Dunia terbakar disebabkan ketidakmerataannya kebaikan dimuka bumi. Makin hari makin banyak yang melecehkan dan merendahkan amalan kebaikan tanpa didasari ilmu, ini semua adalah tanggungjawab kalian para Ulama! Yang selalu membahas Bab Riya dan Sum'ah tanpa kajian ilmu yang mendalam!
Ingin membangun peradaban religius, tapi merendahkan semangat berkebaikan di muka bumi. Apa gerangan generasi Islam yang katanya terdidik secara agama, namun masih mengecap sesamanya dengan perkataan menyakitkan "Riya" dan "Sum'ah!"
2 Kata ini hanyalah urusan Allah, tidak baik untuk diucapkan, mengapa? Apa alasannya?
1. Mematahkan semangat dakwah kebaikan dan semangat hijrah menuju kebaikan
Innamal a'malu binniyat, yang bermakna segala sesuatu kembali pada niatnya. Dakwah kebaikan itu ada tiga jenis:
- Dakwah kebaikan melalui aksi
- Dakwah kebaikan melalui lisan
- Dakwah kebaikan melalui tulisan
Jika orang-orang yang tidak mendalami ilmu tentang kebaikan, dan dengan sembrononya mengucap kata Riya dan Sum'ah bagi pelaku dakwah kebaikan. Maka hukumannya adalah Neraka.
Jika Ia beriman kepada Allah, ia akan segera mendapat ujian hidup semasa di dunia dengan segala ketidakbaikan orang-orang yang pernah berinteraksi dengannya. Karena kebaikan adalah sifat yang amat dicintai para Malaikat, maka siapapun manusia termasuk yang beriman kepada Allah, namun merendahkan kebaikan ... maka ia mengadakan permusuhan dengan para Malaikat.
Akibatnya para malaikat menggiring orang-orang tidak baik untuk menguji keimanan orang yang merendahkan kebaikan tersebut disebabkan ia terjebak dengan prasangka sampai terucap oleh hatinya, bahkan yang lebih parah dilisankan, dan dituliskan di sosial media, bahwa si A itu Riya, bahwa si B itu Sum'ah. Maka pertanyaannya ... sehebat apakah anda bisa mengetahui niat terdalam seseorang dalam berkebaikan?
Jadi benarlah hadits: Dunia adalah penjara bagi orang-orang mukmin ... dan surga bagi orang kafir.
Orang mukmin yang mana? Yaitu yang gemar berprasangka si A dan si B telah berbuat Riya dan Sum'ah. Karena ia telah mematikan semangat dakwah berkebaikan yang dilakukan sesamanya. Menuduh orang-orang tulus karena Allah dalam berkebaikan dengan kata kata keji Riya dan Sum'ah, akan membekas pada hati yang tertuduh. Dan ini menjadi tuduhan serius kelak di Yaumul Mahsyar.
Dunia bisa menjadi surga bagi orang-orang mukmin, selama orang mukmin tersebut senantiasa diliputi sifat kebaikan, dan menghargai kebaikan itu sendiri. Dengan demikian selain ia dicintai Allah karena iman dan takwanya, juga ia dicintai malaikat karena kebaikannya dan menghindari segala prasangka buruk kepada sesama manusia yang tulus dalam berkebaikan.
Sementara bagi orang yang telah kufur, lagi menuduh orang orang tulus dalam berkebaikan berbuat riya dan sumah. Maka ia dibenci Allah dan Malaikat, sehingga neraka dunia dan neraka akhirat untuknya.
Banyak fenomena yang mengenaskan terjadi, dimana orang-orang yang belajar dakwah melalui aksi nyata dalam kebaikan, dituduh riya dan sum'ah melalui komentar pedas di media sosial. Banyak juga orang yang belajar hijrah dari keburukan menuju kebaikan, dituduh riya dan sum'ah oleh orang orang yang katanya religius belajar Islam. Akibatnya bagi yang lemah imannya, kembali kepada jalan keburukan bahkan kepada kekufuran, akibat kapok mendapat hujatan dan cacian yang merendahkan kebaikannya.
Hal ini sudah menjadi penyakit masyarakat karena bisa menghilangkan berkah malaikat di suatu wilayah penduduk tersebut, dampaknya adalah gejala alam yang makin gersang dan penuh bencana. Pertanyaannya siapa yang bertanggungjawab yang telah menanamkan pemahaman dangkal tentang Riya dan Sum'ah ini?
2. Pelaku Riya dan Sumah mendapat kebaikan didunia, namun tidak di akhirat
Orang-orang religius saja masih dikelabui pikirannya dengan menyangka ia telah beribadah untuk Allah, namun ternyata saat di pengadilan Akhirat ia mendapatkan kerugian yang nyata yaitu azab neraka? Mengapa?
1. Ia beribadah ingin mendapatkan pengakuan manusia bahwa ia adalah seorang yang religius, nyatanya saat sedang tidak dalam perhatian orang-orang banyak, ia malah termasuk orang yang menjauhkan diri dari peribadatan alias ibadahnya tidak ia kerjakan jika tidak diperhatikan orang banyak.
2. Ia berbuat kebaikan jika disaksikan orang banyak, namun saat bertemu dengan orang yang ia hinakan disebabkan tidak memiliki kedudukan yang berarti, ia merendahkan orang tersebut karena tidak ada orang yang menyaksikannya.
Jadi kebaikan mereka bersifat semu, dan hanya demi keuntungan dunia yang sesaat semata, bukan murni karena ketulusan namun demi kedudukan dan pengakuan semata, inilah esensi dari Riya dan Sum'ah yang nyata.
Mereka yang berlaku Riya dan Sum'ah masih mendapat kebaikan semasa hidup didunia, namun saat dipengadilan akhirat mereka tidak mendapatkan kebaikan sedikitpun.
Sebagai Wasana Kata
Mohon untuk para Ulama mengkaji lebih dalam bab tentang kebaikan, atau Allah menuntut pertanggungjawaban kalian semua di dunia maupun di akhirat. Ini sudah terlanjur menjadi penyakit masyarakat kita dengan memvonis seorang Riya dan Sum'ah. Sewaktu waktu perkataan keji ini bisa menjadi hakim yang mengantarkan seorang muslim pada neraka dunia bahkan neraka akhirat.
Bahkan pemuka agama yang gemar mengangkat topik ini tanpa disertai ilmu yang mendalam, maka diikut sertakan dalam siksa neraka tersebut sebagai balasan karena dampak merusak yang ditimbulkan semasa menyebarkan pemahaman dangkal tentang kebaikan di alam dunia.
Cimahi, 19 Juni 2023.
Aa Rian untuk Kompasiana dan Warganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H