Anda tulis. Salinglah membaca dan bertukar komentar untuk menguatkan tema tersebut, siapa tahu tema ini menjadi populer karena banyak pembacanya.  

5. Takut Jika Tulisan Dihapus Admin

Pada dasarnya, apapun yang kita lakukan pasti memiliki peraturan dan etika yang harus dipatuhi, begitupun saat menulis di Kompasiana. Oleh karena itu, selama kita menulis dengan hati, mengambil tema yang layak untuk ditulis, tidak melanggar hukum dan memiliki dasar yang kuat dalam menulis, jangan pernah takut jika tulisan Anda akan dihapus admin. Tulisan akan dihapus admin hanya jika isi dari tulisan Anda kurang memenuhi syarat, seperti kurang dari 70 karakter atau kata (agak lupa), tulisan bersifat provokatif dan tak berdasar, tulisan mengandung kata-kata kasar atau jorok, tulisan yang tak layak muat apalagi jika dilakukan oleh akun kloningan dst. Oleh karenanya, berpikir postif dan semangat menulis yang baik, mudah-mudahan hasilnya juga akan baik dan bermanfaat bagi banyak orang.

Itulah pendapat saya mengenai alasan para kompasianer takut menulis di Kompasiana. Mungkin dari pembaca masih bisa menambahkan beberapa point lagi agar memperkaya tulisan ini. Mohon maaf jika ada kata-kata yang tak berkenan atau menyindir pihak tertentu. Saya tak bermaksud untuk itu, hanya ingin memberikan opini ringan terkait dengan tulisan di Kompasiana. Semoga bermanfaat. Kira-kira Anda pernah mengalami hal diatas?

Riana Dewie

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun