Baiklah sahabat! Setelah saya mengamati respon warganet terhadap artikel saya yang kemarin tayang, saya jadi paham keragaman tingkat keimanan dan ketakwaan masyarakat Indonesia berdasarkan referensi hidup yang beliau miliki setelah membaca tulisan saya yang berjudul: Suasana Dunia Saat Kedatangan Ad-Dajjal dan Hari Kiamat.
Komen Pertama:
"KURANG KERJAAN aja mikirin Kiamat, itupun dibahas dari ribuan taon lalu. Malah kesannya nakut-nakutin. Tohh setiap hari ada orang meninggal, tanpa harus nunggu kiamat."
Saya menyelediki kata "Kurang Kerjaan aja mikirin kiamat, itupun dibahas dari ribuan taon lalu" Oh... jadi para ulama, ustaz, bahkan para Para Nabi di zamannya yang telah mengingatkan kaumnnya perihal hari yang Allah janjikan itu termasuk orang-orang yang kurang kerjaan? Jadi kasih sayang Para Nabi dan pewaris para Nabi (Ulama) itu diidentifikasikan sebagai perilaku kurang kerjaan? Nah sahabat Kompasianer dan pembaca tentu bisa menilai apa sebenarnya yang dipikirkan warganet yang memaknai orang-orang yang memberikan peringatan perihal hari yang dijanjikan Allah itu bahwasanya adalah perilaku kurang kerjaan.
Kemudian saya menyelidiki kata "Malah kesannya nakut-nakutin." Saya saja malah berbahagia kalau Hari Kiamat sudah semakin dekat, karena tanda utamanya sudah semakin bermunculan seperti yang dinubuatkan Nabi Muhammad Saw. Orang yang menyambut hari kiamat penuh suka cita, ibarat ia telah menunggu Hari Pembalasan atas Kezaliman di muka bumi, dan Hari Kiamat disebut juga Hari Kebangkitan orang-orang yang Allah Ridai. Kalau warganet merespon bahasan Hari Kiamat adalah menakut-nakuti... saya jadi makin skeptis dengan derajat keimanan anda, dan tingkat ketakwaan anda.
"Tohh setiap hari ada orang meninggal, tanpa harus nunggu kiamat", setelah kematian pun manusia kelak akan menunggu kiamatnya tersendiri di yaumul Mahsyar yakni mempertanggungjawabkan amal perbuatannya. Ini sama saja dengan penggiringan opini, buat apa gunanya mengetahui pengetahuan hari kiamat, kalau ujung-ujungnya manusia juga setiap harinya ada yang meninggal. Lah, kalau sampeyan tidak merasakan kematian dan menyaksikan kengerian hari kiamat itu karena Allah panjangkan umur anda, berarti anda gak punya bekal dong untuk hari kiamat?
Dapat saya simpulkan, warganet yang memberikan komentar ini termasuk golongan yang Allah tegaskan dalam ayat Al-Qur'an berikut:
Komen Kedua:
"Akibat keseringan nonton film film marvel."
Saya sendiri tidak mengikuti film Marvel sepenuhnya. Untuk komen yang ini, lebih baik sahabat membaca kitab suci sebelum Al-Qur'an yakni Veda Srimad Bhagavatam. Atau sahabat boleh mempelajari kisah Epic Ramayana dan Mahabharata yang merupakan realitas alam dunia sebelum zaman kegelapan kaliyuga saat ini kita hadapi, karena Veda lebih lengkap uraiannya untuk membahas hal-hal diluar logika manusia perihal kehidupan sebelum zaman modern (kaliyuga) saat ini.
Nah... Apakah sahabat yang juga menilai saya bahwa membahas pengetahuan kiamat adalah akibat keseringan nonton film marvel?
Dapat saya simpulkan, warganet yang memberikan komentar ini termasuk golongan yang Allah tegaskan dalam ayat Al-Qur'an berikut:
Itulah manfaat dari mengetahui ilmu Neurosemantic sahabat. Sahabat bisa membaca artikelnya di link berikut:
Cara Mengetahui dengan Jelas Referensi Hidup Seseorang dan Kelompok
Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang Allah Ridai dan diselamatkan dunia dan akhirat kehidupan kita. Amin Yra.
Cimahi, 4 Mei 2023.
Aa Rian untuk Kompasiana dan warganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H