Hai sahabat Pembaca!
Saya dapat request dari sahabat Kompasianer, bagaimana kalau kita berada dalam lingkungan yang tak satu frekuensi?
Tulisan ini merupakan kelanjutan dari artikel: Mendeteksi Karakter Golongan Masyarakat dari Siapa Panutannya.
Hmm...
Saya akan sedikit mengulas sebuah kisah.
Mungkin sahabat pernah mendengar Kisah Rasul Muhammad S.A.W yang ditolak hijrahnya di Thaif?
Mari kita renungkan mengapa beliau bisa di tolak di Thaif.
Saya akan memberikan sebuah cerita kisah sebagai sarana pembelajaran hidup tentang tema kali ini. Sebuah kisah realistis masyarakat zaman kini yang dibalut sentuhan fiksi.
Katakanlah seorang pemuka agama bernama Si A.
Si A ini memang seorang yang beragama dikenal taat, namun sayangnya ia gemar mengumbar identitas dirinya bahwa ia adalah Pemuka Agama pilihan Tuhan kepada lingkungan yang ia baru kenal.
Saat masuk di sebuah lingkungan yang katakanlah kurang begitu taat menjalankan perintah agama yang tentunya baru ia datangi. Masuklah si A dalam perkumpulan lingkungan tersebut.
Merasa obrolannya tak sefrekuensi dengan diri Si A, si A meninggi "Ikutilah apa yang ku sampaikan, karena aku adalah seorang pemuka Agama yang diilhami pengetahuan dari Tuhan, niscaya kalian semua selamat dunia akhirat."