Mohon tunggu...
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian)
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian) Mohon Tunggu... Penulis - Sang pemerhati abadi. Pemimpin bagi dirinya sendiri.

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. 🌏 Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki 🌏 Link Akun Pertama: https://www.kompasiana.com/integrityrian 🌏 Surel: indsafka@gmail.com 🌏

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Studi Perbandingan Tingkat Kesadaran Fokus Pikiran "Keempat" dan "Kelima/Terakhir"

2 Mei 2023   07:35 Diperbarui: 2 Mei 2023   08:16 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Fokus Pikiran (pinterest.com yang dimuat kembali oleh artikel dsguruji.com)

Ada 5 tingkatan evolusi tingkat kesadaran fokus pikiran, yakni (dari 1 sampai 5 urutannya):

1. Fokus pikiran pada benda mati
2. Fokus pikiran pada objek besar yang bergerak (seperti Matahari)
3. Fokus pikiran pada binatang
4. Fokus pikiran pada kesejahteraan Manusia
5. Fokus pikiran pada Tuhan Yang Maha Esa

Nah saat ini kita membahas pada tingkatan Keempat dan Kelima saja.

Pada tingkatan Keempat, biasanya ajarannya selalu membahas cara-cara mensejahterakan kehidupan manusia, cinta kasih manusia dan sesamanya, dan memfokuskan pikiran manusia kepada manusia yang amat dikasihinya (yakni keluarganya yang mencakup Istri/Suami dan Anak). Sehingga hukum punarbhava terlahir kembali sebagai manusia terjadi, seorang tersebut karena semasa wafatnya selalu memfokuskan pikirannya kepada manusia yang amat ia cintai, maka ia terlahir kembali sebagai manusia dengan sifat, gender, dan persepsi, dan wawasan dasar saat ia dilahirkan kembali di dunia yang belum mengalami kiamat. Sebagai contoh seorang suami ketika wafat, ia selalu memikirkan anak perempuannya saat sebelum menghembuskan nafas terakhir. Maka ia terlahir sebagai manusia dengan gender perempuan, dan memiliki sifat, persepsi dan wawasan dasar seperti yang dimiliki anak perempuannya saat ia menjalani kehidupan setelah kematiannya.

Dalam ajaran tingkatan keempat tentunya tidak mengenal Tuhan Yang Maha Esa, atau disebut Non-theis, karena pada ajaran ini dimaksudkan agar manusia memiliki dasar-dasar sifat kemanusiaan yang baik, yang penuh cinta kasih kepada sesama manusia, dan menggapai kekayaan dan kesejahteraan dengan cara yang benar. Apabila ia telah mencapai tingkatan keempat yang paripurna, maka pada kelahiran selanjutnya sebagai manusia, ia berkesempatan untuk mempelajari tingkatan lebih tinggi lagi yang memfokuskan pikirannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar berpulang dengan tubuh yang kekal dan menuju alam yang kekal.

Sementara pada Tingkatan Akhir, biasanya ajarannya selalu membahas Kemahakuasaan Tuhan, Kasih sayang Tuhan terhadap hamba-hambaNya, pengetahuan tingkat tinggi yang melampaui pengetahuan manusia pada umumnya, menjadikan manusia yang berkarakter mulia, bijaksana lagi penuh kekuatan, pengetahuan tentang Hari yang dijanjikan-Nya (Hari Kiamat) dan potensi kehebatan-kehebatan manusia sebagai hamba Tuhan lainnya. 

Biasanya bagi seorang pada tingkatan kesadaran tingkat akhir, mengalami ujian hidup di alam dunia yang melebihi kapasitas manusia dengan tingkatan kesadaran sebelumnya. Ujian hidup ini terkadang bisa menyebabkan kegilaan-kegilaan yang mengerikan karena Tuhan sedang mempersiapkannya sebagai orang terpilih di muka bumi. Apabila selama menjalani ujian hidup tersebut lulus karena sadar akan maksud dari ujian hidup yang menimpanya, maka ia kelak tercerahkan oleh Pengetahuan Tuhan Yang Maha Esa. Dan setelah mendapati pencerahan paripurna dari Tuhan, ia menyadari misi mulia dari Tuhan untuk keselamatan dunia dan akhirat (kehidupan setelah fana).

Apabila seorang berkesadaran tingkat akhir sukses menjalankan misi dari Tuhan, maka kelak ia menempati kehidupan yang kekal dalam naungan Tuhan Yang Maha Esa, selama-lamanya. Dan kita dapat menemukan kemiripan kesadaran tingkat akhir ini dalam kesadaran berketuhanan Ajaran Islam.

Cimahi, 2 Mei 2023.

Aa Rian untuk Kompasiana dan warganya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun