Mohon tunggu...
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian)
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian) Mohon Tunggu... Penulis - Sang pemerhati abadi. Pemimpin bagi dirinya sendiri.

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. 🌏 Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki 🌏 Link Akun Pertama: https://www.kompasiana.com/integrityrian 🌏 Surel: indsafka@gmail.com 🌏

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Blogging, FB, IG Memang Didesain untuk Memenuhi Kebutuhan "Narsistik"

24 Agustus 2023   10:30 Diperbarui: 24 Agustus 2023   10:40 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada larangan dalam berkegiatan berkarya Blogging, bahkan di FB dan IG agar tidak narsis, karena sejatinya minat pasar terciptanya media tersebut untuk memenuhi kebutuhan "Narsistik" masyarakat untuk mencitrakan dirinya.

Ada yang ingin menampilkan siapa dirinya, apa pemikirannya dan apa perasaannya, saya akui sendiri kecenderungan diri saya sendiri untuk menampilkan "diri ini" memang terjadi saat saya blogging. Tapi saya sebisa mungkin agar tidak menampilkan diri saya sendiri secara terang-terangan, walau ada sih beberapa konten saya yang menampilkan diri saya terutama tentang kisah masa lampau saya pada konten saya terdahulu. Karena saat itu saya akui saya masih belajar menulis, dan kini saya menyadari bahwa ada yang sebaiknya ditulis dan ada yang sebaiknya tidak perlu ditulis.

Namun semua dikembalikan lagi kepada niat masing-masing content creator di platform media sosial tersebut.

Apakah ingin memberikan manfaat kepada orang banyak?

Atau sekadar ingin membuat semua orang tahu, ini loh saya!

Dalam teori Abraham Maslow sendiri memang kebutuhan diakui dan dihargai itu melekat pada diri manusia. Pertanyaannya mengapa menjadi kebutuhan? Bahkan selalu mengejar pengakuan tersebut? Apa niat sebenarnya dari keinginan untuk mendapatkan pengakuan? Padahal diakui manusia itu sejatinya menjadi permasalahan pelik, apabila tidak sesuai apa yang menjadi harapan masyarakat, yakni segala kompetensi dirinya ternyata tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Penyematan gelar akademis dan kehormatan yang dilekatkan pada status seseorang, terkadang melahirkan skeptisme dari masyarakat itu sendiri. Hingga banyak orang-orang kini lebih percaya dengan apa ia karyakan dibandingkan dengan apa yang melekat pada identitas nama dirinya. 

Saya jadi teringat akan pesan dari Al-Kitab, barangsiapa merendahkan dirinya, maka ia akan ditinggikan, dan barangsiapa ia meninggikan dirinya, maka ia akan direndahkan. Itulah hukum keseimbangan dunia ini. Bagaikan pantulan bola yang dihempaskan ketanah namun memantul terbang ke langit setinggi-tingginya. Dan begitupun bola yang dilemparkan keatas sangat tinggi, namun pada akhirnya jatuh juga dengan sangat kencang. Nah akhir hidup mana yang kita pilih dari perumpamaan ini?

Narsistik sendiri sejatinya sangat berbahaya apabila kita memaksudkan diri agar orang lain mengetahui "ini lo saya, saya sudah berbuat kebaikan", "ini lo saya, saya sudah beribadah hari ini." Mengapa? Karena perilaku ini condong agar diketahui kebaikan dan ketaatannya untuk diketahui manusia guna mendapatkan pengakuan. Dan persaksian ini di mata Allah menjadi bumerang bagi orang-orang narsis dalam kebaikan dan peribadatan selama di dunia, karena nanti Allah di pengadilanNya menyangkal pada segolongan manusia tersebut dengan seolah-olah berkata, "minta saja pahala akhirat pada orang-orang yang telah mengakui kebaikan dan ketaatanmu!"

Kesadaran masyarakat akan bahaya Narsistik saat ini tergolong pesat. Mulai banyak konten kreator berkarya demi kebermanfaatan semata demi kebaikan jangka panjang, bukan sekadar demi pengakuan manusia sesaat. Semoga kesadaran ini menular. 

Cimahi, 24 Agustus 2023.

Aa Rian untuk Kompasiana dan Warganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun