Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dapatkah Yogyakarta Disulap Menjadi SMART CITY?

25 Mei 2015   23:58 Diperbarui: 16 Februari 2016   01:13 1100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_420199" align="aligncenter" width="504" caption="Tugu Jogja (Dok.Pri)"][/caption]

Yogyakarta, kota berjuta pesona ini menjadi populer ketika tersorot sebagai kota budaya, kota sejarah, kota kesenian, kota pelajar maupun kota perjuangan. Sebutan kota kebudayaan tentunya berkaitan erat dengan peninggalan-peninggalan budaya bernilai tinggi serta berbagai kesenian daerah yang menarik untuk disaksikan. Selain itu, Jogja juga menjadi simbol budaya kesultanan atau kerajaan, sebagai contohnya adalah dengan berdirinya Keraton Yogyakarta, Tamansari serta Kompleks Makam Pendiri Kerajaan.

Jogja juga disebut sebagai kota perjuangan karena kota ini memiliki cerita sejarah panjang dalam perjuangan merebut dan mempertahankan RI dari penjajah Belanda dan Jepang, salah satunya adalah serangan umum 1 Maret 1949. Jogja pun disebut sebagai kota pelajar karena di kota ini telah berdiri banyak bangunan sekolah dan perguruan tinggi ternama yang membuat para anak muda dari berbagai kota di Indonesia ingin menimba ilmu di Jogja hingga lulus perguruan tinggi. Oleh karenanya, tak heran jika kini Jogja makin berkembang, baik jumlah penduduknya maupun infrastruktur kotanya. 
[caption id="attachment_420204" align="aligncenter" width="504" caption="Cavinton, Hotel Baru di Yogyakarta (Dok.Pri)"]

1432573902114140153
1432573902114140153
[/caption]
[caption id="attachment_420205" align="aligncenter" width="504" caption="Ruwetnya Transportasi Kota Jogja saat musim liburan  (Dok.Pri)"]
1432574022814430574
1432574022814430574
[/caption]

Kota yang masih dipenuhi dengan becak ini merupakan sebuah kota yang eksotis dan berkarakter. Selain itu, Jogja juga tumbuh dengan multikulturalisme sehingga hingga kini masih menyajikan masyarakat yang ramah dan memiliki tenggang rasa tinggi terhadap sesama. Namun di masa ini, keelokan Jogja seakan terganti oleh wajah-wajah baru yang lebih tinggi, modern, sawah hampir tak bersisa, bahkan gedung-gedung tinggi semakin bersebaran dalam rangka pembangunan hotel dan mall. Pergesaran struktur kota ini lambat laun juga dapat menggeser nilai sosial dan budaya yang berkembang di masyarakat. Hal terparahnya adalah ketika kota kecil yang dihuni oleh banyak generasi muda ini akan meracuni mereka akan gaya hidup modern yang tak terfilter sehingga ditakutkan dapat merusak masa depan mereka. Selain itu, masalah tata kota, sarana pendidikan, fasilitas umum dll juga akan semakin kacau lantaran kota kecil ini tak memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai, berkompeten serta yang dapat menyeimbangkan arus urbanisasi yang sudah mulai terjadi.

Perkembangan kota, aktivitas penduduk dan dinamika masyarakatnya telah mendorong Yogyakarta menjadi calon kota metropolitan baru di Indonesia. Oleh karenanya, perkembangan kota Jogja tentu akan menghadirkan banyak masalah baru yang patut kita waspadai. Permasalahan kota Jogja yang makin kompleks tentu perlu penanganan khusus agar dapat memberikan solusi bagi setiap permasalahan di berbagai aspek kehidupan. Lalu, apa yang harus dilakukan kota Jogja agar tetep berdiri tegak dan memberikan kenyamanan bagi masyarakat?

 

- Jogja Harus Belajar Menjadi KOTA CERDAS (SMART CITY) -

Konsep Smart City merupakan konsep Kota Cerdas untuk memberikan solusi bagi seluruh masalah perkotaan di Indonesia. Saya sangat berantusias untuk mengubah kota Jogja menjadi kota yang lebih cerdas dan meyakini jika ini dapat dilakukan bersama-sama oleh seluruh pihak yang ada, tentu bukan hanya mimpi kota Jogja akan memiliki sebuah tatanan kota yang baik, memudahkan masyarakat mendapatkan informasi dengan cepat serta mampu mengelola berbagai sumber daya secara optimal.

Pengembang konsep Smart City adalah IBM, perusahaan komputer ternama di Amerika. Konsep ini tentu bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan berbagai kemudahan dan fasilitas yang memadai. Untuk menyukseskan konsep kota pintar ini, IBM menelurkan enam indikator yang harus dicapai. Keenam indikator tersebut adalah masyarakat penghuni kota, lingkungan, prasarana, ekonomi, mobilitas, serta konsep smart living. Namun konsep smart city lebih berpedoman untuk mengembangkan hanya salah satu indikator tersebut agar berjalan lebih fokus dan cepat. Tentu ini tak lepas dari dukungan aplikasi yang terus berkembang serta terciptanya ekosistem kreatif di bidang teknologi.

Oleh karena itu, karena sangat berantusias agar kota Jogja yang saya cintai ini menjadi kota pintar, maka saya akan melakukan sedikit analisis ringan tentang kemungkinan kota ini dapat mencapai predikat SMART CITY. Beberapa hal yang harus dilakukan adalah mencoba menggali berbagai kekurangan kota Jogja, mencari solusi yang harus dilakukan serta menemukan fokus pengembangan aspek yang dibidik agar Jogja dapat merealisasikan Smart City.

 

KEKURANGAN KOTA JOGJA

ASPEK EKONOMI

    • Yogyakarta kekurangan tenaga kesehatan yang ditempatkan di beberapa titik, seperti puskesmas, klinik, rumah sakit dsb.
    • Yogyakarta sebagai kota Pendidikan ternyata kekurangan tenaga pengajar khususnya di beberapa Sekolah Dasar (SD).
    • Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta juga kekurangan personel Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang bertugas menindak Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan di atas pedestrian pejalan kaki.
    • Masih banyak perusahaan lokal yang memberikan gaji karyawan di bawah UMR (standar gaji terendah) sehingga kesejahteraan kurang.

 

ASPEK SOSIAL

    • Jogja semakin ruwet karena pedestrian (area pejalan kaki) beralih fungsi menjadi tempat parkir dan pedagang kaki lima. Kondisi ini hampir berada di sepanjang jalan pusat kota Jogja, termasuk Malioboro.

[caption id="attachment_420200" align="aligncenter" width="504" caption="Area Pejalan Kaki berubah menjadi area lesehan pedagang kuliner dan tempat parkir yang mengurangi luas jalan (Dok.Pri)"]

1432573423168185180
1432573423168185180
[/caption]
[caption id="attachment_421345" align="aligncenter" width="504" caption="Area Titik Nol km Jogja masih dipadati pedagang kaki lima (Dok.Pri)"]
1432924684762842
1432924684762842
[/caption]
    • Dari hari ke hari, peningkatan volume kendaraan bermotor cukup tinggi. Hampir di semua persimpangan di kota Jogja akan selalu mengalami kemacetan, terlebih pada jam masuk sekolah/kerja, jam pulang kerja, malam minggu ataupun musim liburan.
    • Fasilitas transportasi juga dirasa kurang memadai. Beberapa angkutan umum di Yogyakarta banyak yang sudah rusak sehingga perlu diuji kelayakannya. Kerangka bus yang rusak, jok sobek serta mesin bus yang menghasilkan asap berlebihan tentunya akan menimbulkan polusi sehingga tak heran jika masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi
    • Banyak masyarakat mengeluh saat menggunakan transportasi umum akibat ketidaktepatan jadwal kedatangan bus, titik pemberhentian, keterbatasan waktu  serta keamanan dan kenyamanan di dalam bus tersebut. Misalnya Bus TransJogja. Fasilitas umum yang dinilai memiliki kualitas yang memadai ini ternyata kurang aman juga bagi penumpang karena ada beberapa kasus kejahatan, seperti pencopetan barang, kejahatan seksual dll.
    • Masih berhubungan dengan transportasi, tata ruang kota atau lalu lintas juga dirasa masih semrawut. Sebagai contohnya, saat musim liburan tentu banyak bus-bus pariwisata yang memenuhi kota Jogja. Masih sangat terlihat bahwa tata parkirnya kurang memenuhi syarat atau bisa dikatakan bahwa Jogja kekurangan lahan untuk tempat parkir. Akibatnya, sangat banyak bus-bus besar yang parkir di pinggir jalan yang tak terlalu luas sehingga sering menimbulkan kemacetan.

[caption id="attachment_420216" align="aligncenter" width="504" caption="Banyak Bus Parkir di tepi jalan karena kurangnya lahan parkir (Dok.Pri)"]

1432579829136541428
1432579829136541428
[/caption]
    • Untuk masalah transportasi udara, kota Jogja juga masih minim dalam ketersediaan lahan sehingga saat landing di bandara Adi Sucipto, pesawat sering mengalami hentakan beberapa kali karena sempitnya area. Semoga ini bisa segera didapatkan solusinya.
    • Terlalu sempitnya beberapa area Jogja karena pangkasan bangunan yang menjulang tinggi menyebabkan Jogja kehilangan lahan untuk membangun ruang publik, misalnya taman kota untuk menikmati keindahan kota. Sementara ini, taman kota yang telah dibangun adalah di area nol km Jogja serta di kawasan wisata malam alkid (Alun-alun Kidul).
    • Kota Jogja yang kebanyakan dipenuhi oleh masyarakat menengah kebawah tak luput dari masalah kemiskinan. Selain itu, di kota ini masih dipenuhi dengan kaum gelandangan, pengemis, anak jalanan, warga terlantar, penderita psykotik dan kaum kecil lainnya.
    • Berkembangnya mall-mall dan pusat hiburan di Jogja akan meningkatkan gaya hidup urban yang membutuhkan sarana dan media aktualiasasi serta eksistensi diri. Oleh karenanya, Jogja harus bersiap diri dan waspada dengan efek urbanisasi jika tak dapat menyiapkan sarana dan prasarana yang seimbang.
    • Di beberapa tempat di Jogja terdapat banyak tukang parkir liar dan tidak liar yang suka mengenakan tarif diatas ketentuan pemerintah setempat.
    • Selain itu, hingga kini masih ada beberapa penjual atau pedagang yang menjual harga diatas rata-rata (terlalu mahal) ketika barang dagangannya ditawar, apalagi oleh orang luar kota. Sebagai contohnya, para pedagang kaki lima di sepanjang Malioboro.

ASPEK LINGKUNGAN HIDUP

    • Terbatasnya daerah resapan air menyebabkan beberapa jalanan di Jogja tergenang air dalam waktu agak lama ketika musim hujan, sebagai contohnya di daerah Jalan Kaliurang, Jalan Adisucipto dan Ringroad Utara.

[caption id="attachment_420201" align="aligncenter" width="504" caption="Sampah tersebar di depan Kraton Yogyakarta (Dok.Pri)"]

14325735461387577247
14325735461387577247
[/caption]

[caption id="attachment_420202" align="aligncenter" width="277" caption="Tumpukan sampah di area jalan Malioboro (Dok.pri)"]

1432573604450111474
1432573604450111474
[/caption]
    • Beberapa area Jogja juga mengalami masalah penumpukan sampah yang kurang diperhatikan oleh pemerintah daerah. Di sepanjang jalan Malioboro masih banyak terlihat tumpukan sampah dimana-mana. Bahkan, di depan tempat wisata sakral seperti Kraton Yogyakarta juga terdapat banyak sampah yang tersebar di alun-alun Utara.
    • Untuk masalah bencana alam, Indonesia masih tergolong aman terhadap risiko bencana. Hal ini terlihat dari posisinya yang cukup tinggi dari laut (117 m diatas permukaan laut, maupun cukup jauh dari puncak Gunung Merapi). Namun demikian bukan berarti Yogyakarta dapat melepaskan semua resiko bencana. Contohnya erupsi Merapi tahun 2010  lalu membawa dampak yang cukup signifikan bagi masyarakat yang tinggal di tepian Sungai Code. Selain itu, gempa Jogja tahun 2006 lalu juga membawa dampak buruk bagi masyarakat Jogja dan sekitarnya.

SOLUSI "SMART CITY" UNTUK KOTA JOGJA

Dengan melihat berbagai fenomena nyata kota Jogja diatas, tentu ini merupakan alasan yang kuat untuk bisa melakukan pembenahan di berbagai aspek. Jogja harus dapat menerapkan konsep Smart City, yaitu pengembangan kota dengan memanfaatkan berbagai teknologi digital yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan, mengurangi biaya dan sumber konsumsi serta dapat meningkatkan interaksi aktif antara kota dan warganya secara efektif.

Konsep Smart City yang akan dikembangkan sebenarnya tidak sekedar menonjolkan aspek fisik saja, namun juga dapat dikembangkan dalam penambahan fasilitas fisik, seperti penambahan infrastruktur, perluasan jaringan internet yang harus dilakukan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat. Pemerintah disini berperan sebagai penyedia sarana dan prasarana sedangkan masyarakat bergerak untuk aktif mau belajar tentang aplikasi/penggunaan teknologi untuk mengembangkan kotanya.

Lalu, Apa saja yang harus dilakukan agar Jogja menjadi Smart City? Berikut ulasannya :

 

Solusi Smart City yang sudah Diaplikasikan di Jogja

Pemerintah kota Jogja resmi menjalin kerja sama dengan PT. XL Axiata Tbk (XL) pada pada tanggal 18 Desember 2014 lalu untuk menerapkan program XL Smart City. Berbagai layanan yang akan diaplikasikan dalam konsep Smart City ini adalah :  mobile wallet XL Tunai‎ untuk transaksi perbankan, aplikasi listrik pintar dua arah SIMPLY, pembayaran PBB melalui solusi VPN, marketplace belanja online Elevenia, dan layanan berbasis cloud untuk mendukung perkembangan UKM (Usaha Kecil Menengah) dan IKM (Industri Kecil Menengah)‎ Usahawan.  Selain itu, diterapkan pula Xcloud Solution sebagai solusi kesehatan berbasis komputasi awan dan jaringan CCTV melalui Video Xurveilance untuk membantu dalam mengawasi lalu lintas. Tujuan penerapan program ini adalah untuk memecahkan masalah perkotaan secara terintegrasi serta menjadikan Yogyakarta sebagai salah satu Kota Pintar di dunia.

 

Konsep Smart City yang harus segera diaplikasikan di Jogja

Jogja harus dapat menerapkan berbagai program Smart City agar memiliki program solusi digital yang terintegrasi untuk memecahkan berbagai masalah perkotaan, seperti urbanisasi, transportasi, dan kesehatan. Dalam penerapannya, tentu kita bisa memanfaatkan IoT, yaitu salah satu alat teknologi yang dapat digunakan untuk pengembangan aplikasi Smart City. Setelah mengamati berbagai kondisi dan masalah yang ada di Jogja, ada beberapa ide agar Jogja dapat berkembang menjadi Smart City. Walaupun ide ini tidak mencakup keseluruhan masalah perkotaan di Jogja, namun setidaknya bisa dijadikan tolok ukur untuk menerapkan konsep Smart City kota ini. Berikut beberapa konsep yang bisa dikembangkan :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun