[caption id="attachment_374392" align="aligncenter" width="504" caption="Dok. Pribadi "][/caption]
Hallo semuaaa..
Saya akan bercerita tentang pengalaman wisata saya bersama suami dan sepupu. Biasanya kami selalu meluangkan waktu liburan (tanggal merah) untuk berjalan-jalan ke tempat wisata. Ya, sekitar awal tahun 2014 kemarin, kami memanfaatkan waktu libur kami yang hanya sehari itu untuk menuju ke tempat wisata Gunung Purba dan Embung Nglanggeran. Ada apa saja disana? Yuk ikuti cerita saya selanjutnya :)
Sehari sebelum libur, kami berencana untuk berwisata ke Gunung Purba dan Embung Nglanggeran. Kenapa disana? Karena hampir semua tempat wisata di daerah Yogya dan sekitarnya sudah pernah kami datangi, mulai dari pantai parangtritis, pantai depok, pantai glagah, pantai baron, pantai krakal, keteb, Kyai Langgeng, Umbul Sidomukti dll. Dan kabarnya sih, Gunung Purba dan Embung Nglanggeran juga lokasinya tidak terlalu jauh dari Yogya sehingga kami antusias kesana.
Pagi itu cuaca di kota kami Yogyakarta, cerah berawan. Ya, ini menandakan bahwa cuaca lumayan bagus untuk beraktivitas keluar, dimana udara tidak terlalu panas. Namun tepat jam 10.45, kami merasakan hembusan angin yang begitu kencang dengan awan gelap yang begitu tebal. Wah, bisa gagal deh semua rencana, pikir saya saat itu. Namun dengan tekad kuat, akhirnya kami ber-4 nekat untuk melakukan perjalanan kesana dengan menggunakan dua motor. Dijalan kami diguyur air hujan yang begitu derasnya. Kami kehujanan sekitar 1 jam perjalanan hingga akhirnya sampai di tempat wisata. Ya, lokasi pertama yang kami tuju adalah gunung purba, dimana pendakiannya akan memerlukan durasi waktu yang agak lama sehingga kami prioritaskan.
---
‘BERDIRI MEGAH’ DIANTARA DERETAN ALAM INDAH
Gunung Api Purba Nglanggeran terletak di desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Koordinat GPS (lokasi): S7°50'28" E110°32'29" (lihat peta). Merupakan Kawasan Baturagung di bagian utara Kabupaten Gunungkidul dengan ketinggian antara 200-700 mdpl dan suhu udara rata-rata 23˚C - 27˚C. Lokasi berjarak tempuh 20 km dari kota Wonosari dan 25 km dari kota Yogyakarta.
Tepatpukul 12.00, sampailah juga perjalanan kami di lokasi pertama. Kami sangat lega dan senang saat berada kaki gunung purba. Sebelum naik, kami berbenah dulu dengan ganti pakaian dan sendal karena pakaian kami sudah basah kuyup terkena guyuran air hujan saat berangkat. Sepupu saya melepaskan sepatunya yang basah, namun saya tetap kukuh menggunakan sepatu basah karena saya takut jika diatas medannya berat sehingga saya pikir akan lebih nyaman jika bersepatu. Setelah persiapan selesai, kami menghangatkan badan dengan jajan mie goreng dan teh panas di warung yang ada di kaki gunung. Usai menikmati hidangan hangat, kami pun siap untuk melakukan pendakian gunung purba yang saat itu berdiri menjulang tinggi tepat di hadapan kami.
Menurut sejarah, gunung api purba pernah aktif puluhan juta tahun yang lalu. Saat ini Gunung purba (Nglanggeran) berupa deretan gunung batu raksasa dengan pemandangan eksotik serta bentuk dan nama yang unik dengan beragam cerita rakyat sebagai pengiringnya. Gunung-gunung tersebut biasanya dinamakan sesuai dengan bentuknya, seperti Gunung 5 Jari, Gunung Kelir, dan Gunung Wayang.
---
‘PETUALANGAN’ MENDAKI GUNUNG PURBA
Ekowisata Gunung Api Purba dikelola oleh Sentra Pemuda Taruna Purba Mandiri, Pokdarwis dan Karang Taruna Bukit Putra Mandiri. Paket wisata yang ditawarkan berupa Wisata petualangan/adventure (seperti panjat tebing, jelajah gunung, dan susur goa), Eduwisata di bidang lingkungan, seni dan budaya, atau paket live in bagi pelajar serta Community Gathering di lingkungan khas pedesaan dengan sajian seni budaya lokal.
Ya, pada saat itu kami memilih melakukan wisata petualangan (adventure). Pendakian dimulai sekitar jam 13.30. Namun sepatu dan sendal kami terasa lengket di lumpur becek karena air hujan. Wah, tantangan besar nih. Awalnya kami semangat sekali sampai-sampai pakaian kotor karena kena cipratan lumpur pun bukan penghalang bagi kami. He..he.. Saat naik, ada beberapa pos yang menandakan sampai di level mana kami mendaki. Pos demi pos kami lewati dengan sangat berhati-hati karena jika salah langkah, kami bisa terpleset begitu mudahnya.
Bayangan saya di awal, kami akan naik gunung dengan tanah kering dan mudah didaki, sekalipun jalan menanjak pasti juga masih bisa dilewati dengan lancar. Namun nyatanya, jalan yang kami lewati sangat berat. Untuk melangkah ke depan saja sulit karena alas kaki kami lengket dilumpur basah. Selain itu, banyak area dimana kami harus naik 1 tangga kayu yang harus antri untuk menaikinya. Ada pula kita harus mendaki batu besar untuk sampai ke step selanjutnya. Wah berat sekali ya wisata kali ini. Benar-benar penuh dengan perjuangan dan konsentrasi agar bisa mencapai puncak.
---
LORONG SEMPIT DIANTARA BATU RAKSASA MUAT ‘1 ORANG SAJA’
Perjalanan kami masih berlanjut. Semakin ke atas, jalan semakin terjal. Beberapa tali dipasang guna memudahkan para pendaki untuk melewatinya. Belum usai menghela nafas, tantangan baru menghadang. Sebuah celah sempit dan curam dengan bukit batu di kanan dan kirinya menyambut kami. Lorong sempit yang agak gelap ini hanya bisa dilewati oleh satu orang. Kami pun harus mengantri untuk melewatinya. Tetesan air sumber gunung yang membahasi tubuh saat melewati area tersebut menyebarkan kesejukan. Setelah melewatinya, barulah kami dapat menghirup udara agak segar karena terpampang pesona alam yang begitu indahnya. Tapi, masih ada lho view menarik lainnya diatas sana. Jadi, kami pun melanjutkan perjalanan untuk naik ke area yang lebih tinggi.
Selanjutnya, kami melewati jalur-jalur yang mirip dengan hutan. Kanan kiri penuh dengan pohon tinggi dan rindang. Alamak, asyik sekali ya perjalanan kali ini. Benar-benar wisata yang penuh dengan tantangan. Lalu, sampailah kami di area mengerikan selanjutnya. Area jalan menanjak, dengan tangga alami dari tanah, tanpa keamanan yang memadai. Mungkin tangga ini tidak bermasalah ketika kering. Namun posisi basah setelah hujan, tangga ini sungguh mengkhawatirkan lantaran jalanan jadi licin dan banyak orang yang mengakses jalan terbut. Hanya dengan pengaman sederhana yaitu tali pegangan yang hampir putus, kami pun nekat melewatinya walaupun agak deg-degan karena kami melihat banyak orang yang naik ke atas namun terjatuh lagi ke bawah karena tidak bisa menyangga tubuh. Sebaliknya, mereka yang dari arah atas pun banyak yang terpeleset jatuh ke bawah karena tidak bisa mempertahankan tubuh untuk tetap di satu titik.
Dengan selamat, kami akhirnya sukses menapaki view berikutnya. Wuahhhhh... luar biasa. Pemandangan alam disini sungguh sempurna. Bentangan sawah menghijau, menara stasiun televisi yang menjulang tinggi, dari kejauhan tampak kendaraan yang melintas serta awan biru yang ikut mempercantik ciptaan Tuhan ini. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan saat itu karena diberi kesempatan untuk menikmati suasana istimewa seperti ini.
---
‘LUKISAN ALAM SEMESTA’ DARI ATAS GUNUNG PURBA
Di tempat inilah, kami menghela nafas untuk beristirahat. Kami berfoto-foto narsis dengan berbagai gaya. Takjub kami akan alam di kawasan gunung purba ini sangat beralasan karena kami sangat jarang melakukan wisata penuh tantangan seperti ini.
Jalan yang kami lalui memang tidak mudah namun pemandangan yang kami dapatkan juga tak mengecewakan. Saat itu sudah menunjukkan jam 15.00. Sebenarnya kami belum sampai diposisi klimaks, posisi puncak gunung purba yang diceritakan orang sangat indah dan megah. Namun karena keterbatasan waktu, kami pun mengurungkan niat untuk melanjutkan pendakian dan akhirnya kami pun melakukan perjalanan turun gunung. Ya, perjalanan ini tidak seberat saat naik tadi. Hanya saja tetap harus waspada dengan area yang serba licin dan berbatu.
Sesampainya di kaki gunung, kami membersihkan diri, mandi dan berganti pakaian yang lebih bersih. Kami pun bersiap untuk melakukan perjalanan di lokasi selanjutnya, yang hanya 5 menit dari lokasi gunung purba, yaitu Embung (waduk mini) Nglanggeran.
---
EMBUNG NGLANGGERAN : KOMBINASI ALAM YANG ‘ISTIMEWA’
Akhirnya, sampailah kami di Embung Nglanggeran. Embung Nglanggeran letaknya berada di tenggara Gunung Api Purba Nglanggeran kira-kira berjarak 2 km. Alamatnya berada di Desa Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta. Koordinat GPS: S7°50'26.052" E110°32'41.964. Embung ini dibangun sangat unik karena berada di atas bukit dengan tujuan agar bisa dimanfaatkan untuk pengairan tanaman buah sebagai embrio kebun buah Nglanggeran (bukit api purba).
Sore itu, sekitar jam 16.15, kami sampai di parkiran motor lokasi embung, Ya, hamparan alam dari bawah terlihat masih sepi namun sangat luas. Dari kejauhan, terlihat pagar embung yang memutari, walaupun hanya sebagian. Akhirnya kami mulai berjalan naik menuju tangga Embung Nglanggeran, lokasi yang areanya lebih mudah dijangkau daripada Gunung Purba. Seperti biasa, lokasi Embung selalu menyambut para pengunjungnya dengan tugu Durian dengan tulisan informasi lengkap tentang pembangunannya. Embung Nglanggeran ini diresmikan oleh Sri Sultan HB X tanggal 19 Februari 2013.
Setelah puas membaca informasi di tugu tersebut, kami melanjutkan perjalanan naik hingga sampailah di dataran rata yang sudah dibangun bagus oleh pengelola disana. Wah, hamparan waduk mini yang bernuanasa sejuk dan segar kami rasakan saat pertama menginjakkan kaki di Embung Nglanggeran. Kami berputar mengelilingi lokasi tersebut sambil berfoto ria untuk mengabadikan setiap sudut indah disana.
Saat kami mendatangi Embung Nglanggeran, ternyata banyak juga pengunjung lain yang antusias untuk menikmati wisata alam yang penuh keindahan ini. Karena saya pribadi belum pernah menikmati pemandangan embung, sontak saat itu lumayan kaget dan takjub dengan suguhan keindahan dari Embung Nglanggeran. Bukan hanya wisata air yang disuguhkan, namun wisata alam pegunungan, perbukitan, hamparan sawah dan tiupan angin yang menyejukkan tubuh sungguh membuat kami sangat terlena. Apalagi dihiasi dengan kicauan burung yang mendinginkan hati, sungguh merupakan kombinasi alam yang sangat istimewa. Mungkin jika saat itu sempat memutar musik Kitaro, bisa sekalian semedi kali ya. Hehe
Sebagai obyek wisata yang unik, ada beberapa larangan yang harus ditaati pengunjung Embung Nglanggeran agar semua merasa aman dan nyaman. Adapun isi larangan tersebut adalah : Dilarang berenang di embung, Dilarang melempar atau membuang apapun ke embung, Dilarang duduk di pagar embung, Dilarang membuang sampah sembarangan serta Dilarang merusak atau mengambil fasilitas embung.
Seperti yang telah disebutkan diatas, Embung Nglanggeran dibuat agar bisa mengairi kebun buah yang ada disekitarnya. Berbagai pohon buah telah ditanam disana, seperti pohon durian, mangga, rambutan, dll. Anda bisa bayangkan bukan, betapa menariknya suasana di Embung Nglanggeran saat musim buah tiba. Bukan saja keindahan alamnya yang menarik untuk disaksikan namun juga lokasi tersebut akan dipenuhi buah-buahan yang sudah matang dan siap petik.
---
‘MENDADAK ROMANTIS’ DI MALAM HARI. SEMPURNA..!!!!
Kami merasa memiliki waktu yang sangat terbatas saat menikmati wisata Embung Nglanggeran. Bagaimana tidak, hanya dalam waktu singkat, jam sudah menunjukkan pukul 17.00. Kami merasa sangat tergesa-gesa dan mau mengakhiri perjalanan wisata kami tepat di jam itu. Namun setelah ingat cerita beberapa teman bahwa ada pmandangan sunset sangat indah di Embung Nglanggeran, akhirnya kami mengurungkan niat untuk pulang. Kami lanjutkan bersenda gurau disana sambil menghirup nafas sedalam-dalamnya dan melepaskannya hingga meringankan hati dan pikiran kami saat itu. Ya, benar-benar nyaman, tenang, damai dan bebas masalah. Kami lupakan sejenak segala gelisah hati dan rutinitas kantoran dengan meluapkan segala beban hati dan menikmati suguhan keindahan disana.
Waktu pun terus berjalan. Dan keindahan sunset saat itu dengan terpaksa tidak dapat kami saksikan karena tertutup awan mendung. Yaaaahhh, kami sedikit kecewa dengan ketidakberuntungan ini. Namun tak lama setelah itu, kecewa kami ini tertutupi dengan sunyinya alam menjelang maghrib. Terlihat bahwa para pengunjung Embung Nglanggeran mulai meninggalkan lokasi satu per satu karena memang suasana semakin gelap. Kami saat itu masih saja narsis berfoto, seakan tak rela meninggalkan tempat itu secepatnya. Saat mulai gelap, lampu kecil yang mengelilingi embung tersebut dihidupkan. Dan apa yang terjadi? Wow indah sekali, sangat romantis.
Gara-gara lampu hias tersebut, saya pribadi membayangkan segala hal yang serba romantis. Romantic dinner di malam hari, yang dihiasi dengan lampu minimalis dan lilin serta didukung dengan alam terbuka yang sejuk diatas gunung. Namun sayangnya tidak ada romantic dinner saat itu. Hahaha…..
Namun kami benar-benar sangat menikmati suasana itu hingga lupa bahwa jam sudah menunjukkan pukul 18.00. Ya, jam segitu masih berada diatas gunung. Sungguh menakjubkan. Akhirnya kami berniat meninggalkan lokasi tersebut setelah ada siaran dari petugas yang menghimbau agar para pengunjung mengosongkan lokasi karena tempat wisata ini ditutup pukul 18.00. Kami pun baru menyadari bahwa hanya kami ber-empat yang masih ada disana. Dengan berat hati, kami melangkah turun untuk melanjutkan perjalanan pulang.
---
‘RUTE’ MENUJU KE GUNUNG PURBA
Untuk mempermudah perjalanan wisata ke Gunung Purba dan Embung Nglanggeran, berikut rutenya :
Rute Lokasi Embung Nglanggeran dari Jogja (Barat):
Jogja - Jalan Wonosari - Piyungan - Bukit Hargodumilah atau “Bukit Bintang” - Perempatan Timur Radio GCD FM Patuk ke kiri - Desa Ngoro-Oro (banyak terdapat tower - menara relay atau transmisi stasiun TV) - Pertigaan setelah UPT Puskesmas Patuk II ke kanan – Desa Nglanggeran (Lokasi Gunung Purba).
Rute Lokasi Embung Kebun Nglanggeran dari Wonosari (Timur):
Wonosari - Bundaran Siyono - Tugu Batas Kota Wonosari - Lanud TNI AU Gading - Rest Area Bunder - Pertigaan Sambi Pitu – ambil ke arah Desa Bobung (kerajinan topeng) – jalan 3km dengan jalan mulus dengan melewati tanjakan agak tinggi – Lokasi Gunung Purba.
Berikut petanya :
Kesan kami adalah merasa sangat puas dengan perjalanan wisata dalam 1 hari itu. Dengan tiket masuk murah meriah, yaitu hanya Rp.3.000,-, kami bisa menjelajah wisata alam yang sangat eksotik dan mengagumkan. Mulai dari pendakian berat di gunung purba namun dapat menikmati view alam semesta dengan sangat indahnya di atas gunung lalu dilanjut dengan menikmati beningnya air di Embung Nglanggeran yang mendadak romantis saat menjelang malam. Pengalaman ini semakin menyadarkan saya secara pribadi bahwa Tuhan memang Maha Besar, menciptakan alam Indonesia dengan begitu indah dan istimewa. Pesan untuk teman-teman, mari jaga kelestarian lingkungan kita agar selalu harmonis dengan kehidupan manusia. Jangan pernah kotori alam, jangan menebang hutan sembarangan atau membunuh binatang yang dilindungi hanya untuk kepentingan pribadi. Jagalah mereka semua. Mereka juga makhluk hidup yang perlu dirawat dan dilestarikan. Jika semua makhluk dapat hidup berdampingan, tentu saja hidup manusia juga tidak akan terancam dan Tuhan akan memberikan anugerah kemakmuran yang lebih kepada kita semua.
Demikian cerita perjalanan wisata kami di Gunung Purba dan Embung Nglanggeran yang sangat menyenangkan. Saya yakin cerita perjalanan wisata Anda tak kalah menariknya. Buktikan kebanggaan kita pada indahnya WISATA INDONESIA :)
Terimakasih, Semoga Bermanfaat :)
Riana Dewie
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H