Mohon tunggu...
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian)
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian) Mohon Tunggu... Penulis - Sang pemerhati abadi. Pemimpin bagi dirinya sendiri.

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. 🌏 Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki 🌏 Link Akun Pertama: https://www.kompasiana.com/integrityrian 🌏 Surel: indsafka@gmail.com 🌏

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fokus Pikiran yang Paling Dominan atau Saat Menjelang Wafat, Penentu Badan yang Dimiliki dan Alam Berikutnya yang Kekal

27 Februari 2023   14:15 Diperbarui: 28 Februari 2023   01:07 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agama yang ada di Indonesia (padamu.net)

Hai sahabat pembaca!

Tahukah kamu? Bahwa fokus pikiran yang paling dominan atau saat menjelang wafat, menjadi penentu badan yang dimiliki dan alam berikutnya yang Kekal?

Itu sih sudah Hukum Semesta dari sononya, inti dari penyembahan kepada Tuhan di setiap agama menekankan hal ini secara tersirat dan bahkan secara jelas, seperti ditegaskan dalam Ajaran Islam bunyi Al-Qur'an Surah At-Taha ayat 14.

Al-Qur'an (Dokpri)
Al-Qur'an (Dokpri)

Apakah itu penyembahan? Penyembahan berarti fokus Pikiran, dan menjadi keimanan jika dirasakan manfaatnya oleh hati yang tentram. 

Kisah Tentang Fokus Pikiran yang Menyimpang

Lantas bagaimana dengan yang fokus pikirannya kepada selain Tuhan? Melainkan kepada Setan yang mengganggu seperti fenomena berdasar kisah nyata berikut:

Seorang manajer dan pegawai baru saja pindah ke sebuah ruko baru untuk berjualan. Kemudian mereka semua memindah-mindahkan barang, dan mengecek setiap ruangan. 

Namun alangkah kagetnya! Ada penampakan sosok setan yang mengerikan di sebuah ruangan lantai tiga.

Semenjak kejadian itu, sering terjadi gangguan diluar nalar hingga menyebabkan kerusakan pada benda benda elektrik seperti colokan listrik dan kabel.

Pada akhirnya sang manajer mulai bertanya, kepada ruko sebelah. Apakah mereka juga sama mengalami gangguan serupa diganggu makhluk halus?

Benar saja, merekapun serupa diganggu. Namun ada seorang dukun yang menyarankan untuk meletakan rokok dan segelas kopi untuk dijadikan sesaji bagi penunggu makhluk halus di ruko tersebut. 

Benarlah... gangguan setan itu sirna, dan yang ada kini ruko semakin ramai pembeli. Dan semenjak itulah sang manajer dan pegawai ruko memutuskan untuk melakukan hal serupa.

Apa anggapan Aa Rian berdasarkan ilmu Islami jika melihat fenomena diatas?

Sesungguhnya itu adalah bentuk menyekutukan diri kepada selain Allah. Menyebabkan fokus pikiran kita untuk selalu melayani setan pada akhirnya. 

Al-Qur'an menegaskan dalam Al-Qur'an surah Yasin ayat 60.

Al-Qur'an (Dokpri)
Al-Qur'an (Dokpri)

Setan dengan segala tipu dayanya menjerumuskan kita ke lembah kesesatan lagi kerugian yang kekal. Akibatnya dominasi pikiran kita adalah membayangkan pelayanan pada setan tersebut, atau saat menjelang wafat membayangkan sosok setan tersebut. 

Maka Roh melalui kekuatan pikiran selepas wafat mengantarkan kita ke Alam dimana setan itu berada. Ruginya lagi celaka apabila kita pada akhirnya memiliki badan yang sama dengan si Setan dan menderita selama-lamanya karena siksaan setan-setan tersebut di alam mereka berada.

Ngeri bukan?

Inilah larangan jelas dalam Al-Qur'an bahwa Allah dengan tegas melarang kita menyembah setan, karena setan hanya mengharapkan keputusasaan kita semua.

Referensi Religius Lainnya

Dalam Kitab Suci Veda pun terdapat referensi yang menyebutkan ada seorang Raja yang berfokus pikirannya membayangkan Rusa. Hingga akhirnya menjelang wafat, ia memperoleh badan Rusa pada kelahiran selanjutnya. Peristiwa ini dikenal dalam konsep Purnabhava/Reinkarnasi.

Fokus Pikiran pada Hal Negatif

Bagaimana jika fokus pikiran yang mendominasi atau saat menjelang wafat adalah perbuatan jahat?

Maka kita akan memiliki badan berikutnya yang bersifat dan berkarakter penuh kejahatan pula, lagi kita tinggal di alam yang dipenuhi kejahatan.

Bagaimana jika fokus pikiran yang mendominasi atau saat menjelang wafat adalah kehidupan hedonis penuh nikmat duniawi?

Maka kita akan memiliki badan berikutnya yang bersifat demikian, dan tinggal di alam dengan kenikmatan serupa, namun kesengsaraan dan derita beriringan dengan kenikmatan itu, serta selalu diliputi rasa penyesalan.

Bagaimana jika fokus pikiran yang mendominasi atau saat menjelang wafat adalah kekayaan materi duniawi?

Maka kita akan memiliki badan berikutnya yang menunjang pemenuhan materi, lagi kita tinggal di alam yang begitu kerasnya demi memenuhi materi yang sangat melekat, dan kita tidak bisa lepas dari alam penuh materi itu semudah membalikan telapak tangan.

Diatas adalah penjabaran apabila kita menyembah selain kepada Tuhan dengan fokus pikiran kita yang paling dominan atau saat menjelang wafat.

Fokus Pikiran pada Hal Positif

Lantas bagaimana jika fokus pikiran kita adalah sesuai ajaran yang kita anut?

Jika fokus pikiran kita adalah Allah Swt., maka kita akan dikembalikan kepada Allah, memperoleh badan surgawi kekal yang penuh kenikmatan, lagi tinggal di dalam kerajaan Allah yang kekal.

Jika fokus pikiran kita adalah Rasul Muhammad Saw., inilah manfaat dari berselawat. Disaat Allah murka atas dosa-dosa kita yang tidak terhitung. Baginda Rasul kelak menjadi juru selamat orang-orang yang berselawat semasa hidup di muka bumi saat menjelang peristiwa Yaumul Mahsyar. Jika Rasul cinta pengikutnya yang senantiasa berselawat, maka murka Allah pun berubah menjadi Rida yang kekal. Dan kita dikembalikan kepada Muhammad di alam surganya, menjadi tetangga hidup dalam kerajaan Allah.

Jika fokus pikiran kita adalah Yesus Kristus, maka dikembalikanlah kita kepada Yesus di Surga Allah Bapa Yang kekal, penuh kedamaian dan keselamatan.

Jika fokus pikiran kita adalah Dewa Krsna dalam ajaran Sanatana Dharma, maka dikembalikanlah kita ke Alam Goloka damai bahagia bersama Krsna selamanya.

Jika fokus pikiran kita adalah Sang Buddha, maka dikembalikanlah kita ke alam Sang Buddha selamanya, damai bahagia bersama para makhluk yang menanungi Sang Buddha berada.

Dan seterusnya dan seterusnya.

Sebagai Wasana Kata

Namun tidak semudah membalikan telapak tangan. Jika kita benar-benar menjadi penganut Agama yang benar, maka taatilah setiap ajarannya penuh ketaatan. Jangan sampai kita menabrak apa yang dilarang oleh Ajaran tersebut. 

Selama kita menyembah atau memfokuskan pikiran kita pada Entitas Kebaikan yang mengharapkan Kebahagiaan, Kesejahteraan dan Keselamatan. Niscaya itulah jalan bagimu semua yang penuh harapan pada akhirnya.

... Maka taatilah apa yang menjadi keyakinanmu dalam beragama. Niscaya Tuhan tersenyum atas segala ketaatanmu.

Cimahi, 27 Februari 2023.

Aa Rian untuk Kompasiana dan Warganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun