Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Semangat Ki Hadjar Dewantoro vs Fenomena Bangsa di Zaman Ini..!!!

2 Mei 2015   09:03 Diperbarui: 16 Februari 2016   21:45 1154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_414303" align="aligncenter" width="504" caption="Ki Hadjar Dewantara (sumber : wahyumarliany.wordpress.com)"][/caption]

Ing ngarsa sung tuladha.......(di depan memberi teladan)

Ing madya mangun karsa........ (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa)

Tut wuri handayani....... (di belakang memberi dorongan)

 

Itulah dasar pendidikan di Indonesia yang telah diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantoro, Bapak Pendidikan Nasional. Ya, hari ini kita merayakan hari kelahiran yang ke-126 tahun pahlawan pendidikan ini. Kebanggaan saya bertambah ketika mengingat bahwa Ki Hadjar Dewantoro merupakan sosok yang rendah hati dan merakyat, terbukti bahwa beliau yang merupakan keturunan dari keluarga keraton Yogyakarta pada saat itu berani melepas gelar namanya agar bisa lebih mudah berbaur dengan masyarakat Indonesia.

Sosok pejuang pendidikan ini telah memberikan banyak sumbangsih kepada masyarakat yang pada saat itu Indonesia masih berada di bawah jajahan Belanda. Namun semangat beliau tak pernah menggentarkan dirinya untuk memperjuangkan nasib bangsa. Ki Hadjar Dewantoro dikenal sebagai aktivis politik, sosial ataupun pendidikan. Beliau yang juga jago di bidang jurnalistik ini telah melahirkan banyak karya di samping kariernya sebagai wartawan kala itu. Tulisannya yang sangat komunikatif, tajam dan patriotik ternyata mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.

Di bidang politik, dengan julukan Tiga Serangkai bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, Ki Hadjar Dewantoro sukses mendirikan mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Namun ketidakberuntungan memang tak dapat dihindari. Salah satu tulisannya yang berjudul ‘Als Ik Eens Nederlander Was’ (Seandainya Aku Seorang Belanda) dianggap menghina pemerintah Belanda sehingga ia harus diasingkan ke negeri Belanda bersama Tiga Serangkai lainnya. Namun ini bukan dijadikan kemalangan bagi dirinya karena di negeri itu, Ki Hadjar Dewantoro justru dapat mendalami masalah pendidikan dan pengajaran hingga berhasil memperoleh Europeesche Akte.

Pada tahun 1918, Ki Hadjar Dewantoro kembali ke Tanah Air. Ki Hadjar Dewantoro makin gigih untuk memperjuangkan nasib bangsa dengan memanfaatkan pendidikan sebagai alat perjuangan untuk meraih kemerdekaan. Bersama rekan-rekan seperjuangannya, dia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional yang diberi nama National Onderwijs Institut Taman Siswa (Perguruan Nasional Taman Siswa) pada 3 Juli 1922. Ki Hadjar Dewantoro yang saat itu dipercaya oleh Presiden Soekarno untuk menjadi menteri pendidikan, pengajaran dan kebudayaan yang pertama ternyata sangat memudahkan beliau membangun kualitas pendidikan di Indonesia. Namun tanggal 28 April 1959 perjuangannya harus terhenti karena setelah lulus meraih gelar Doktor Honori Klausa dari Universitas Gajah Mada, beliau meninggal dunia di Yogyakarta.

Kini, nama Ki Hadjar Dewantoro diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (Bapak Pendidikan Nasional) di mana setiap tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan Hari Pendidikan Nasional. Selain itu, beliau juga dinobatkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959.

 

Mari Teruskan Semangat Ki Hadjar Dewantoro untuk Membangun Bangsa

Perjuangan Ki Hadjar Dewantoro hingga titik darah penghabisan, semuanya hanya untuk bangsa, yaitu bagaimana caranya agar rakyat Indonesia dapat bersekolah (mengenyam pendidikan) yang layak seperti halnya para orang kaya atau priyayi Belanda saat itu. Perjuangannya tak sia-sia. Kini, kita bisa melihat bahkan hampir di setiap daerah di Indonesia sudah terbangun sekolah-sekolah. Berbagai universitas ternama pun sudah muncul, bahkan ada beberapa yang dikenal oleh dunia internasional.

Inilah bukti bahwa beliau sangat patut dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Kita sebagai bangsa Indonesia harus bangga dan bersyukur karena tanpa perjuangan beliau, kualitas pendidikan Indonesia saat ini mungkin belum sebaik sekarang. Namun kesuksesan beliau di masa lalu tidak serta merta diikuti oleh kesuksesan bangsa di dunia pendidikan. Ada hal positif yang dapat kita banggakan namun banyak pula hal negatif yang menghiasi perjalanan pendidikan di Indonesia. Beberapa cerminan kualitas pendidikan bangsa dapat kita lihat dari berbagai fenomena yang tejadi akhir-akhir ini. Berikut adalah fakta yang harus kita kaji lebih dalam tentang pendidikan bangsa saat ini:

 

1. Semangat Sekolah/kuliah

 

Sangat diharapkan bahwa generasi muda jaman sekarang bisa menghargai segala fasilitas pendidikan yang kini semakin lengkap dan memudahkan kita untuk belajar. Ketika orang tua menyediakan biaya untuk sekolah, manfaatkan ini semaksimal mungkin untuk mencapai cita-cita. Fokuslah pada tujuan akhir, yaitu bisa lulus dengan nilai yang baik sehingga memudahkan kita untuk mendapat pekerjaan layak dan sesuai harapan orang tua. Bersyukurlah jika saat ini Anda mengenyam pendidikan tinggi karena di luar sana masih banyak saudara kita yang memiliki semangat untuk sekolah/kuliah, namun terpaksa mengurungkan niatnya karena kendala ekonomi keluarga yang serba terbatas.

Masih ingat berita tentang Raeni? Putri pengayuh becak asal Kendal, Jawa Tengah, menjadi lulusan terbaik pada upacara wisuda periode II/2014 Universitas Negeri Semarang (Unnes) dengan IPK 3,96. Atas prestasinya itu, Raeni ditawari beasiswa S2 di Inggris. Inilah bukti bahwa semangat tinggi untuk menimba ilmu akan membawa banyak manfaat dan berkah bagi kita.
[caption id="attachment_414305" align="aligncenter" width="496" caption="Kesuksesan Raeni, Anak Tukang becak (sumber : www.tempo.co)"]

1430532096921526429
1430532096921526429
[/caption]

2. Jangan Mudah Terbawa Arus Perkembangan Zaman

 

Ini adalah hal yang mengkhawatirkan, di mana generasi muda jaman sekarang banyak yang menyalahgunakan momen pendidikan hanya untuk hura-hura dan melakukan tindakan kurang terpuji, seperti merusak fasilitas sekolah, suka bolos sekolah/kuliah, pacaran yang kelewat batas, hamil di luar nikah, suka demo yang berbau anarki, tawuran antar pelajar, uang sekolah dihabiskan untuk pesta dan belanja serta berbagai fenomena lainnya. Berita yang masih hangat terdengar beberapa hari lalu, seorang mahasiswi UPN Yogyakarta, Selvina Amelia Agustina (20) mahasiswi Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi meninggal dunia setelah melahirkan bayi hasil hubungan dengan pacarnya yang dikabarkan ‘cuci tangan’ atas kehamilannya.

Inilah salah satu bukti kegagalan bangsa dalam membekali generasi muda akan pendidikan moral dan agama. Di umur yang cukup matang, di mana seharusnya dapat membedakan hal yang baik dan buruk, nyatanya juga masih dimanfaatkan banyak anak muda untuk tetap menutup mata dan ‘cuek’ dengan berbagai etika dan peradaban budaya Timur. Hal ini dapat menjadi pembelajaran bagi semua bahwa segala hal yang kita lakukan pasti berisiko. Oleh karenanya, diharapkan kepada seluruh calon penerus bangsa untuk bisa memanfaatkan waktunya secara optimal untuk menimba ilmu sebaik-baiknya agar bisa lulus dengan nilai membanggakan dan sukses di masa depan sehingga dapat membahagiakan orang tua.

3. Tugas Orang Tua Awasi Anak Sedari Kecil

 

Perkembangan dunia pendidikan tentu takkan lepas dari peran orang tua dalam mendidik anaknya dari waktu ke waktu. Anak kecil yang masih polos akan lebih mudah diberikan polesan/pengaruh positif dalam hal akhlak dan pendidikan sehingga diharapkan ajaran orang tua sedari kecil dapat dipetik hasilnya saat kelak ia dewasa. Namun sebaliknya, hal buruk pun akan mudah masuk di hati dan pikirannya ketika orang tua tak bisa meneladani anak-anaknya, ataupun tak bisa memberikan pemahaman kepada anaknya akan segala hal yang baik (yang harus dilakukan) atau buruk (yang harus dihindari). Sebagai contohnya adalah kasus seorang siswa SD yang meninggal dunia karena dikeroyok teman sekelasnya berapa hari lalu. Ataupun berbagai fenomena memprihatinkan lainnya yang sering beredar di sosial media, seperti balita yang sudah pandai merokok, anak SD yang sudah berani mencuri, merampok atau berani melakukan tindakan mesum.

Ini adalah catatan penting bagi para orang tua bahwa zaman ini adalah ‘zaman edan’, di mana segala keburukan dapat dilakukan oleh manusia tanpa dipikir panjang, mulai dari anak kecil hingga usia tua. Oleh karenanya, sangat diharapkan agar para orang tua dapat mengawasi anak-anaknya dalam pergaulan sosial, baik di area rumah, sekolah, pusat keramaian dsb. Tindakan intensif dapat dilakukan dengan pendekatan dengan anak dari hati ke hati, mencurahkan perhatian dan kasih sayang yang tak berhenti sehingga membuat mereka selalu dekat dengan orang tua bahkan segan jika akan berbuat kesalahan.

4. Kebijakan Matang Soal Pergantian Kurikulum

Akhir-akhir ini dunia pendidikan juga diramaikan oleh pro-kontra perubahan kurikukulum di mana pemerintah mencanangkan penggunaan Kurikulum 2013 (terbaru). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dianggap sangat gegabah dalam melakukan perubahan kurikulum karena tak dipersiapkan secara matang. Akibatnya, berbagai masalah muncul, terutama adalah kurang siapnya guru dan penyediaan buku-buku paket sebagai sarana pembelajaran. Kedua adalah imbasnya bagi siswa, yaitu para siswa menjadi terlambat dalam menerima ilmunya karena lambannya distribusi buku, belum lagi masalah-masalah guru yang harus dipusingkan dengan peta pengajaran yang harus diubah dadakan. Tentu banyak waktu yang terbuang sia-sia akibat perubahan kurikulum ini. Diharapkan kepada Kemendikbud agar dapat memberikan kebijakan pendidikan yang selalu dipersiapkan secara matang agar proses belajar mengajar di Indonesia bisa tetap lancar dan dapat diterima secara terbuka oleh semua pihak.

***

 

Melihat berbagai fenomena di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Indonesia saat ini membutuhkan inovasi untuk memperbaiki akhlak bangsa dan semangat pendidikan yang tinggi untuk dapat meneruskan perjuangan Ki Hadjar Dewantoro. Teruskan semangat beliau untuk bisa mengubah kondisi bangsa terbelakang dan miskin menjadi bangsa baru yang lebih kuat dan dapat bersaing di dunia internasional. Segala masalah di atas takkan terjadi jika pengawasan orang tua kepada anaknya lebih diperketat ataupun jika pendidikan di Indonesia memiliki sistem pengajaran yang lebih kuat. Semua ini tak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah namun menjadi kesadaran bersama untuk membangun bangsa, terutama dalam hal pendidikan. Segala yang buruk patut dihapus dari memori dan yang baik patut kita teladani, seperti kesuksesan Raeni di atas, pantang menyerah dalam belajar walau orang tuanya hanya tukang becak.

Sekali lagi, jangan pernah lupakan ini: ing ngarsa sung tuladha....ing madya mangun karsa.....tut wuri handayani...

Semoga segala fenomena bangsa yang terjadi di masa lalu hingga kini dapat memberikan inspirasi bagi kita semua bahwa pendidikan itu penting. Pendidikan itu nomor 1. Sekalipun ada yang bilang bahwa pendidikan tak menjamin kesuksesan namun kita bisa percaya bahwa pendidikan memberikan perlindungan yang lebih besar kepada kita untuk bisa meraih kehidupan yang lebih baik di masa depan. Ibarat maju di medan perang, kita akan lebih percaya diri dan merasa aman jika membawa senjata dan berbagai perlengkapan perang, dibandingkan hanya jika dengan tangan kosong.
[caption id="attachment_414306" align="aligncenter" width="450" caption="Selamat Hari pendidikan Nasional (sumber : liadewiafista.wordpress.com)"]

14305328022015032207
14305328022015032207
[/caption]

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

 

Semoga Bermanfaat, Riana Dewie

Sumber Referensi :
http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/02/biografi-ki-hajar-dewantara.html
www.tempo.co

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun