Alkisah ada seorang pemuda sedang mengamati anak-anak cilik alias bocil sedang memainkan layangan.
Entah mengapa, anak-anak sekarang bicara sundanya kasar-kasar. Mengerikan, mungkin efek yang ditonton dari Mang Utub di gawainya ya.
"Sabet we jang!" (sabet saja jang!)
"Tong loba lila! Pegatkeun we!" (jangan banyak lama! putuskan saja!)
Kerusuhan ucapan anak-anak disana sempat bikin geger warga.
Demi sebuah layangan yang putus, anak-anak berlari-lari penuh bahagia sampai semua yang ada didepan mata diterabas.
Gudubrag!
"Wah si Ocon labuh!"(Wah di ocon jatuh!)
"Tos we antepkeun lah" (sudah biarkan saja lah)
Tiba-tiba pak RT berteriak keras dari warungnya.
"Tong maksakeun maneh atu jang!" (Jangan memaksakan diri kamu lah jang!)
Anak-anak sontak kaget bukan kepalang, semua berlarian ke rumahnya masing-masing, mungkin mereka merasa bersalah.
Keheranan, si pemuda pun melihat apa yang terjadi di warung.
...
Eh ternyata.
Pak RT lagi nonton bola.
***
Catatan kecil: Jang, panggilan singkat sunda dari ujang untuk anak laki laki kesayangan. Dan kata "Maneh" biasanya diucapkan dengan usia yang sebaya melambangkan hubungan yang akrab. Kalau orang tua mengucapkannya kepada yang lebih muda, suka dikira lagi marah kepadanya, dan kalau diucapkan anak muda ke yang lebih tua, itu tidak sopan karena bermakna kata kasar penempatannya.
Cimahi, 25 Agustus 2023.
Aa Rian untuk Kompasiana dan warganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H