Hai sahabat pembaca!
Tahukah kamu apa yang menjadi benih-benih kedengkian hadir dalam diri kita?
Yakni...
Senang membanding-bandingkan nasib diri dengan nasib seorang yang lebih mujur daripada kita!
Alhasil kita merasa kenapa hidup ini tidak adil? Padahal kita saja yang tidak mau mensyukuri segala nikmat hidup yang Allah beri kepada kita, dan kita tidak menyadarinya.
Sudah basi dengki di tahun 2023! Nggak zaman lagi sahabat!
Sebagaimana keterangan religius menyatakan bahwa api dengki membakar amalan kebaikan sebagaimana bara api membakar kayu kayu kering.
Perumpamaan diatas memang sangat relevan. Mengapa?
Karena kita mulai cenderung melakukan perilaku tajassus terhadap saudara yang kita dengki. Bertajassus atau mencari-cari kesalahan dan keburukan seorang yang kita dengki dengan maksud jahat, agar saudara kita dapat dipermalukan oleh kedengkian yang membara dalam hati, sehingga merasakan nasib yang sama dengan seorang yang mendengki.
Dengki adalah awal mula kehancuran sang diri apabila berujung pada perilaku tajassus. Hingga akhirnya ghibah dan fitnah tidak terelakan dilakukan sang pendengki. Apalagi perilaku ghibah dan fitnah itu diabadikan dalam bentuk tulisan yang dibaca publik.
Jika tulisan itu benar, maka ia telah berbuat hina, menghinakan dirinya sendiri, mencerminkan dirinya penuh kejelekan dan keburukan, sehingga menyudutkan seorang yang ia dengki, otomatis pahala kebaikan sang pendengki yang terkumpul mengalir kepada sang korban, hal ini disebabkan masyarakat yang menyaksikan menjadi iba pada korban, dan mendoakan kebaikan sang korban.
Sementara jika tulisan itu keliru, maka ia telah menuduh sang korban tidak sesuai fakta, akibatnya kepercayaan publik padanya lenyap dan membuat dirinya dicap sebagai pendusta yang keji, semakin menterenglah nasib sang korban perbuatan dengki karena kebaikannya makin bersinar.
Dengki bisa dihindari dengan selalu memunajatkan syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan berterima kasih kepada derma seluruh makhluk yang memberikan rezeki-Nya kepada kita. Otomatis sifat dengki yang hendak menguasai hati, terkikis oleh ucap syukur terima kasih kita.
Lantas bagaimana sikap kita, jika mendapati diri mendapatkan perilaku tajassus dari orang yang dengki kepada kita?
Yakni bersikap baiklah kepada "mereka" yang menunjukan identitas mereka saat mendengki dengan bertajassus karena itu membuat mereka "tersiksa". Kecuali bagi mereka yang tidak pantas mendapatkan perlakuan baik disebabkan mereka menyembunyikan identitas diri mereka saat melakukan tajassus sarat dengki kepada diri kita, mereka pantas untuk kita balas dengan ketegasan moralitas untuk menyudutkan kejahatan mereka perbuat terhadap diri kita.
Makdarit (maka dari itu) mari kita sama-sama hindari sifat dengki dengan sikap syukur, tentunya agar tidak menghancurkan diri kita sendiri di tahun 2023 yang jelas penuh tantangan ini, juga untuk tahun-tahun selanjutnya.
Salam Mantap!
Tertanda.
Aa Rian (Indrian Safka Fauzi)
Cimahi, 1 Januari 2023.
Aa Rian untuk Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H