[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Pameran Pusaka oleh Paheman Memetri Wesi Aji (Dok.Pri)"][/caption]
Selamalebih kurang 30 hari, masyarakat Jogja merayakan pasar malam sekaten sejak tanggal 28 November 2014 lalu. Pada hari Sabtu, 3 Januari 2015 kemarin, kemeriahan pesta rakyat ini diakhiri dengan acara Grebeg Maulud untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi budaya ini selalu dipenuhi oleh masyarakat Jogja dan para wisatawan yang ingin ikut ambil berkah dalam perayaan puncak ini, di mana mereka berebut untuk mengambil makanan yang sudah disusun megah dalam istilah ‘Gunungan’.
[caption id="" align="aligncenter" width="341" caption="Prajurit Kraton (Dok.Pri)"]
![14203513891731214638](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203513891731214638.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="" align="aligncenter" width="504" caption="Gunungan dalam Grebeg Maulud Jogja (Dok.Pri)"]
![1420345914806409771](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1420345914806409771.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Gunungan adalah simbol utama dari perayaan Grebeg, di mana ini tersusun atas berbagai bahan makanan tradisional seperti sayur mayur, kacang panjang, cabai, ubi dan berbagai jajanan tradisional lainnya yang memiliki filosofi sebagai bentuk sedekah dari Sri Sultan Hamengkubuwono XI, pemegang kekuasaan tertinggi (raja) di Jogja.
Seperti yang tertulis dalam portal tribunnews.com, perayaan Grebeg ini diawali dengan iring-iringan tujuh gunungan dari dalam Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat melewati Siti Hinggil, Pagelaran, Alun-alun Utara hingga berakhir di halaman Masjid Gede Kauman Yogyakarta. Iringan "Gunungan" tersebut dikawal oleh sembilan pasukan prajurit keraton dan dibawa ke Masjid Agung/Gede Kauman untuk diberkati dan didoakan oleh penghulu Masjid Gede Kauman. Kemudian gunungan itu menjadi rebutan warga yang sudah sejak pagi menunggu di halaman masjid tersebut.
[caption id="attachment_388306" align="aligncenter" width="504" caption="Iring-iringan Prajurit Kraton Jogja Saat Grebeg Maulud (Dok.Pri)"]
![1420346112334548980](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1420346112334548980.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_388309" align="aligncenter" width="504" caption="Iring-iringan Abdi Dalem Kraton Jogja Saat Grebeg Maulud (Dok.Pri)"]
![1420346301906333150](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1420346301906333150.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Baik laki-laki maupun perempuan, tua atau muda, mereka sama-sama antusias untuk memperebutkan sebagian makanan dalam gunungan tersebut dengan tujuan untuk mendapatkan berkah, keselamatan dan perlindungan dari Tuhan. Jadi tidak heran jika dalam pesta ini, banyak masyarakat luar Jogja yang berbondong-bondong meluangkan waktu untuk datang ke alun-alun utara hanya untuk menyaksikan kesakralan tradisi Gunungan ini dan berebut makanan yang ada di sana.
[caption id="attachment_388318" align="aligncenter" width="504" caption="Hiruk Pikuk keramaian Jogja Saat Grebeg Maulud (Dok.Pri)"]
![1420346654811872786](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1420346654811872786.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_388319" align="aligncenter" width="504" caption="Hiruk Pikuk keramaian Jogja Saat Grebeg Maulud (Dok.Pri)"]
![14203468351943109651](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203468351943109651.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Ada yang datang di pagi harinya, ada pula yang 1 hari sebelumnya sudah berada di sana dengan membawa berbagai peralatan pribadi, seperti tikar, makanan, minuman dll. Jadi, dapat disimpulkan bahwa acara Grebeg Maulud memang sangat berarti bagi masyarakat Jogja maupun luar, terutama mereka yang masih sangat menjunjung tinggi tradisi budaya Jawa yang dipelopori oleh Kraton Jogja setiap tahunnya ini.
Gerbang Kraton Jogja Dibuka untuk Umum Usai Perayaan Grebeg Maulud
Setiap acara Grebeg Maulud ini, pintu gerbang Kraton Jogja dibuka lebar oleh pihak kesultanan Jogja agar masyarakat atau wisatawan yang datang dapat menikmati eloknya berbagai warisan budaya kraton yang dilestarikan dari waktu ke waktu. Berbagai pusaka yang dipamerkan sungguh mengundang takjub bagi wisatawan karena selain memiliki nilai budaya yang sangat tinggi, berbagai peninggalan kraton ini kebanyakan berumur sangat tua, bahkan sudah ada sejak jaman pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I.
[caption id="attachment_388321" align="aligncenter" width="504" caption="Pintu Gerbang Kraton Jogja (Dok.Pri)"]
![14203472361761971465](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203472361761971465.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_388322" align="aligncenter" width="504" caption="Tiket Masuk Kraton Rp.5.000,- (Dok.Pri)"]
![14203473011369111452](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203473011369111452.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Saat hendak masuk di pintu gerbang kraton, wisatawan harus membeli tiket yang lumayan murah, yaitu hanya Rp 5.000, modal yang sangat kecil jika dibandingkan dengan tingginya nilai budaya yang akan kita dapatkan di sana. Setelah masuk, kita disuguhi oleh suara merdu para sinden dan penabuh gamelan yang berkolaborasi menampilkan nyanyian Jawa klasik dengan begitu indahnya.
[caption id="attachment_388323" align="aligncenter" width="504" caption="Para Sinden yang Menyanyi Klasik Jawa di Kraton Jogja (Dok.pri)"]
![14203474462026087233](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203474462026087233.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_388325" align="aligncenter" width="504" caption="Para Sinden yang Menyanyi Klasik Jawa di Kraton Jogja (Dok.pri)"]
![1420347568714225265](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1420347568714225265.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_388326" align="aligncenter" width="504" caption="Para Penabuh gamelan di Kraton Jogja (Dok.Pri)"]
![14203477151357353357](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203477151357353357.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Di sana banyak juga wisatawan asing yang terlihat ikut menikmati tradisi budaya kraton Jogja ini. Banyak juga wisatawan yang bersiap dengan HP dan kameranya untuk mengambil gambar dengan leluasa di setiap sudut kraton ini. Di sekeliling panggung kraton, telah dipajang banyak kereta kraton yang begitu megahnya. Dengan berbagai bentuk dan ornamen, keindahan peninggalan budaya Jogja ini sangat menarik perhatian pengunjung sehingga tidak heran banyak orang yang mengantri untuk ikut berfoto ria di dekatnya.
Berbagai kereta yang diperagakan juga diabadikan dalam foto yang dibingkai figura, lengkap dengan informasi sejarahnya. Berikut adalah beberapa foto yang berhasil saya potret saat itu:
[caption id="attachment_388375" align="aligncenter" width="504" caption="Kereta Kraton (Dok.Pri)"]
![14203510301811338933](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203510301811338933.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_388377" align="aligncenter" width="504" caption="Deretan Kereta Kraton (Dok.Pri)"]
![1420351154256530374](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1420351154256530374.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_388379" align="aligncenter" width="504" caption="Papan Gambar Kereta Kraton & Infonya (Dok.Pri)"]
![142035126069658713](https://assets.kompasiana.com/statics/files/142035126069658713.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Di seberangnya, terdapat museum patung yang di dalamnya menggambarkan semua orang yang pernah menjadi penghuni Kraton Yogyakarta, mulai dari Raja Jogja (Sri Sultan Hamengkubuwono), Prajurit, abdi dalem dsb. Museum ini sangat dilindungi keberadaannya, terbukti dari pengaman kaca yang memutari ruangan museum sehingga sangat meminimalkan risiko patung pecah, rusak, tergores dll.
[caption id="attachment_388327" align="aligncenter" width="504" caption="Patung Keluarga Kraton (Dok.Pri)"]
![1420347844130043407](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1420347844130043407.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_388328" align="aligncenter" width="504" caption="Patung Keluarga Kraton (Dok.Pri)"]
![1420347938155259345](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1420347938155259345.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Semakin berjalan ke depan, kita akan menaiki tangga kraton dan sesampainya di sana, kita kembali melihat sebuah latar kraton yang sedikit berbeda dari sebelumnya.
[caption id="attachment_388329" align="aligncenter" width="504" caption="Jalan Menuju Bangsal Mangunturtangkil (Dok.Pri)"]
![14203481451154898527](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203481451154898527.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Tempat ini disebut BANGSAL MANGUNTURTANGKIL, merupakan singgasana Sri Sultan Hamengkubuwono saat menghadiri acara Grebeg dan tempat ini sudah digunakan oleh raja-raja Jogja sejak 7 Maret 1989. Di bagian kanan bangsal ini, terdapat replika area Kraton Jogja sehingga memudahkan para wisatawan memahami betapa luas dan megahnya Kraton Jogja ini.
[caption id="attachment_388331" align="aligncenter" width="504" caption="Bangsal Mangunturtangkil (Dok.Pri)"]
![14203483222031881709](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203483222031881709.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_388332" align="aligncenter" width="504" caption="Bangsal Mangunturtangkil (Dok.Pri)"]
![14203484351875434681](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203484351875434681.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Di sekeliling Bangsal Mangunturtangkil ini terdapat puluhan stand pameran benda pusaka dan kerajinan yang sayang jika dilewatkan. Ada apa saja di sana? Yuk kita masuki satu per satu:
Â
1. Kerajinan Tandhuk
Stand ini memamerkan berbagai barang hasil kerajinan yang dibuat dari tanduk binatang asli.
[caption id="attachment_388336" align="aligncenter" width="482" caption="Pameran Kerajinan Tanduk (Dok.Pri)"]
![142034904850221181](https://assets.kompasiana.com/statics/files/142034904850221181.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
2. Kerajinan Tembaga dan Kuningan
Stand ini memamerkan berbagai pernak pernik khas Jogja yang terbuat dari tembaga dan kuningan yang memiliki harga jual tinggi.
[caption id="attachment_388337" align="aligncenter" width="482" caption="Pameran Kerajinan Tembaga & Kuningan (Dok.Pri)"]
3. Kerajinan Gamelan
Di stand ini belum terlihat siap untuk memamerkan gamelan karena masih dalam proses renovasi.
[caption id="attachment_388338" align="aligncenter" width="482" caption="Pameran Kerajinan Gamelan (Dok.Pri)"]
![1420349177333362048](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1420349177333362048.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
4. Kerajinan Perak
Stand ini menawarkan banyak perhiasan dan aksesoris yang terbuat dari perak. Mengingat bahwa di daerah Kotagede Jogja adalah pusat industri perak, maka tak heran jika stand ini juga dikerumuni oleh pengunjung.
[caption id="attachment_388339" align="aligncenter" width="482" caption="Pameran Kerajinan Perak (Dok.Pri)"]
![14203492311742582590](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203492311742582590.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
5. Kerajinan Blangkon
Stand ini menawarkan berbagai model blangkon dengan bahan dan motif yang bervariasi. Banyak pengunjung yang ingin sekedar melihat keunikannya ataupun membeli untuk dipakai sebagai tren model Jawa.
[caption id="attachment_388340" align="aligncenter" width="482" caption="Pameran Kerajinan Blangkon (Dok.Pri)"]
![14203492831097821797](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203492831097821797.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
6. Kerajinan Keris
Stand ini memamerkan berbagai produk keris yang sudah jadi, dengan berbagai keunikan dan variasinya sehingga menimbulkan decak kagum bagi wisatawan yang berkunjung.
[caption id="attachment_388341" align="aligncenter" width="482" caption="Pameran Kerajinan Keris (Dok.Pri)"]
![142034933329839243](https://assets.kompasiana.com/statics/files/142034933329839243.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Lalu, setelah melewati stand-stand mini yang memamerkan banyak kebudayaan asli Jawa ini, saya terus melanjutkan perjalanan hingga sampailah di pameran yang selanjutnya, yaitu PAMERAN TOSAN AJI, Benda Pusaka Adi Luhung yang telah diakui dunia internasional. Berikut beberapa benda pusaka yang berhasil saya ambil gambarnya:
1. Paheman Memetri Wesi Aji
Paheman Memetri Wesi Aji  merupakan wadah berkumpulnya para penggemar wesi aji (benda pusaka) di Yogyakarta. Jadi di ruang ini, segala bentuk pusaka keris dipamerkan dengan berbagai macam variasi. Pusaka-pusaka yang dimiliki oleh para kolektor dari keturunan Kraton Jogja ini sungguh mengundang banyak kekaguman dan rasa penasaran banyak pengunjung sehingga tidak heran banyak di antara mereka yang membanjiri pertanyaan kepada penjaga stand.
[caption id="attachment_388342" align="aligncenter" width="504" caption="Pameran Pusaka oleh Paheman Memetri Wesi Aji (Dok.Pri)"]
![14203494722096178337](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203494722096178337.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_388344" align="aligncenter" width="504" caption="Pameran Pusaka oleh Paheman Memetri Wesi Aji (Dok.Pri)"]
![14203495801264062659](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203495801264062659.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_388345" align="aligncenter" width="360" caption="Diskripsi Cara Memakai Keris yang Benar (Dok.Pri)"]
![1420349689515967507](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1420349689515967507.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Selain untuk kerisnya sendiri, di sana juga dipamerkan berbagai gambar dan informasi bahan pembuat keris, mulai dari jenis kayunya, bahan besinya dll. Ada pula berbagai gambar yang menjelaskan bagaimana memakai wangkingan/dhuwung/keris ini secara benar sesuai dengan standar Kraton. Selain itu, banyak pula pengunjung yang kritis bertanya tentang perbedaan keris Jogja dan keris Solo, bagaimana bentuknya, sejak kapan keris ini dibuat dsb.
2. Stand Kridomardawa
Stand ini memamerkan berbagai perlengkapan untuk kesenian tari Jogja klasik. Tarian ini sering diperagakan ketika Kraton Jogja kedatangan tamu dari berbagai daerah, termasuk tamu luar negeri. Selain itu, Krido Mardawa aktif sebagai sebuah paguyuban, yang berbentuk sebuah lembaga kesenian milik Kraton Jogja dan membuka kelas pelatihan tari Yogyakarta untuk umum sejak tahun 2013. Berbagai benda yang dipamerkan di sini di antaranya kostum/baju untuk menari, topeng, wayang kulit dll..
[caption id="attachment_388347" align="aligncenter" width="504" caption="Stand Kridomardawa (Dok.Pri)"]
[caption id="attachment_388348" align="aligncenter" width="504" caption="Stand Kridomardawa (Dok.Pri)"]
![14203498771160561697](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203498771160561697.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
3. Pameran Cagar Budaya
Di stand ini dipamerkan banyak hasil jurnalistik yang telah diakui masyarakat umum. Berbagai informasi dalam bentuk bacaan raksasa ini menampilkan banyak tulisan menarik seputar Kraton Jogja yang dijadikan sebagai cagar budaya yang harus dilestarikan. Diawali dengan tayangan video berbagai tempat sakral yang ada di Jogja dan sekitarnya serta manfaatnya dalam aktivitas kejawen. Selain itu, berbagai judul tulisan yang dipajang sehingga menimbulkan daya tarik para wisatawan di antaranya: Penghargaan Pelestari tahun 2014, Tanggap Bencana Cagar Budaya (Pembersihan Abu Vulkanik Gunung Kelud di Candi Prambanan), Pemugaran BCB (Bangunan Cagar Budaya) milik Masyarakat, Lomba menulis Cagar Budaya dll.
[caption id="attachment_388352" align="aligncenter" width="504" caption="Pameran Cagar Budaya (Dok.Pri)"]
![14203500191461288008](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203500191461288008.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_388355" align="aligncenter" width="504" caption="Pameran Cagar Budaya (Dok.Pri)"]
![14203501271879416747](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203501271879416747.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
4. Pameran Arca dan Prasasti
Di stand berikutnya, kita akan menemukan berbagai arca, prasasti dan replika kraton yang memiliki nilai sejarah tinggi, di mana selama ini kita hanya bisa melihatnya dalam buku pelajaran, media massa atau media elektronik. Berbagai warisan budaya yang dipamerkan di sana di antaranya: replika latihan perang Gladi Watangan di alun-alun utara, Cepuk Bertutup, Persebaran Situs Masa Klasik, Arca Narasimha, Genta dan pemukulnya, Arca Siva, Prasasti Yantra Candra Mandala, Arca Ganesa dsb.
[caption id="attachment_388358" align="aligncenter" width="320" caption="Arca Narasimha (Dok.Pri)"]
![14203502921811145109](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203502921811145109.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_388359" align="aligncenter" width="320" caption="Prasasti Yantra Candra Mandala (Dok.Pri)"]
![1420350373239002020](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1420350373239002020.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_388363" align="aligncenter" width="504" caption="Cepuk Tempat Perhiasan (Dok.Pri)"]
![14203504961596897922](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203504961596897922.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
5. Dokumentasi Raja Mataram Jawa
Di stand selanjutnya, kita akan menemukan berbagai foto raja-raja Jogja mulai dari Sri Sultan Hamengkubuwono I hingga sekarang. Selain itu, berbagai foto yang dipamerkan di sini bukan hanya yang berhubungan dengan Kraton Yogyakarta namun juga Kraton Pakualaman di mana keduanya memiliki hubungan yang sangat erat. Terlihat banyak foto yang menggambarkan aktivitas keluarga kraton serta berbagai motif batik yang biasa mereka gunakan.
[caption id="attachment_388365" align="aligncenter" width="504" caption="Foto Keluarga Kraton (Dok.Pri)"]
![142035061158113994](https://assets.kompasiana.com/statics/files/142035061158113994.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_388367" align="aligncenter" width="504" caption="Foto Keluarga Kraton (Dok.Pri)"]
![1420350676247427282](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1420350676247427282.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_388368" align="aligncenter" width="360" caption="Silsilah Raja Mataram Jawa (Dok.Pri)"]
![1420350722197715052](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1420350722197715052.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Â
6. Stand Aksesori Kraton
Di stand ini, dijual berbagai pernak-pernik kraton yang sudah mulai dikenal oleh masyarakat Jogja dan para wisatawan pendatang, seperti batik tulis, baju batik, kerajinan kuningan, foto raja Jogja, Kaos berlambang JOGJA dll. Kain batik tulis selebar 2 meter dipatok dengan harga kisaran Rp.350.000. Sedangkan untuk kaos berbahan halus dengan lambang Ngayogyakarta Hadiningrat dijual dengan harga Rp.95.000 per item
[caption id="attachment_388371" align="aligncenter" width="504" caption="Asesoris Kraton Jogja (Dok.Pri)"]
![1420350820498501764](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1420350820498501764.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
[caption id="attachment_388372" align="aligncenter" width="504" caption="Asesoris Kraton Jogja (Dok.Pri)"]
![14203509171199872271](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203509171199872271.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Demikianlah yang dapat saya sampaikan sehubungan dengan acara Grebeg Maulud serta Stand Kerajinan dan Pusaka di Njero Ndalem Kraton Yogyakarta. Tentu semua ini memberikan banyak makna pada seluruh masyarakat, baik masyarakat Jogja sendiri ataupun wisatawan luar, di mana seluruh budaya yang dimiliki oleh Kraton Jogja sudah seharusnya dirawat dengan baik sepanjang hayat agar ilmu budaya yang sudah kita dapatkan ini bisa ditularkan kepada anak-cucu kita di masa mendatang. Jaga pula kesakralan kraton Jogja dengan tetap bersikap lembah manah dan penuh toleransi sebagai masyarakat yang hidup dalam lingkungan kerajaan kraton Jogja. Diharapkan pula, Kraton Jogja ini juga bisa selalu menjadi cagar budaya Jogja dan Jawa sehingga takkan pudar ditelan waktu dan nilai asli budayanya selalu dapat dipegang teguh oleh seluruh masyarakatnya.
Semoga Bermanfaat, Riana Dewie
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI